Jumat, 03 Juni 2022

Ilmuwan Sains Indonesia


Tugas!

Carilah informasi ilmuwan sains local. Bila kesulitan carilah ilmuwan sains Indonesia yang karyanya diakui dunia. Kalian juga bisa memilih ilmuwan berikut ini: (1). B.J. Habibie, (2). Terry Mart, (3). Yogi A. Erlangga, (4). Nelson Tansu, (5). Khoirul Anwar, (6). W. Z. Johannes, (7). Eniya Listiani Dewi, (8). Josaphat Sumantyo, (9). Bambang Widiatmoko, (10). Adi Utarini, (11). Tri Mumpuni, (12). Dr Joe Hin Tjio, (13). Prof Dr Mezak Arnold Ratag, (14). RM Sedyatmo, (15). Randall Hartolaksono, (16). Warsito P Taruno, (17). Muhammad Nurhuda, (18). Tjokorda Raka Sukawati.


Hasil Pencarian:

1. B.J. Habibie

B.J. Habibie
B.J. Habibie

Semasa hidupnya, BJ Habibie di antaranya identik dengan julukan Bapak Teknologi. Alumnus Universitas Teknologi Rhein Westfalen Aachen, menorehkan sejumlah karya besar yang diakui oleh dunia. Pertama adalah pencapaiannya atas kelahiran N-250 Gatotkaca, pesawat pertama Indonesia yang melakukan penerbangan perdana pada 10 Agustus 1995. Karya besar lain adalah Teori Crack Propagation, sebuah solusi untuk mendeteksi rambatan kerusakan konstruksi pada badan pesawat.

Kontribusi BJ Habibie berhasil meringankan bobot pesawat kosong, tanpa berat penumpang dan bahan bakar, hingga 10 persen dari sebelumnya. Angka penurunan ini bisa mencapai 25 persen setelah material komposit dimasukkan ke dalam tubuh pesawat.

Bacharuddin Jusuf Habibie atau lebih dikenal dengan nama B.J. Habibie menjadi presiden pada usia 62 tahun. Ia lahir di Parepare, Sulawesi Selatan pada tanggal 25 Juni 1936. Ia anak keempat dari delapan bersaudara dari pasangan pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo. Sang ayah merupakan seorang ahli pertanian dari Gorontalo dan memiliki keturunan Bugis. Sedangkan sang ibu asal Jawa dan merupakan anak dari dokter spesialis mata di Yogyakarta.

Habibie sudah menunjukkan kecerdasannya sejak dini. Ia memiliki ketertarikan khusus dengan fisika. Dalam hal pendidikan, pernah bersekolah di SMAK Dago, Bandung, dan meneruskan kuliah selama 6 bulan di Institut Teknologi Bandung dengan studi Teknik Mesin pada tahun 1954. Setahun kemudian, Ia melanjutkan studi teknik penerbangan selama 10 tahun di Rhenisch Wesfalische Tehnische Hochscule (RWTH), Aachen, Jerman dengan dibiayai oleh ibunya. Habibie meraih 2 gelar sekaligus yaitu Diplom Ingenieur pada tahun 1960 dan Doktor Ingenieur pada tahun 1965 dengan predikat summa cum laude.

Habibie dan istrinya tinggal di Jerman. Habibie harus bekerja keras untuk membiayai rumah tangga dan biaya kuliah doktoralnya. Ia juga mendalami teknik dan konstruksi pesawat terbang.

Setelah lulus, B.J. Habibie bekerja di perusahaan penerbangan yang berpusat di Hamburg, Jerman, yaitu Messerschmitt-Bölkow-Blohm (MBB) pada 1965-1969 sebagai Kepala Penelitian dan Pengembangan pada Analisis Struktrur Pesawat Terbang, dan kemudian menjabat Kepala Divisi Metode dan Teknologi pada  industri pesawat terbang komersial dan militer dari tahun 1969 hingga 1973.

Atas kinerja dan kredibelitasnya, ia pun dipercaya sebagai Vice President sekaligus Direktur Teknologi di MBB periode 1973-1978 serta menjadi Penasihat Senior bidang teknologi untuk Dewan Direktur MBB (1978). Dialah satu-satunya orang Asia yang menduduki jabatan nomor dua di perusahaan pesawat terbang Jerman ini.

Sebelum memasuki usia 40 tahun, karier Habibie sangat cemerlang, terutama dalam urusan desain dan konstruksi pesawat terbang. Habibie bagaikan berlian yang bersinar di Jerman. Kedudukan terhormat pun berhasil ia gapai baik secara materi dan intelektualitas. Selama bekerja di Jerman, Habibie menyumbang berbagai hasil penelitian dan sederet teori untuk ilmu pengetahuan dan teknologi Thermodinamika, Konstruksi, dan Aerodinamika. Beberapa rumusan teorinya dikenal dalam dunia pesawat terbang seperti “Habibie Factor“, “Habibie Theorem” dan “Habibie Method“.

Pada tahun 1968, Habibie telah mengundang sejumlah insinyur tanah air untuk turut bekerja di industri pesawat terbang Jerman. Sekitar 40 insinyur Indonesia akhirnya dapat bekerja di MBB atas rekomendasi Habibie.

Hal ini dilakukan untuk mempersiapkan kemampuan dan pengalaman insinyur Indonesia jika kembali ke Tanah Air dan membuat produk industri dirgantara. Mengetahui kecerdasan Habibie, Presiden Soeharto tak tinggal diam. Ia mengirim Ibnu Sutowo ke Jerman untuk menemui seraya membujuk Habibie pulang ke Indonesia, Habibie bersedia dan melepaskan jabatan dan prestasinya di Jerman.

Habibie pun diangkat menjadi penasehat pemerintah langsung dibawah presiden di bidang teknologi pesawat terbang dan teknologi tinggi hingga tahun 1978. Meskipun demikian selama tahun 1974-1978, Habibie masih sering pulang pergi Jerman karena masih menjabat sebagai Vice Presiden dan Direktur Teknologi di MBB.

Setelah itu, ia diangkat Soeharto menjadi  Menteri Negara Riset dan Teknologi selama 2 dekade mulai dari 1978 hingga 1998. Lalu, 14 Maret 1998 Habibie terpilih menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia dalam Kabinet Pembangunan VII. Ia juga menduduki posisi ketua umum ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia) saat masih menjadi menteri.

Tragedi Mei 1998, awal muncul Era Reformasi membawa perubahan posisi Habibie. Kerusuhan Mei 1998 yang melanda beberapa kota di Indonesia dan berpusat di Jakarta telah menggulingkan Presiden Soeharto yang sudah menjabat selama 32 tahun. Hal itu menyebabkan Habibie naik ke kursi Presiden terhitung sejak 21 Mei 1998.


2). Terry Mart

Terry Mart
Terry Mart

Prof. Dr. Drs. Terry Mart, lahir di Palembang, 3 Maret 1965, adalah ilmuwan fisika nuklir dan partikel yang sekarang mengabdikan diri sebagai guru besar dan dosen di departmen Fisika, FMIPA, Universitas Indonesia.

Sejak sekolah dasar ia sudah membaca buku-buku tentang elektronika. Terry juga aktif dalam kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni baik itu dalam skala nasional maupun internasional. Penelitian yang dilakukannya mengenai perkembangan partikel kaon, yang disebut sebagai partikel aneh, karena bisa diproduksi. Partikel kaon ini selalu berdampingan dengan hyperon.

Ia lulus dari SMA 3 Jakarta dan mendapatkan nilai sempurna pada mata pelajaran matematika dan ilmu pasti lainnya. Kemudian Terry melanjutkan pendidikannya di Univeritas Indonesia. Pada saat itu ia diterima melalui jalur undangan yang bernama jalur perintis dua. Sampai pada akhirnya ia mendapatkan gelar sarjana dari jurusan Fisika Universitas Indonesia pada tahun 1988 dengan predikat cum-laude.

Pada tahun 1996, dia menerima gelar Doctor rerum naturalium (Doktor ilmu) dari Universitaet Mainz, Jerman dengan predikat cum-laude. Antara tahun 1997 sampai tahun 2000, Ia menghabiskan penelitian pasca doktoral-nya. Penelitian tersebut sebagian besar dilakukan di Universitas George Washington, Washington DC, Amerika Serikat, Departemen Simulasi Fisika dan Pusat Sains, Universitas Sains Okayama, Okayama, Jepang, dan Institut fur Kernphysik, Jerman.


3. Yogi Ahmad Erlangga

Yogi Ahmad Erlangga
Yogi Ahmad Erlangga

Dr. Yogi Ahmad Erlangga berhasil menyelesaikan persamaan Helmholtz menggunakan matematika numerik secara cepat (robust). Dengan penemuannya, proses penyelesaian data seismik menjadi ratusan kali lebih cepat. Penemuan alumni Teknik Penerbangan ITB ini juga menjadi angin segar bagi perusahaan minyak bumi. Para insinyur minyak berhasil menyelesaikan berbagai data dengan lebih cepat dan akurat. Salah satu perusahaan minyak yang tertarik dengan temuan ini adalah Shell.

Dr. Yogi Ahmad Erlangga, alumni Teknik Penerbangan ITB 1993 dianugerahi penghargaan Achmad Bakrie untuk kategori ilmuwan muda berprestasi. Penghargaan Achmad Bakrie X tersebut diberikan oleh Freedom Institute pada Minggu (12/08/12). Yogi yang merupakan dosen di Program Studi Teknik Penerbangan ITB ini mendapatkan gelar tersebut atas prestasinya menyelesaikan persamaan Helmholtz menggunakan matematika numerik secara cepat (robust).

Penelitian yang dilakukan sebagai riset PhD-nya itu menggunakan metode "Ekuasi Helmholtz". Metode tersebut merupakan cara untuk menginterpretasi data pengukuran gelombang akustik. Buah dari risetnya tersebut dapat mempercepat pemrosesan data seismik dalam survey cadangan minyak bumi. Tidak heran bila salah satu perusahaan minyak internasional antusias memberikan dana untuk menyelesaikan riset tersebut.

Yogi berhasil mempertahankan tesisnya di auditorium Delft University of Technology (DUT), Belanda dihadapan para penguji pada Desember 2005. Dari temuannya itu, persamaan Helmholtz yang digunakan dalam pemrosesan data seismik menjadi seratus kali lebih cepat. Hal ini menjadi angin segar bagi perusahaan minyak karena metode ini terbukti lebih baik dan cepat daripada yang biasa digunakan.

Mendapat gelar sarjana teknik di Program Studi Aeronotika dan Astronotika ITB pada 1998, Yogi melanjutkan studinya di DUT, Belanda. Gelar master dan doktor didapatkannya di bidang matematika terapan dari universitas yang sama.

Yogi yang sempat mengikuti program post-doctoral di Jerman tercatat pernah mejadi asisten profesor bidang matematika di Universitas Alfaisal, Arab Saudi. Saat menjadi asisten profesor, Yogi banyak melakukan penelitian di bidang aljabar linier dan analisis matriks.

Penemuan besar ini sempat menjadi buah bibir di kalangan ilmuwan dunia. Profesor pembimbing Yogi, Dr. Vees Vuik mengaku bangga atas keberhasilan risetnya. "Berdasarkan respon-respon yang kami terima dari industri maupun universitas-universitas asing, kami yakin bahwa karya itu telah memecahkan masalah yang telah berlangsung selama tiga puluh tahun," ungkap Vuik dalam siaran Pers DUT.

4. Nelson Tansu

Nelson Tansu
Nelson Tansu

Prof. Dr. Nelson Tansu, B.S., FNAI, Ph.D. lahir 20 Oktober 1977, adalah seorang akademisi dan peneliti nanoteknologi dan optoelektronika asal Indonesia yang menjadi tenure-track Assistant Professor di Universitas Lehigh (Lehigh University) pada usia 25 tahun, sejak Juli 2003. Nelson Tansu berhasil menyisihkan lebih dari 300 doktor untuk mendapatkan jabatan Assistant Professor tersebut di Universitas Lehigh sejak Juli 2003.

Riset Tansu adalah dalam bidang fisika terapan (Applied Physics) terutama dalam bidang semikonduktor, nanoteknologi, dan fotonika. Sejak April 2007 sampai April 2009, ia menjadi Peter C. Rossin (Term Chair) Assistant Professor di Universitas Lehigh. Sejak Mei 2009 (usia 31 tahun) sampai April 2010, Tansu dipromosi menjadi Associate Professor dengan tenure di Universitas Lehigh. Sejak Mei 2010 sampai sekarang, Tansu dipromosi menjadi Class of 1961 Chair Associate Professor (dengan tenure) di Universitas Lehigh. Pada tahun 2016, Nelson telah menjadi salah satu Fellow of National Academy of Inventor (NAI). Beberapa kontribusinya termasuk mendirikan Center for Photonics and Nanoelectronics (CPN) di Lehigh University.

Nelson Tansu adalah putra kedua dari pasangan ayah (Almarhum) Iskandar Tansu dan ibu (Almarhum) Auw Lie Min. Ia lahir dan besar di Medan. Tansu menyelesaikan pendidikan dari TK-SD-SMP-SMA di Yayasan Perguruan Sutomo 1 Medan, dan menjadi lulusan terbaik saat menyelesaikan pendidikan SMA pada bulan Mei 1995. Kemudian, dia melanjutkan pendidikan S1 (BS) sampai S3 (PhD / Doktor) di Universitas Wisconsin – Madison.

Hasil Riset: (a). Lebih dari 220 publikasi jurnal dan konferensi ilmiah internasional (February 2011) tentang semikonduktor, optoelektronika, fotonika, dan nanoteknologi. Terutama bidang riset mencakup fisika dan teknologi dari semikonduktor nanostruktur untuk laser, diode pemancar cahaya, sel surya, komunikasi, energi, dan lainnya. (b). Journal citations: > 7000 citations, dan H-index = 49, H-index = 43 (tanpa self-citation, Researchgate.com, 2018). (c). Delapan paten dalam bidang nanoteknologi dan optoelektronika dari kantor paten Amerika Serikat.


5. Khoirul Anwar

Khoirul Anwar
Khoirul Anwar

Khoirul Anwar merupakan seorang ilmuwan Indonesia yang menemukan konsep dua Fast Fourier Transform (FFT). Teknologi ini lebih dikenal dengan nama 4G LTE di masyarakat umum. Konsep FFT menjadi standar International Telecommunication Union (ITU) yang dipatenkan pada 2005. Lulusan Nara Institute of Science and Technology (NAIST) Jepang ini juga punya hak paten lain, misalnya sistem deteksi illegal transmitter yang berpotensi dipakai dalam teknologi 5G.


6. W. Z. Johannes

Wilhelmus Zakaria Johannes
Wilhelmus Zakaria Johannes

Prof. dr. Wilhelmus Zakaria Johannes sering juga ditulis dalam ejaan baru Wilhelmus Zakaria Yohannes (16 Juli 1895 – 4 September 1952) adalah ahli radiologi pertama di Indonesia, guru besar Radiologi dan pernah menjabat Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dan Wakil Ketua Senat Universitas Indonesia. Ia merupakan putra sulung dari M. Z. Johannes dan Ester Johannes-Amalo. Ayahnya bekerja sebagai seorang guru bantu di Sekolah Dasar dan seorang pengurus gereja.

Namanya diabadikan sebagai nama rumah sakit umum di Kupang, Nusa Tenggara Timur yakni RSU WZ Johannes. Nama pahlawan ini juga diabadikan menjadi nama sebuah kapal perang TNI-AL yakni KRI Wilhelmus Zakaria Johannes. Sebagai dokter Indonesia pertama yang mempelajari ilmu radiologi di Belanda, WZ Johannes juga menjadi ahli rontgen pertama yang sangat berjasa dalam pengembangan ilmu kedokteran Indonesia sehingga mendapat gelar Pahlawan Nasional.

W. Z. Yohannes pernah mengenyam pendidikan di Sekolah Melayu di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Pada tahun 1905, ia melanjutkan sekolahnya di Europesche Legere School (ELS) di Kupang. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan di School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA) dan mendapatkan gelar Indische Arts pada 1920. Ia juga berkali-kali diancam menjadi sasaran tembak tentara Belanda karena mengibarkan bendera Merah Putih di depan rumahnya.

W. Z. Johannes mengawali kariernya sebagai dokter di rumah sakit di Palembang setelah lulus pendidikan dari STOVIA. Setelah mengabdi selama sembilan tahun di rumah sakit tersebut, ia pindah ke Centrale Burgelijke Ziekenhuis Batavia dan di sana diangkat sebagai asisten dokter B.K. Van der Plaats, seorang guru besar radiologi. Pada 1935, ia dipindahkan lake Centrale Burgerlijke Ziekeninrichting Semarang. Di sana ia memiliki jasa penting dalam pengembangan radiologi di rumah sakit tersebut. Setelah mengabdi di Semarang selama satu tahun, ia dipindahkan kembali ke rumah sakit sebelumnya hingga tahun 1939 dan sejak saat itu, ia dikenal sebagai ahli radiologi pertama Indonesia.

Pada saat yang bersamaan, ia diangkat sebagai anggota Dewan Rakyat yang mewakili Karesidenan Timur. Saat masa pendudukan Jepang di Indonesia, W. Z. Johannes mendirikan Badan Persiapan Persatuan Kristen (BPPK) bersama Sam Ratulangi. Pada tahun 1952, ia diangkat menjadi Rektor Universitas Indonesia.


7. Eniya Listiani Dewi

Eniya Listiani Dewi
Eniya Listiani Dewi

Prof. Dr. Eng. Eniya Listiani Dewi (lahir 14 Juni 1974) adalah salah satu ilmuwan wanita Indonesia. Ia adalah alumnus S1-S3 dari Waseda University (Universitas Waseda) di Jepang. Program S1 di Waseda University ditempuh dengan menggunakan beasiswa dari Science and Technology Advance Industrial Development (STAID) Kementerian Negara Riset dan Teknologi. Putri pasangan pasangan Hariyono (alm) dan Sri Ningsih ini juga mendapat beasiswa di perguruan tinggi yang sama melalui lembaga lain. Ia menempuh waktu 9 tahun untuk menyelesaikan program S1-S3 dari tahun 1994-2003. Eniya Listiani meraih penghargaan Habibie Award dari The Habibie Center, pada 30 November 2010 sebagai peneliti Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Eniya merupakan penerima Habibie Award atau Anugerah Habibie termuda sepanjang sejarah Habibie Award. Penghargaan ini dikantunginya bersama dengan penghargaan lain, baik dari Indonesia maupun dari Jepang, karena keberhasilannya menemukan katalis baru untuk sel bahan bakar. Eniya menerima Habibie Award 2010 di ilmu rekayasa.

Salah satu karya yang mengawali kiprahnya di bidang sel bahan bakar adalah penemuan katalis baru untuk sel bahan bakar. Katalis yang terbentuk menjadi terdiri dari 10 penyusun, padahal harusnya ada 2 penyusun. Dari hasil karya tersebut, perempuan yang menyelesaikan gelar doktor dari Fakultas Aplikasi Kimiawi, Polimer, Katalis dan Sel Bahan Bakar Waseda University, Jepang ini meraih beragam penghargaan, termasuk Mizuno Awards dan Koukenkai Awards dari Waseda University dan Polymer Society Japan pada tahun 2003. Katalis baru temuan Eniya itu telah membuat terobosan zinc-air fuel cell (ZAFC). Yakni, suatu generator penghasil listrik berbahan bakar logam dan oksigen.

Hasil risetnya dipublikasikan di delapan jurnal internasional dalam waktu tiga tahun. Temuan tersebut lantas diakui dunia. Eniya mendapatkan penghargaan Mizuno Award dan Koukenkai Awards dari Waseda University dan "Presentation Award" dari Polymer Society Japan pada 2003. Teknologi sel bahan bakar merupakan sumber energi alternatif penghasil listrik yang ramah lingkungan. Cara kerjanya, mereaksikan gas hidrogen dengan oksigen berdasar prinsip elektrokimia. Hasilnya adalah listrik, panas, dan air murni. Tanpa suara, tanpa emisi, layaknya baterai atau aki. Fuel cell memang tidak meninggalkan emisi. Hasil buangnya hanya berupa air murni. Prinsip fuel cell mirip dengan baterai atau aki. Bedanya, energi baterai dan aki bisa “habis”, sedangkan energi fuel cell tidak akan habis asal diisi dengan bahan bakar. Sebagai bahan bakar, diisikan hidrogen, alkohol (metanol, etanol), dan hidrokarbon lain. Penelitiannya di bidangfuel cell telah dipublikasikan di jurnal dan makalah internasional serta dalam negeri. Jumlahnya lebih dari 160 judul. Dia juga telah mematenkan temuan tersebut di enam hak kekayaan intelektual. Empat paten miliknya juga masih diproses

Karya terbarunya adalah ThamriON, sebuah membran sel bahan bakar temuannya yang baru saja mendapatkan penghargaan Inovasi Paten dari Ditjen HKI 2010. ThamriON tersebut adalah membran sel bahan bakar yang terbuat dari plastik yang direaksikan dengan asam sulfat. Karena telah direaksikan, maka plastik bisa menghantarkan listrik. Teknologi sel bahan bakar dan bahan pendukung lain hasil risetnya di kembangkan 80 persen dari material lokal, sehingga biayanya lebih murah. Dengan proses manufaktur secara mandiri, sel bahan bakar yang tersebut telah diterapkan untuk menyalakan perangkat elektronik dan sepeda motor dengan kapasitas 500 Watt. Untuk mengembangkan proses produksi dan penyimpanan bahan bakar, Eniya bekerja sama dengan berbagai pihak. Diantaranya adalah Fakultas Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada, Pusat Teknologi Bioindustri, industri polimer dan baterai.

Prestasi: (1). General Electric Inspiring Woman in STEM Award 2019; (2). BJ Habibie Teknologi Award Bidang Teknologi Energi 2018; (3). 72 Ikon Prestasi Indonesia Bidang Sains dan Teknologi 2017; (4). Satyalancana Wira Karya 2016 2016 (5). “Pahlawati” Orkestra bidang Riset dan Teknologi 2016; dan masih banyak lagi lainnya.


8. Josaphat Sumantyo

Josaphat Tetuko Sri Sumantyo
Josaphat Tetuko Sri Sumantyo

Prof. Josaphat 'Josh' Tetuko Sri Sumantyo, Ph.D. (lahir 25 Juni 1970) yang saat ini menjabat Full Professor (permanent staff) di Center for Environmental Remote Sensing, Universitas Chiba, Jepang dan sebagai profesor/dosen tamu di berbagai universitas, adalah salah satu pemegang paten antena mikrostrip (antena berbentuk cakram berdiameter 12 sentimeter dan tebal 1,6 milimeter) yang dapat digunakan untuk berkomunikasi langsung dengan satelit. Penemu circularly polarized synthetic aperture untuk pesawat tanpa awak dan small satellte, serta radar peramal cuaca 3 dimensi.

Ia beristrikan Innes Indreswari Soekanto (seorang bekas dosen Seni Rupa di Institut Teknologi Bandung) dan mereka memiliki seorang anak, yaitu Johannes 'MD' Pandhito Panji Herdento. Pada saat Josaphat Tetuko Sri Sumantyo (biasa disapa dengan Josh) dan istrinya belajar bersama di Chiba University, mereka mendirikan yayasan bernama Pandhito Panji Foundation (PPF) guna memajukan dunia penelitian, pendidikan dan seni rupa di Indonesia. Yayasan ini terdiri dari Pusat Penelitian Remote Sensing (RSRC), Pusat Penelitian Pendidikan (ERC) dan Pusat Penelitian Seni Rupa (ARC). Hasil penelitian dari ketiga pusat penelitian tersebut telah banyak disebarluaskan ke masyarakat Indonesia, dan telah dimuat di berbagai mass media dalam dan luar negeri. Khususnya hasil karya mereka di bidang remote sensing telah dinikmati oleh kalangan Universitas, Lembaga Penelitian, Pemerintah Daerah hingga militer di Indonesia dan luar negeri untuk monitoring lingkungan dan bencana. Pusat penelitian ini telah memberikan beasiswa dari tingkat SD hingga S2 di berbagai sekolah dan perguruan tinggi Indonesia. Sedangkan karya seni keluarga mereka lewat Innes Sculpture Studio banyak dapat dinikmati di berbagai kota dalam dan luar negeri, serta dikoleksi oleh berbagai orang di seluruh dunia.

Bidang keahlian Josh adalah analisis teori hamburan gelombang mikro dan terapannya untuk microwave (radar) remote sensing, khususnya synthetic aperture radar (SAR), radar bawah tanah atau subsurface radar (VLF dan Microwave), analisis dan perancangan printed antenna untuk mobile satellite communications dan synthetic aperture radar (SAR). Ia menguasai perancangan integrasi sistem radar gelombang mikro, radar Radio Frequency (RF) system , patch antenna, microwave image signal processing dll. Ia juga merancang SAR masa depan untuk keperluan platform pesawat terbang tanpa awak (UAV) dan satellite. Saat ini ia mengembangkan pesawat tanpa awak Josaphat Laboratory Experimental Unmanned Aerial Vehicle (JX) series maupun microsatellite onboard Synthetic Aperture Radar (SAR) sensor. SAR sensor ini nanti digunakan untuk monitoring permukaan bumi dan planet lain untuk pengembangan keperluan ilmu pengetahuan pada masa depan. Mulai 1 April 2013 Josh juga dipercaya oleh Kementerian Pendidikan dan Teknologi Jepang (Monbukagakusho) untuk mengembangan dua microsatellite yang membawa sensor GNSS-RO dan CP-SAR ciptakaan Josh untuk melakukan observasi lapisan Ionosfer dan permukaan bumi, di mana teknologi ini di masa depan diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui fenomena-fenomena sebelum terjadinya bencana di permukaan bumi, khususnya gempa bumi, sehingga teknologi diharapkan dapat mengurangi jumlah korban akibat bencana yang terjadi di permukaan planet, khususnya bumi.

Ia telah menerima banyak penghargaan dan research grants yang berhubungan dengan penelitian dan studinya dari lembaga penelitian dalam dan luar negeri sdb. Serta ia telah meluluskan dan menjadi outside reviewer banyak mahasiswa program S-1, S-2 dan S-3 dari berbagai negara.


9. Bambang Widiatmoko

Bambang Widiatmoko
Bambang Widiatmoko

Dr. Bambang Widiatmoko M.Eng adalah peneliti kelahiran Boyolali tahun 1965 yang telah menghasilkan karya bermanfaat bagi masyarakat dan diakui dunia internasional. Bambang Widiatmoko 13 tahun belajar di Tokyo Institute of Technology, Jepang, untuk program S-2 hingga doktor itu mencatatkan 30 paten di Jepang. Kebanyakan berbasis laser. Karya terbesar Bambang adalah Optical Frequency Comb Generator (OFCG).

Sinar laser dapat dipecah menggunakan alat temuan Bambang. Temuan tersebut dinamakan Optical Frequency Comb Generator (OFCG), yakni pembangkit sisiran frekuensi optik. Ini alat pencacah sinar laser yang lazim digunakan di perusahaan berbasis fiber optik. Temuannya itu juga telah dipakai berbagai industri komunikasi di Jepang. Berkat temuannya tersebut Bambang diberi penghargaan berupa medali Anugerah Habibie dari The Habibie Center (THC), yayasan yang bergerak di bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Bambang dinilai sangat berjasa sebagai peneliti teknologi, khususnya ilmu rekayasa. Dulu para peneliti sama sekali tak terpikir bagaimana mencacah sinar laser menjadi ribuan sinar baru. Sebab, memecah sinar adalah pekerjaan sulit. Bila satu sinar yang dipancarkan perlu satu transmitor, kalau memancarkan banyak sinar, tentu juga perlu banyak transmitor.

Bambang berhasil menciptakan alat pencacah sinar laser yang hanya sebesar jari kelingking sebagai produk dasar. Kemudian Bambang menyempurnakan temuannya agar bisa diproduksi secara massal. Ide Bambang membuat pemancar sinar tersebut disempurnakan dan ukurannya menjadi sebesar kotak P3K. Bambang Widiatmoko terinspirasi oleh tiga peraih Nobel Fisika tahun 2005. Mereka adalah Roy J. Glauber, peneliti Harvard University; John L. Hall, peneliti University of Colorado, dan Theodor W. Hansch, fisikawan Max Planck dari Institut fur Quantenoptik Garching, Jerman. Dua nama terakhir merupakan karib Bambang dalam melaksanakan riset-riset fisika. Ketika masih di Jepang, Bambang memproduksi massal alat ciptannya tersebut. Bahkan, dia juga mendirikan perusahaan ventura bernama Optocomb. Bambang menggandeng dua sahabatnya. Alat yang dipasarkan itu berseri BK625SM. BK merupakan gabungan inisial Bambang (B) dan Kourogi (K). Kourogi adalah karib Bambang di Jepang.


10. Adi Utarini

Adi Utarini
Adi Utarini

Adi Utarini, lahir 4 Juni 1965, adalah seorang pengajar dan peneliti berkebangsaan Indonesia. Ia merupakan peneliti dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada. Pada Desember 2020, Adi Utarini dianugerahi penghargaan 10 peneliti paling berpengaruh di dunia oleh jurnal ilmiah Nature atas penelitiannya tentang pengurangan demam berdarah dengue melalui intervensi nyamuk ber-Wolbachia di Yogyakarta. Pada 2021, nama Utarini masuk ke dalam Time 100 yaitu daftar 100 Orang Paling Berpengaruh versi majalah Time.

Adi Utarini awalnya mendapatkan pendidikan kedokteran di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Setelah lulus pada tahun 1989, ia kemudian mendapat dua gelar S2, dari UCL Great Ormond Street Institute of Child Health, Inggris (1994) serta Universitas UmeĂĄ, Swedia (1997). Ia melanjutkan pendidikannya di UmeĂĄ untuk gelar doktor (S3). Penelitian doktoralnya di UmeĂĄ bertopik program pengendalian malaria di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Ia mendapat gelar doktor pada 2002.

Utarini adalah seorang pengajar dan peneliti di Universitas Gadjah Mada dengan spesialisasi pengendalian penyakit dan kualitas pelayanan kesehatan. Ia juga menjabat sebagai kepala Eliminate Dengue Project (Proyek Pemberantasan Dengue) di Yogyakarta, sebuah kota berpenduduk 400.000 orang yang memiliki tingkat penularan dengue yang tinggi. Pada 2018, ia mengisi sebuah seminar TEDx tentang upaya-upaya pengurangan dengue di kota tersebut.

Utarini menjadi salah satu pimpinan uji terkontrol secara acak untuk meneliti teknik penggunaan nyamuk ber-Wolbachia untuk pengurangi penyebaran penyakit yang dibawa oleh nyamuk, termasuk demam berdarah dengue, yang dilakukan sejak 2016 di Yogyakarta. Pada Agustus 2020 ia mengumumkan bahwa metode ini berhasil mengurangi kasus dengue sebesar 77% selama periode penelitian.

Wolbachia adalah sebuah bakteri yang jika diberikan pada nyamuk dapat mencegah penyebaran virus dari nyamuk tersebut kepada manusia. Metode ini telah dikembangkan sejak tahun 1990an di Universitas Monash, tetapi sebelum penelitian Utarini belum ada penelitian acak terkontrol yang dilakukan untuk membuktikannya, sehingga jurnal ilmiah Nature menyebut penelitian ini sebagai "bukti terkuat" untuk membuktikan metode Wolbachia.

Dalam penelitian ini, kota Yogyakarta dibagi menjadi 24 area, 12 di antaranya dipilih secara acak untuk dilakukan penyebaran nyamuk yang telah diberi Wolbachia dan 12 sisanya dibiarkan sebagai pembanding (kontrol). Tabir penelitian ini dibuka pada Juni 2020 untuk dilakukan analisis oleh para peneliti. Hingga Desember 2020, data penelitian ini belum diterbitkan sepenuhnya, tetapi hasil sementara yang dirilis pada Agustus 2020 menunjukkan adanya pengurangan 77% kasus dengue di area yang menerima nyamuk berWolbachia dibandingkan dengan daerah kontrol. Para ahli epidemiologi dunia menyebut hasil ini sebagai "benar-benar mengejutkan", dan menyebutnya sebagai langkah penting dalam upaya memberantas dengue, yang diperkirakan menyebabkan 400 juta infeksi dan 25.000 kematian setiap tahunnya di seluruh dunia.

Utarini direkrut dalam upaya ini pada 2013 dan menjadi kepala ilmuwan Indonesia di dalamnya. Selain memimpin dan mengoordinasi penelitian, ia juga menjalankan peran penting dalam mendapatkan izin berbagai kementrian terhadap percobaan ini. Selama periode uji ini, Utarini menggalang dukungan masyarakat dengan membuat berbagai mural, film dan video singkat, serta bertatap muka. Antusiasme masyarakat untuk berpartisipasi dianggap sebagai salah satu aspek sukses dari penelitian ini.

Pada 2020, Utarini terpilih sebagai salah satu dari Nature's 10, yaitu daftar sepuluh ilmuwan paling berpengaruh sepanjang tahun tersebut, berkat upayanya merintis uji nyamuk ber-Wolbachia di Indonesia. Kepada surat kabar Kompas, ia berkisah bahwa sempat terkejut namanya masuk. Untuk memastikan, ia menghubungi Direktur WMP di Vietnam Scott O'Neill. Semula ia menduga namanya dimasukkan orang lain, rupanyalah Nature punya cara sendiri untuk memilih. Sebelum itu, kata Utarini, ia telah diwawancarai dan difoto khusus 2 pekan sebelum namanya masuk laporan jurnal itu.


11. Tri Mumpuni

Tri Mumpuni
Tri Mumpuni

Tri Mumpuni Wiyatno, lahir di Semarang tanggal 6 Agustus 1964, adalah seorang pemberdaya listrik di lebih dari 60 lokasi terpencil di Indonesia yang mendapat penghargaan Ashden Awards 2012. Ia merupakan anak dari pasangan Wiyatno (alm.) dan Gemiarsih. Kedua orang tuanya mengajarkan untuk berbagi dan memberi. Bahkan, pada kelas 4 SD ia sudah ikut ibunya keliling ke kampung-kampung mengobati orang yang kena penyakit koreng. Dari pengalaman itulah, ia mendapat pelajaran bahwa dari proses hubungan manusia itu uang bukan segalagalanya. Sewaktu masih muda, ia sudah terbiasa melihat dan membantu ibunya yang aktif dalam kegiatan sosial. Ia juga bercita-cita sebagai dokter, bidang yang sama sekali bertolak belakang dengan keadaannya sekarang ini.

Ia dikenal sebagai tokoh yang mengembangkan kemandirian masyarakat di kawasan terpencil melalui pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) yang telah diakui baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Dirinya tidak jarang berhari-hari tinggal di satu desa yang jauh dari akses infrastruktur dan informasi, hanya untuk memastikan kesiapan masyarakat membangun listrik mikro hidro.

Ide awal pembangunan PLTMH berawal dari seringnya Tri Mumpuni bersama suaminya, Iskandar Budisaroso Kuntoadji berkeliling ke desa-desa dan melihat sumber air yang melimpah namum belum ada kabel distribusi listrik dilokasi tersebut, barulah ia melakukan tindakan.

Sebelum diadakan pembangunan, ia dan suami bicarakan kepada kepala desa setempat untuk kemungkinan untuk membangun pembangkit listrik dengan memanfaatkan aliran sungai untuk menghasilkan listrik dari sebuah turbin.

Langkah selanjutnya Tri Mumpuni adalah mengumpulkan data untuk melihat kemungkinannya secara teknis serta menghitung rencana anggaran biaya kemudian mencari sumber dana untuk pembangunan pembangkit.

Setelah itu, ia bersama IBEKA mengirimkan tim sosial untuk membangun komunitas yang baik beberapa minggu dengan masyarakat agar terjalin hubungan yang baik. Langkah awal yang didekati adalah tokoh agama atau tokoh adat setempat. Barulah kemudian masyarakat membentuk organisasi yang akan mengurus turbin, dengan menentukan ketua hingga operator yang tahu bongkar pasang mesin dan organisasi tersebut harus diberi pengetahuan tentang pengoperasian mesin hingga perawatannya.

Selanjutnya, agar pembangkit listrik tenaga air itu dapat menjalankan fungsinya terus-menerus maka daerah tangkapan air di hulu harus dipertahankan seluas 30 kilometer persegi. Tidak boleh ada penebangan hutan dan vegetasi.

Hingga sekarang Tri Mumpuni dan suaminya sudah menerangi 65 lokasi dengan tenaga mikrohidronya. Bagi alumnus IPB ini listrik bukan tujuan utamanya, tetapi bagaimana membangun potensi desa supaya mereka berdaya secara ekonomi dan lainnya. Dengan begitu, mereka bisa mengenali peradabannya dan membangun peradabannya.

Bahkan, tak sedikit orang yang menawarinya untuk masuk partai politik dalam negeri. Namun, ia dengan tegas menolak tawara itu karena di Indonesia belum pernah ada anggota dewan yang dipuji oleh rakyat. Kini, di luar negeri, aktivitasnya semakin luas. Filipina menjadi satu negara yang memasuki tahap implementasi pengembangan listrik mikrohidro, sedangkan Rwanda dan Kenya masih dalam tahap pelatihan. Sekarang, ia banyak mendapat pembiayaan dari pihak dalam maupun luar negeri.

Tri pertama kali membangun pada tahun 1997 Dusun Palanggaran dan Cicemet, enklave di Gunung Halimun, Sukabumi, Jawa Barat, yang mereka terangi dengan listrik tahun 1997. Untuk mencapai tempat itu harus berjalan kaki sembilan jam atau naik motor yang rodanya diberi rantai sebab jalan setapaknya licin.

Ia sama sekali tidak mendapat bantuan dari manapun. Awalnya masyarakat masih susah dimintai iuran. Namun setelah enam bulan berlalu, Tri Mumpuni kembali lagi ke Dusun Palanggaran. Hal tak disangka pun terjadi. Di desa tersebut sudah memiliki kas sebesar Rp 23 juta. Uang dari listrik dipakai membangun jalan berbatu yang bisa dilalui kendaraan kendaraan beroda empat. Ini membuka peluang membantu 10 dusun lain.

Ia merupakan ibu yang baik, rendah hati, dan bersahaja. Ia adalah tokoh yang diidolakan oleh Amilia Agustin. Ia pun juga mendapat pujian dari Presiden Amerika Serikat, Barack Obama dalam acara pertemuan Presidential Summit on Entrepreneurship: Kita mendapatkan seorang wirausahawan sosial seperti Tri Mumpuni, yang telah membantu masyarakat desa di Indonesia mendapatkan listrik dan pendapatan dari pembangkit listrik tenaga air.


12. Dr Joe Hin Tjio

Joe Hin Tjio
Joe Hin Tjio

Ilmuwan kelahiran Pekalongan ini berhasil menemukan fakta jumlah kromosom dalam tubuh manusia. Tiap manusia ternyata memiliki 46 buah alias 23 pasang kromosom yang membawa milyaran DNA. Penelitiannya dilakukan di laboratorium Institute of Genetics of Sweden's University of Lund dan dipublikasikan di Hereditas. Jurnal genetika ini telah memiliki kredibilitas yang diakui dunia.


13. Prof Dr Mezak Arnold Ratag

Mezak Arnold Ratag
Mezak Arnold Ratag

Ilmuwan asal Malang, Jawa Timur ini, berhasil menemukan lebih dari 100 buah nebula planeter baru. Lahir pada 4 September 1962, Prof Mezak telah mempublikasikan seratus lebih karya ilmiah nasional dan internasional.

Namanya Prof Mezak bahkan diabadikan di 120 Planetary Nebula Cluster seperti Ratag-Zijlstra-Pottasch-Menzies dan Ratag-Pottasch cluster. Sama seperti ilmuwan lain, hasil riset Prof Mezak wajib mendapat pengakuan nasional dan internasional.


14. RM Sedyatmo

RM Sedyatmo
RM Sedyatmo

Lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 1934 ini menemukan sistem arsitektur infrastruktur yang dikenal dengan pondasi cakar ayam. Salah satu tempat yang menggunakan temuan Prof Ir RM Sedyatmo adalah landasan pacu Bandar Soekarno Hatta.

15. Randall Hartolaksono

Randall Hartolaksono
Randall Hartolaksono

Randall Hartolaksono adalah ilmuwan lulusan University of London asal Indonesia. Dia berhasil menemukan bahan bakar dari kulit singkong yang banyak digunakan perusahaan otomotif dunia. Bahan bakar temuan Randall yang anti api dan anti panas diakui perusahaan otomotif dunia, seperti Petronas, dan Ford. Randall sebelumnya mengenyam pendidikan formal di SMA Pangudi Luhur, Jakarta.

16. Warsito P Taruno

Warsito P Taruno
Warsito P Taruno

Warsito P Taruno adalah peneliti Indonesia yang berhasil menemukan alat terapi kanker. Idenya bermula dari keinginan membantu sang kakak yang mengalami kanker payudara stadium IV. Sepulang dari Jepang, dia membuat alat terapi kanker Electro-Capacitive Cancer Therapy (ECCT). Alat ini kemudian lebih dikenal dengan nama jaket Warsito. Meski mengalami kontroversi, temuan ini mendapat tempat di masyarakat lokal dan global.


17. Muhammad Nurhuda

Muhammad Nurhuda
Muhammad Nurhuda

Muhammad Nurhuda adalah dosen Fakultas MIPA Universitas Brawijaya yang berhasil menciptakan kompor ramah lingkungan. Kompor temuannya berhasil menarik perhatian negara-negara Asia Pasifik dan Amerika.

Nurhuda juga mengembangkan Rancang Bangun Pilot Plan Gasifikasi Sampah Menjadi Syngas untuk Alternatif Pembangkit Energi Listrik yang Ramah Lingkungan. Rancangannya menghasilkan limbah kurang dari batas minimum WHO.


18. Tjokorda Raka Sukawati

Tjokorda Raka Sukawati
Tjokorda Raka Sukawati

Tjokorda Raka Sukawati adalah insinyur Indonesia yang menemukan konstruksi Sosrobahu atau sistem Landasan Putar Bebas Hambatan (LPBH). Sistem ini memudahkan pembangunan jalan layang tanpa mengganggu lalu lintas. Hasilnya pembangunan jalan layang tidak menimbulkan kemacetan atau gangguan arus lalu lintas lainnya. Hasil temuan alumni teknik sipil ITB ini digunakan untuk membangun jembatan di Seattle. 

Itulah ilmuwan Indonesia yang penemuannya diakui dunia. Semoga kalian bisa terinsipirasi kesuksesan para ilmuwan Indonesia.


Referensi:

Ilmuwan Indonesia yang Penemuannya Diakui Dunia dari Wikipedia Indonesia dan https://www.detik.com.

Gambar Ilmuwan Indonesia dari Wikipedia Indonesia dan  https://yandex.ru/images/search.

Baca juga:

Hakikat Ilmu Sains dan Metode Ilmiah

01

Apa Itu Sains?

02

Ilmuwan Sains Indonesia

03

Penemuan Ilmuwan Sains Dunia

04

Membuat Poster Ilmuwan Sains Dunia dan Indonesia

05

Uji Apa Itu Sains?

06

Laboratorium IPA

07

Alat-alat Laboratorium IPA

08

Bahan Kimia dalam Laboratorium IPA

09

Keselamatan Kerja di Laboratorium

10

Uji Laboratorium IPA

11

Memanaskan Cairan dalam Tabung Reaksi

12

Merancang Percobaan

13

Aktivitas Merancang Percobaan

14

Uji Merancang Percobaan

15

Pengukuran

16

Aktivitas Pengukuran

17

Uji Pengukuran

18

Pelaporan Hasil Percobaan

19

Aktivitas Pelaporan Hasil Percobaan

20

Uji Pelaporan Hasil Percobaan

21

Review Hakikat Ilmu Sains dan Metode Ilmiah

Tidak ada komentar: