Tugas!
Carilah informasi ilmuwan
sains local. Bila kesulitan carilah ilmuwan sains Indonesia yang karyanya
diakui dunia. Kalian juga bisa memilih ilmuwan berikut ini: (1). B.J. Habibie,
(2). Terry Mart, (3). Yogi A. Erlangga, (4). Nelson Tansu, (5). Khoirul Anwar,
(6). W. Z. Johannes, (7). Eniya Listiani Dewi, (8). Josaphat Sumantyo, (9).
Bambang Widiatmoko, (10). Adi Utarini, (11). Tri Mumpuni, (12). Dr Joe Hin
Tjio, (13). Prof Dr Mezak Arnold Ratag, (14). RM Sedyatmo, (15). Randall
Hartolaksono, (16). Warsito P Taruno, (17). Muhammad Nurhuda, (18). Tjokorda
Raka Sukawati.
Hasil Pencarian:
1. B.J. Habibie
B.J. Habibie |
Semasa hidupnya, BJ Habibie
di antaranya identik dengan julukan Bapak Teknologi. Alumnus Universitas
Teknologi Rhein Westfalen Aachen, menorehkan sejumlah karya besar yang diakui
oleh dunia. Pertama adalah pencapaiannya atas kelahiran N-250 Gatotkaca,
pesawat pertama Indonesia yang melakukan penerbangan perdana pada 10 Agustus
1995. Karya besar lain adalah Teori Crack Propagation, sebuah solusi untuk
mendeteksi rambatan kerusakan konstruksi pada badan pesawat.
Kontribusi BJ Habibie
berhasil meringankan bobot pesawat kosong, tanpa berat penumpang dan bahan
bakar, hingga 10 persen dari sebelumnya. Angka penurunan ini bisa mencapai 25
persen setelah material komposit dimasukkan ke dalam tubuh pesawat.
Bacharuddin Jusuf Habibie
atau lebih dikenal dengan nama B.J. Habibie menjadi presiden pada usia 62
tahun. Ia lahir di Parepare, Sulawesi Selatan pada tanggal 25 Juni 1936. Ia
anak keempat dari delapan bersaudara dari pasangan pasangan Alwi Abdul Jalil
Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo. Sang ayah merupakan seorang ahli
pertanian dari Gorontalo dan memiliki keturunan Bugis. Sedangkan sang ibu asal
Jawa dan merupakan anak dari dokter spesialis mata di Yogyakarta.
Habibie sudah menunjukkan
kecerdasannya sejak dini. Ia memiliki ketertarikan khusus dengan fisika. Dalam
hal pendidikan, pernah bersekolah di SMAK Dago, Bandung, dan meneruskan kuliah
selama 6 bulan di Institut Teknologi Bandung dengan studi Teknik Mesin pada
tahun 1954. Setahun kemudian, Ia melanjutkan studi teknik penerbangan selama 10
tahun di Rhenisch Wesfalische Tehnische Hochscule (RWTH), Aachen, Jerman dengan
dibiayai oleh ibunya. Habibie meraih 2 gelar sekaligus yaitu Diplom Ingenieur
pada tahun 1960 dan Doktor Ingenieur pada tahun 1965 dengan predikat summa cum
laude.
Habibie dan istrinya tinggal
di Jerman. Habibie harus bekerja keras untuk membiayai rumah tangga dan biaya
kuliah doktoralnya. Ia juga mendalami teknik dan konstruksi pesawat terbang.
Setelah lulus, B.J. Habibie
bekerja di perusahaan penerbangan yang berpusat di Hamburg, Jerman, yaitu
Messerschmitt-Bölkow-Blohm (MBB) pada 1965-1969 sebagai Kepala Penelitian dan
Pengembangan pada Analisis Struktrur Pesawat Terbang, dan kemudian menjabat
Kepala Divisi Metode dan Teknologi pada
industri pesawat terbang komersial dan militer dari tahun 1969 hingga
1973.
Atas kinerja dan
kredibelitasnya, ia pun dipercaya sebagai Vice President sekaligus Direktur
Teknologi di MBB periode 1973-1978 serta menjadi Penasihat Senior bidang
teknologi untuk Dewan Direktur MBB (1978). Dialah satu-satunya orang Asia yang
menduduki jabatan nomor dua di perusahaan pesawat terbang Jerman ini.
Sebelum memasuki usia 40
tahun, karier Habibie sangat cemerlang, terutama dalam urusan desain dan
konstruksi pesawat terbang. Habibie bagaikan berlian yang bersinar di Jerman.
Kedudukan terhormat pun berhasil ia gapai baik secara materi dan
intelektualitas. Selama bekerja di Jerman, Habibie menyumbang berbagai hasil
penelitian dan sederet teori untuk ilmu pengetahuan dan teknologi
Thermodinamika, Konstruksi, dan Aerodinamika. Beberapa rumusan teorinya dikenal
dalam dunia pesawat terbang seperti “Habibie Factor“, “Habibie Theorem” dan
“Habibie Method“.
Pada tahun 1968, Habibie
telah mengundang sejumlah insinyur tanah air untuk turut bekerja di industri
pesawat terbang Jerman. Sekitar 40 insinyur Indonesia akhirnya dapat bekerja di
MBB atas rekomendasi Habibie.
Hal ini dilakukan untuk
mempersiapkan kemampuan dan pengalaman insinyur Indonesia jika kembali ke Tanah
Air dan membuat produk industri dirgantara. Mengetahui kecerdasan Habibie,
Presiden Soeharto tak tinggal diam. Ia mengirim Ibnu Sutowo ke Jerman untuk
menemui seraya membujuk Habibie pulang ke Indonesia, Habibie bersedia dan
melepaskan jabatan dan prestasinya di Jerman.
Habibie pun diangkat menjadi
penasehat pemerintah langsung dibawah presiden di bidang teknologi pesawat
terbang dan teknologi tinggi hingga tahun 1978. Meskipun demikian selama tahun
1974-1978, Habibie masih sering pulang pergi Jerman karena masih menjabat
sebagai Vice Presiden dan Direktur Teknologi di MBB.
Setelah itu, ia diangkat
Soeharto menjadi Menteri Negara Riset
dan Teknologi selama 2 dekade mulai dari 1978 hingga 1998. Lalu, 14 Maret 1998
Habibie terpilih menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia dalam Kabinet
Pembangunan VII. Ia juga menduduki posisi ketua umum ICMI (Ikatan Cendekiawan
Muslim Indonesia) saat masih menjadi menteri.
Tragedi Mei 1998, awal
muncul Era Reformasi membawa perubahan posisi Habibie. Kerusuhan Mei 1998 yang
melanda beberapa kota di Indonesia dan berpusat di Jakarta telah menggulingkan
Presiden Soeharto yang sudah menjabat selama 32 tahun. Hal itu menyebabkan
Habibie naik ke kursi Presiden terhitung sejak 21 Mei 1998.
2). Terry Mart
Terry Mart |
Prof. Dr. Drs. Terry Mart,
lahir di Palembang, 3 Maret 1965, adalah ilmuwan fisika nuklir dan partikel
yang sekarang mengabdikan diri sebagai guru besar dan dosen di departmen
Fisika, FMIPA, Universitas Indonesia.
Sejak sekolah dasar ia sudah
membaca buku-buku tentang elektronika. Terry juga aktif dalam kegiatan
pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni baik itu dalam skala
nasional maupun internasional. Penelitian yang dilakukannya mengenai
perkembangan partikel kaon, yang disebut sebagai partikel aneh, karena bisa
diproduksi. Partikel kaon ini selalu berdampingan dengan hyperon.
Ia lulus dari SMA 3 Jakarta
dan mendapatkan nilai sempurna pada mata pelajaran matematika dan ilmu pasti
lainnya. Kemudian Terry melanjutkan pendidikannya di Univeritas Indonesia. Pada
saat itu ia diterima melalui jalur undangan yang bernama jalur perintis dua.
Sampai pada akhirnya ia mendapatkan gelar sarjana dari jurusan Fisika
Universitas Indonesia pada tahun 1988 dengan predikat cum-laude.
Pada tahun 1996, dia
menerima gelar Doctor rerum naturalium (Doktor ilmu) dari Universitaet Mainz,
Jerman dengan predikat cum-laude. Antara tahun 1997 sampai tahun 2000, Ia
menghabiskan penelitian pasca doktoral-nya. Penelitian tersebut sebagian besar
dilakukan di Universitas George Washington, Washington DC, Amerika Serikat,
Departemen Simulasi Fisika dan Pusat Sains, Universitas Sains Okayama, Okayama,
Jepang, dan Institut fur Kernphysik, Jerman.
3. Yogi Ahmad Erlangga
Yogi Ahmad Erlangga |
Dr. Yogi Ahmad Erlangga
berhasil menyelesaikan persamaan Helmholtz menggunakan matematika numerik
secara cepat (robust). Dengan penemuannya, proses penyelesaian data seismik
menjadi ratusan kali lebih cepat. Penemuan alumni Teknik Penerbangan ITB ini
juga menjadi angin segar bagi perusahaan minyak bumi. Para insinyur minyak
berhasil menyelesaikan berbagai data dengan lebih cepat dan akurat. Salah satu
perusahaan minyak yang tertarik dengan temuan ini adalah Shell.
Dr. Yogi Ahmad Erlangga,
alumni Teknik Penerbangan ITB 1993 dianugerahi penghargaan Achmad Bakrie untuk
kategori ilmuwan muda berprestasi. Penghargaan Achmad Bakrie X tersebut
diberikan oleh Freedom Institute pada Minggu (12/08/12). Yogi yang merupakan
dosen di Program Studi Teknik Penerbangan ITB ini mendapatkan gelar tersebut
atas prestasinya menyelesaikan persamaan Helmholtz menggunakan matematika
numerik secara cepat (robust).
Penelitian yang dilakukan
sebagai riset PhD-nya itu menggunakan metode "Ekuasi Helmholtz".
Metode tersebut merupakan cara untuk menginterpretasi data pengukuran gelombang
akustik. Buah dari risetnya tersebut dapat mempercepat pemrosesan data seismik
dalam survey cadangan minyak bumi. Tidak heran bila salah satu perusahaan
minyak internasional antusias memberikan dana untuk menyelesaikan riset
tersebut.
Yogi berhasil mempertahankan
tesisnya di auditorium Delft University of Technology (DUT), Belanda dihadapan
para penguji pada Desember 2005. Dari temuannya itu, persamaan Helmholtz yang
digunakan dalam pemrosesan data seismik menjadi seratus kali lebih cepat. Hal
ini menjadi angin segar bagi perusahaan minyak karena metode ini terbukti lebih
baik dan cepat daripada yang biasa digunakan.
Mendapat gelar sarjana
teknik di Program Studi Aeronotika dan Astronotika ITB pada 1998, Yogi
melanjutkan studinya di DUT, Belanda. Gelar master dan doktor didapatkannya di
bidang matematika terapan dari universitas yang sama.
Yogi yang sempat mengikuti
program post-doctoral di Jerman tercatat pernah mejadi asisten profesor bidang
matematika di Universitas Alfaisal, Arab Saudi. Saat menjadi asisten profesor,
Yogi banyak melakukan penelitian di bidang aljabar linier dan analisis matriks.
4. Nelson Tansu
Nelson Tansu |
Prof. Dr. Nelson Tansu,
B.S., FNAI, Ph.D. lahir 20 Oktober 1977, adalah seorang akademisi dan peneliti
nanoteknologi dan optoelektronika asal Indonesia yang menjadi tenure-track
Assistant Professor di Universitas Lehigh (Lehigh University) pada usia 25
tahun, sejak Juli 2003. Nelson Tansu berhasil menyisihkan lebih dari 300 doktor
untuk mendapatkan jabatan Assistant Professor tersebut di Universitas Lehigh
sejak Juli 2003.
Riset Tansu adalah dalam
bidang fisika terapan (Applied Physics) terutama dalam bidang semikonduktor,
nanoteknologi, dan fotonika. Sejak April 2007 sampai April 2009, ia menjadi
Peter C. Rossin (Term Chair) Assistant Professor di Universitas Lehigh. Sejak
Mei 2009 (usia 31 tahun) sampai April 2010, Tansu dipromosi menjadi Associate
Professor dengan tenure di Universitas Lehigh. Sejak Mei 2010 sampai sekarang,
Tansu dipromosi menjadi Class of 1961 Chair Associate Professor (dengan tenure)
di Universitas Lehigh. Pada tahun 2016, Nelson telah menjadi salah satu Fellow
of National Academy of Inventor (NAI). Beberapa kontribusinya termasuk
mendirikan Center for Photonics and Nanoelectronics (CPN) di Lehigh University.
Nelson Tansu adalah putra
kedua dari pasangan ayah (Almarhum) Iskandar Tansu dan ibu (Almarhum) Auw Lie
Min. Ia lahir dan besar di Medan. Tansu menyelesaikan pendidikan dari
TK-SD-SMP-SMA di Yayasan Perguruan Sutomo 1 Medan, dan menjadi lulusan terbaik
saat menyelesaikan pendidikan SMA pada bulan Mei 1995. Kemudian, dia
melanjutkan pendidikan S1 (BS) sampai S3 (PhD / Doktor) di Universitas
Wisconsin – Madison.
Hasil Riset: (a). Lebih dari
220 publikasi jurnal dan konferensi ilmiah internasional (February 2011)
tentang semikonduktor, optoelektronika, fotonika, dan nanoteknologi. Terutama
bidang riset mencakup fisika dan teknologi dari semikonduktor nanostruktur
untuk laser, diode pemancar cahaya, sel surya, komunikasi, energi, dan lainnya.
(b). Journal citations: > 7000 citations, dan H-index = 49, H-index = 43
(tanpa self-citation, Researchgate.com, 2018). (c). Delapan paten dalam bidang
nanoteknologi dan optoelektronika dari kantor paten Amerika Serikat.
5. Khoirul Anwar
Khoirul Anwar |
Khoirul Anwar merupakan seorang ilmuwan Indonesia yang menemukan konsep dua Fast Fourier Transform (FFT). Teknologi ini lebih dikenal dengan nama 4G LTE di masyarakat umum. Konsep FFT menjadi standar International Telecommunication Union (ITU) yang dipatenkan pada 2005. Lulusan Nara Institute of Science and Technology (NAIST) Jepang ini juga punya hak paten lain, misalnya sistem deteksi illegal transmitter yang berpotensi dipakai dalam teknologi 5G.
6. W. Z. Johannes
Wilhelmus Zakaria Johannes |
Prof. dr. Wilhelmus Zakaria
Johannes sering juga ditulis dalam ejaan baru Wilhelmus Zakaria Yohannes (16
Juli 1895 – 4 September 1952) adalah ahli radiologi pertama di Indonesia, guru
besar Radiologi dan pernah menjabat Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, dan Wakil Ketua Senat Universitas Indonesia. Ia merupakan putra sulung
dari M. Z. Johannes dan Ester Johannes-Amalo. Ayahnya bekerja sebagai seorang
guru bantu di Sekolah Dasar dan seorang pengurus gereja.
Namanya diabadikan sebagai
nama rumah sakit umum di Kupang, Nusa Tenggara Timur yakni RSU WZ Johannes.
Nama pahlawan ini juga diabadikan menjadi nama sebuah kapal perang TNI-AL yakni
KRI Wilhelmus Zakaria Johannes. Sebagai dokter Indonesia pertama yang
mempelajari ilmu radiologi di Belanda, WZ Johannes juga menjadi ahli rontgen
pertama yang sangat berjasa dalam pengembangan ilmu kedokteran Indonesia
sehingga mendapat gelar Pahlawan Nasional.
W. Z. Yohannes pernah
mengenyam pendidikan di Sekolah Melayu di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Pada tahun 1905, ia melanjutkan sekolahnya di Europesche Legere School (ELS) di
Kupang. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan di School tot Opleiding van
Indische Artsen (STOVIA) dan mendapatkan gelar Indische Arts pada 1920. Ia juga
berkali-kali diancam menjadi sasaran tembak tentara Belanda karena mengibarkan
bendera Merah Putih di depan rumahnya.
W. Z. Johannes mengawali
kariernya sebagai dokter di rumah sakit di Palembang setelah lulus pendidikan
dari STOVIA. Setelah mengabdi selama sembilan tahun di rumah sakit tersebut, ia
pindah ke Centrale Burgelijke Ziekenhuis Batavia dan di sana diangkat sebagai
asisten dokter B.K. Van der Plaats, seorang guru besar radiologi. Pada 1935, ia
dipindahkan lake Centrale Burgerlijke Ziekeninrichting Semarang. Di sana ia
memiliki jasa penting dalam pengembangan radiologi di rumah sakit tersebut. Setelah
mengabdi di Semarang selama satu tahun, ia dipindahkan kembali ke rumah sakit
sebelumnya hingga tahun 1939 dan sejak saat itu, ia dikenal sebagai ahli
radiologi pertama Indonesia.
Pada saat yang bersamaan, ia
diangkat sebagai anggota Dewan Rakyat yang mewakili Karesidenan Timur. Saat
masa pendudukan Jepang di Indonesia, W. Z. Johannes mendirikan Badan Persiapan
Persatuan Kristen (BPPK) bersama Sam Ratulangi. Pada tahun 1952, ia diangkat
menjadi Rektor Universitas Indonesia.
7. Eniya Listiani Dewi
Eniya Listiani Dewi |
Prof. Dr. Eng. Eniya
Listiani Dewi (lahir 14 Juni 1974) adalah salah satu ilmuwan wanita Indonesia.
Ia adalah alumnus S1-S3 dari Waseda University (Universitas Waseda) di Jepang.
Program S1 di Waseda University ditempuh dengan menggunakan beasiswa dari
Science and Technology Advance Industrial Development (STAID) Kementerian
Negara Riset dan Teknologi. Putri pasangan pasangan Hariyono (alm) dan Sri
Ningsih ini juga mendapat beasiswa di perguruan tinggi yang sama melalui
lembaga lain. Ia menempuh waktu 9 tahun untuk menyelesaikan program S1-S3 dari
tahun 1994-2003. Eniya Listiani meraih penghargaan Habibie Award dari The
Habibie Center, pada 30 November 2010 sebagai peneliti Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT). Eniya merupakan penerima Habibie Award atau
Anugerah Habibie termuda sepanjang sejarah Habibie Award. Penghargaan ini
dikantunginya bersama dengan penghargaan lain, baik dari Indonesia maupun dari
Jepang, karena keberhasilannya menemukan katalis baru untuk sel bahan bakar.
Eniya menerima Habibie Award 2010 di ilmu rekayasa.
Salah satu karya yang
mengawali kiprahnya di bidang sel bahan bakar adalah penemuan katalis baru
untuk sel bahan bakar. Katalis yang terbentuk menjadi terdiri dari 10 penyusun,
padahal harusnya ada 2 penyusun. Dari hasil karya tersebut, perempuan yang
menyelesaikan gelar doktor dari Fakultas Aplikasi Kimiawi, Polimer, Katalis dan
Sel Bahan Bakar Waseda University, Jepang ini meraih beragam penghargaan,
termasuk Mizuno Awards dan Koukenkai Awards dari Waseda University dan Polymer
Society Japan pada tahun 2003. Katalis baru temuan Eniya itu telah membuat
terobosan zinc-air fuel cell (ZAFC). Yakni, suatu generator penghasil listrik
berbahan bakar logam dan oksigen.
Hasil risetnya
dipublikasikan di delapan jurnal internasional dalam waktu tiga tahun. Temuan
tersebut lantas diakui dunia. Eniya mendapatkan penghargaan Mizuno Award dan
Koukenkai Awards dari Waseda University dan "Presentation Award" dari
Polymer Society Japan pada 2003. Teknologi sel bahan bakar merupakan sumber
energi alternatif penghasil listrik yang ramah lingkungan. Cara kerjanya,
mereaksikan gas hidrogen dengan oksigen berdasar prinsip elektrokimia. Hasilnya
adalah listrik, panas, dan air murni. Tanpa suara, tanpa emisi, layaknya
baterai atau aki. Fuel cell memang tidak meninggalkan emisi. Hasil buangnya
hanya berupa air murni. Prinsip fuel cell mirip dengan baterai atau aki.
Bedanya, energi baterai dan aki bisa “habis”, sedangkan energi fuel cell tidak
akan habis asal diisi dengan bahan bakar. Sebagai bahan bakar, diisikan
hidrogen, alkohol (metanol, etanol), dan hidrokarbon lain. Penelitiannya di
bidangfuel cell telah dipublikasikan di jurnal dan makalah internasional serta
dalam negeri. Jumlahnya lebih dari 160 judul. Dia juga telah mematenkan temuan
tersebut di enam hak kekayaan intelektual. Empat paten miliknya juga masih
diproses
Karya terbarunya adalah
ThamriON, sebuah membran sel bahan bakar temuannya yang baru saja mendapatkan
penghargaan Inovasi Paten dari Ditjen HKI 2010. ThamriON tersebut adalah
membran sel bahan bakar yang terbuat dari plastik yang direaksikan dengan asam
sulfat. Karena telah direaksikan, maka plastik bisa menghantarkan listrik.
Teknologi sel bahan bakar dan bahan pendukung lain hasil risetnya di kembangkan
80 persen dari material lokal, sehingga biayanya lebih murah. Dengan proses
manufaktur secara mandiri, sel bahan bakar yang tersebut telah diterapkan untuk
menyalakan perangkat elektronik dan sepeda motor dengan kapasitas 500 Watt.
Untuk mengembangkan proses produksi dan penyimpanan bahan bakar, Eniya bekerja
sama dengan berbagai pihak. Diantaranya adalah Fakultas Teknik Kimia
Universitas Gadjah Mada, Pusat Teknologi Bioindustri, industri polimer dan
baterai.
Prestasi: (1). General
Electric Inspiring Woman in STEM Award 2019; (2). BJ Habibie Teknologi Award
Bidang Teknologi Energi 2018; (3). 72 Ikon Prestasi Indonesia Bidang Sains dan
Teknologi 2017; (4). Satyalancana Wira Karya 2016 2016 (5). “Pahlawati”
Orkestra bidang Riset dan Teknologi 2016; dan masih banyak lagi lainnya.
8. Josaphat Sumantyo
Josaphat Tetuko Sri Sumantyo |
Prof. Josaphat 'Josh' Tetuko Sri Sumantyo, Ph.D. (lahir 25 Juni 1970) yang saat ini menjabat Full Professor (permanent staff) di Center for Environmental Remote Sensing, Universitas Chiba, Jepang dan sebagai profesor/dosen tamu di berbagai universitas, adalah salah satu pemegang paten antena mikrostrip (antena berbentuk cakram berdiameter 12 sentimeter dan tebal 1,6 milimeter) yang dapat digunakan untuk berkomunikasi langsung dengan satelit. Penemu circularly polarized synthetic aperture untuk pesawat tanpa awak dan small satellte, serta radar peramal cuaca 3 dimensi.
Ia beristrikan Innes
Indreswari Soekanto (seorang bekas dosen Seni Rupa di Institut Teknologi
Bandung) dan mereka memiliki seorang anak, yaitu Johannes 'MD' Pandhito Panji
Herdento. Pada saat Josaphat Tetuko Sri Sumantyo (biasa disapa dengan Josh) dan
istrinya belajar bersama di Chiba University, mereka mendirikan yayasan bernama
Pandhito Panji Foundation (PPF) guna memajukan dunia penelitian, pendidikan dan
seni rupa di Indonesia. Yayasan ini terdiri dari Pusat Penelitian Remote
Sensing (RSRC), Pusat Penelitian Pendidikan (ERC) dan Pusat Penelitian Seni
Rupa (ARC). Hasil penelitian dari ketiga pusat penelitian tersebut telah banyak
disebarluaskan ke masyarakat Indonesia, dan telah dimuat di berbagai mass media
dalam dan luar negeri. Khususnya hasil karya mereka di bidang remote sensing
telah dinikmati oleh kalangan Universitas, Lembaga Penelitian, Pemerintah
Daerah hingga militer di Indonesia dan luar negeri untuk monitoring lingkungan
dan bencana. Pusat penelitian ini telah memberikan beasiswa dari tingkat SD
hingga S2 di berbagai sekolah dan perguruan tinggi Indonesia. Sedangkan karya
seni keluarga mereka lewat Innes Sculpture Studio banyak dapat dinikmati di
berbagai kota dalam dan luar negeri, serta dikoleksi oleh berbagai orang di
seluruh dunia.
Bidang keahlian Josh adalah
analisis teori hamburan gelombang mikro dan terapannya untuk microwave (radar)
remote sensing, khususnya synthetic aperture radar (SAR), radar bawah tanah
atau subsurface radar (VLF dan Microwave), analisis dan perancangan printed
antenna untuk mobile satellite communications dan synthetic aperture radar
(SAR). Ia menguasai perancangan integrasi sistem radar gelombang mikro, radar
Radio Frequency (RF) system , patch antenna, microwave image signal processing
dll. Ia juga merancang SAR masa depan untuk keperluan platform pesawat terbang
tanpa awak (UAV) dan satellite. Saat ini ia mengembangkan pesawat tanpa awak
Josaphat Laboratory Experimental Unmanned Aerial Vehicle (JX) series maupun
microsatellite onboard Synthetic Aperture Radar (SAR) sensor. SAR sensor ini
nanti digunakan untuk monitoring permukaan bumi dan planet lain untuk
pengembangan keperluan ilmu pengetahuan pada masa depan. Mulai 1 April 2013
Josh juga dipercaya oleh Kementerian Pendidikan dan Teknologi Jepang
(Monbukagakusho) untuk mengembangan dua microsatellite yang membawa sensor
GNSS-RO dan CP-SAR ciptakaan Josh untuk melakukan observasi lapisan Ionosfer
dan permukaan bumi, di mana teknologi ini di masa depan diharapkan dapat
digunakan untuk mengetahui fenomena-fenomena sebelum terjadinya bencana di
permukaan bumi, khususnya gempa bumi, sehingga teknologi diharapkan dapat
mengurangi jumlah korban akibat bencana yang terjadi di permukaan planet,
khususnya bumi.
Ia telah menerima banyak
penghargaan dan research grants yang berhubungan dengan penelitian dan studinya
dari lembaga penelitian dalam dan luar negeri sdb. Serta ia telah meluluskan
dan menjadi outside reviewer banyak mahasiswa program S-1, S-2 dan S-3 dari
berbagai negara.
9. Bambang Widiatmoko
Bambang Widiatmoko |
Dr. Bambang Widiatmoko M.Eng
adalah peneliti kelahiran Boyolali tahun 1965 yang telah menghasilkan karya
bermanfaat bagi masyarakat dan diakui dunia internasional. Bambang Widiatmoko
13 tahun belajar di Tokyo Institute of Technology, Jepang, untuk program S-2
hingga doktor itu mencatatkan 30 paten di Jepang. Kebanyakan berbasis laser.
Karya terbesar Bambang adalah Optical Frequency Comb Generator (OFCG).
Sinar laser dapat dipecah
menggunakan alat temuan Bambang. Temuan tersebut dinamakan Optical Frequency
Comb Generator (OFCG), yakni pembangkit sisiran frekuensi optik. Ini alat
pencacah sinar laser yang lazim digunakan di perusahaan berbasis fiber optik.
Temuannya itu juga telah dipakai berbagai industri komunikasi di Jepang. Berkat
temuannya tersebut Bambang diberi penghargaan berupa medali Anugerah Habibie
dari The Habibie Center (THC), yayasan yang bergerak di bidang Pengembangan
Sumber Daya Manusia dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Bambang dinilai
sangat berjasa sebagai peneliti teknologi, khususnya ilmu rekayasa. Dulu para
peneliti sama sekali tak terpikir bagaimana mencacah sinar laser menjadi ribuan
sinar baru. Sebab, memecah sinar adalah pekerjaan sulit. Bila satu sinar yang
dipancarkan perlu satu transmitor, kalau memancarkan banyak sinar, tentu juga
perlu banyak transmitor.
Bambang berhasil menciptakan
alat pencacah sinar laser yang hanya sebesar jari kelingking sebagai produk
dasar. Kemudian Bambang menyempurnakan temuannya agar bisa diproduksi secara
massal. Ide Bambang membuat pemancar sinar tersebut disempurnakan dan ukurannya
menjadi sebesar kotak P3K. Bambang Widiatmoko terinspirasi oleh tiga peraih
Nobel Fisika tahun 2005. Mereka adalah Roy J. Glauber, peneliti Harvard
University; John L. Hall, peneliti University of Colorado, dan Theodor W.
Hansch, fisikawan Max Planck dari Institut fur Quantenoptik Garching, Jerman.
Dua nama terakhir merupakan karib Bambang dalam melaksanakan riset-riset
fisika. Ketika masih di Jepang, Bambang memproduksi massal alat ciptannya
tersebut. Bahkan, dia juga mendirikan perusahaan ventura bernama Optocomb.
Bambang menggandeng dua sahabatnya. Alat yang dipasarkan itu berseri BK625SM.
BK merupakan gabungan inisial Bambang (B) dan Kourogi (K). Kourogi adalah karib
Bambang di Jepang.
10. Adi Utarini
Adi Utarini |
Adi Utarini, lahir 4 Juni 1965, adalah seorang pengajar dan peneliti berkebangsaan Indonesia. Ia merupakan peneliti dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada. Pada Desember 2020, Adi Utarini dianugerahi penghargaan 10 peneliti paling berpengaruh di dunia oleh jurnal ilmiah Nature atas penelitiannya tentang pengurangan demam berdarah dengue melalui intervensi nyamuk ber-Wolbachia di Yogyakarta. Pada 2021, nama Utarini masuk ke dalam Time 100 yaitu daftar 100 Orang Paling Berpengaruh versi majalah Time.
Adi Utarini awalnya
mendapatkan pendidikan kedokteran di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Setelah lulus pada tahun 1989, ia kemudian mendapat dua gelar S2, dari UCL
Great Ormond Street Institute of Child Health, Inggris (1994) serta Universitas
Umeå, Swedia (1997). Ia melanjutkan pendidikannya di Umeå untuk gelar doktor
(S3). Penelitian doktoralnya di Umeå bertopik program pengendalian malaria di
Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Ia mendapat gelar doktor pada 2002.
Utarini adalah seorang
pengajar dan peneliti di Universitas Gadjah Mada dengan spesialisasi
pengendalian penyakit dan kualitas pelayanan kesehatan. Ia juga menjabat
sebagai kepala Eliminate Dengue Project (Proyek Pemberantasan Dengue) di
Yogyakarta, sebuah kota berpenduduk 400.000 orang yang memiliki tingkat
penularan dengue yang tinggi. Pada 2018, ia mengisi sebuah seminar TEDx tentang
upaya-upaya pengurangan dengue di kota tersebut.
Utarini menjadi salah satu
pimpinan uji terkontrol secara acak untuk meneliti teknik penggunaan nyamuk
ber-Wolbachia untuk pengurangi penyebaran penyakit yang dibawa oleh nyamuk,
termasuk demam berdarah dengue, yang dilakukan sejak 2016 di Yogyakarta. Pada
Agustus 2020 ia mengumumkan bahwa metode ini berhasil mengurangi kasus dengue
sebesar 77% selama periode penelitian.
Wolbachia adalah sebuah
bakteri yang jika diberikan pada nyamuk dapat mencegah penyebaran virus dari
nyamuk tersebut kepada manusia. Metode ini telah dikembangkan sejak tahun
1990an di Universitas Monash, tetapi sebelum penelitian Utarini belum ada
penelitian acak terkontrol yang dilakukan untuk membuktikannya, sehingga jurnal
ilmiah Nature menyebut penelitian ini sebagai "bukti terkuat" untuk
membuktikan metode Wolbachia.
Dalam penelitian ini, kota
Yogyakarta dibagi menjadi 24 area, 12 di antaranya dipilih secara acak untuk
dilakukan penyebaran nyamuk yang telah diberi Wolbachia dan 12 sisanya
dibiarkan sebagai pembanding (kontrol). Tabir penelitian ini dibuka pada Juni
2020 untuk dilakukan analisis oleh para peneliti. Hingga Desember 2020, data
penelitian ini belum diterbitkan sepenuhnya, tetapi hasil sementara yang
dirilis pada Agustus 2020 menunjukkan adanya pengurangan 77% kasus dengue di
area yang menerima nyamuk berWolbachia dibandingkan dengan daerah kontrol. Para
ahli epidemiologi dunia menyebut hasil ini sebagai "benar-benar
mengejutkan", dan menyebutnya sebagai langkah penting dalam upaya
memberantas dengue, yang diperkirakan menyebabkan 400 juta infeksi dan 25.000
kematian setiap tahunnya di seluruh dunia.
Utarini direkrut dalam upaya
ini pada 2013 dan menjadi kepala ilmuwan Indonesia di dalamnya. Selain memimpin
dan mengoordinasi penelitian, ia juga menjalankan peran penting dalam
mendapatkan izin berbagai kementrian terhadap percobaan ini. Selama periode uji
ini, Utarini menggalang dukungan masyarakat dengan membuat berbagai mural, film
dan video singkat, serta bertatap muka. Antusiasme masyarakat untuk
berpartisipasi dianggap sebagai salah satu aspek sukses dari penelitian ini.
Pada 2020, Utarini terpilih
sebagai salah satu dari Nature's 10, yaitu daftar sepuluh ilmuwan paling
berpengaruh sepanjang tahun tersebut, berkat upayanya merintis uji nyamuk
ber-Wolbachia di Indonesia. Kepada surat kabar Kompas, ia berkisah bahwa sempat
terkejut namanya masuk. Untuk memastikan, ia menghubungi Direktur WMP di
Vietnam Scott O'Neill. Semula ia menduga namanya dimasukkan orang lain,
rupanyalah Nature punya cara sendiri untuk memilih. Sebelum itu, kata Utarini,
ia telah diwawancarai dan difoto khusus 2 pekan sebelum namanya masuk laporan
jurnal itu.
11. Tri Mumpuni
Tri Mumpuni |
Tri Mumpuni Wiyatno, lahir di Semarang tanggal 6 Agustus 1964, adalah seorang pemberdaya listrik di lebih dari 60 lokasi terpencil di Indonesia yang mendapat penghargaan Ashden Awards 2012. Ia merupakan anak dari pasangan Wiyatno (alm.) dan Gemiarsih. Kedua orang tuanya mengajarkan untuk berbagi dan memberi. Bahkan, pada kelas 4 SD ia sudah ikut ibunya keliling ke kampung-kampung mengobati orang yang kena penyakit koreng. Dari pengalaman itulah, ia mendapat pelajaran bahwa dari proses hubungan manusia itu uang bukan segalagalanya. Sewaktu masih muda, ia sudah terbiasa melihat dan membantu ibunya yang aktif dalam kegiatan sosial. Ia juga bercita-cita sebagai dokter, bidang yang sama sekali bertolak belakang dengan keadaannya sekarang ini.
Ia dikenal sebagai tokoh
yang mengembangkan kemandirian masyarakat di kawasan terpencil melalui
pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) yang telah diakui baik di dalam
negeri maupun di luar negeri. Dirinya tidak jarang berhari-hari tinggal di satu
desa yang jauh dari akses infrastruktur dan informasi, hanya untuk memastikan
kesiapan masyarakat membangun listrik mikro hidro.
Ide awal pembangunan PLTMH
berawal dari seringnya Tri Mumpuni bersama suaminya, Iskandar Budisaroso
Kuntoadji berkeliling ke desa-desa dan melihat sumber air yang melimpah namum
belum ada kabel distribusi listrik dilokasi tersebut, barulah ia melakukan
tindakan.
Sebelum diadakan
pembangunan, ia dan suami bicarakan kepada kepala desa setempat untuk
kemungkinan untuk membangun pembangkit listrik dengan memanfaatkan aliran
sungai untuk menghasilkan listrik dari sebuah turbin.
Langkah selanjutnya Tri
Mumpuni adalah mengumpulkan data untuk melihat kemungkinannya secara teknis
serta menghitung rencana anggaran biaya kemudian mencari sumber dana untuk
pembangunan pembangkit.
Setelah itu, ia bersama
IBEKA mengirimkan tim sosial untuk membangun komunitas yang baik beberapa
minggu dengan masyarakat agar terjalin hubungan yang baik. Langkah awal yang
didekati adalah tokoh agama atau tokoh adat setempat. Barulah kemudian
masyarakat membentuk organisasi yang akan mengurus turbin, dengan menentukan
ketua hingga operator yang tahu bongkar pasang mesin dan organisasi tersebut
harus diberi pengetahuan tentang pengoperasian mesin hingga perawatannya.
Selanjutnya, agar pembangkit
listrik tenaga air itu dapat menjalankan fungsinya terus-menerus maka daerah
tangkapan air di hulu harus dipertahankan seluas 30 kilometer persegi. Tidak
boleh ada penebangan hutan dan vegetasi.
Hingga sekarang Tri Mumpuni
dan suaminya sudah menerangi 65 lokasi dengan tenaga mikrohidronya. Bagi
alumnus IPB ini listrik bukan tujuan utamanya, tetapi bagaimana membangun potensi
desa supaya mereka berdaya secara ekonomi dan lainnya. Dengan begitu, mereka
bisa mengenali peradabannya dan membangun peradabannya.
Bahkan, tak sedikit orang
yang menawarinya untuk masuk partai politik dalam negeri. Namun, ia dengan
tegas menolak tawara itu karena di Indonesia belum pernah ada anggota dewan
yang dipuji oleh rakyat. Kini, di luar negeri, aktivitasnya semakin luas.
Filipina menjadi satu negara yang memasuki tahap implementasi pengembangan
listrik mikrohidro, sedangkan Rwanda dan Kenya masih dalam tahap pelatihan.
Sekarang, ia banyak mendapat pembiayaan dari pihak dalam maupun luar negeri.
Tri pertama kali membangun
pada tahun 1997 Dusun Palanggaran dan Cicemet, enklave di Gunung Halimun,
Sukabumi, Jawa Barat, yang mereka terangi dengan listrik tahun 1997. Untuk
mencapai tempat itu harus berjalan kaki sembilan jam atau naik motor yang
rodanya diberi rantai sebab jalan setapaknya licin.
Ia sama sekali tidak
mendapat bantuan dari manapun. Awalnya masyarakat masih susah dimintai iuran.
Namun setelah enam bulan berlalu, Tri Mumpuni kembali lagi ke Dusun
Palanggaran. Hal tak disangka pun terjadi. Di desa tersebut sudah memiliki kas
sebesar Rp 23 juta. Uang dari listrik dipakai membangun jalan berbatu yang bisa
dilalui kendaraan kendaraan beroda empat. Ini membuka peluang membantu 10 dusun
lain.
Ia merupakan ibu yang baik,
rendah hati, dan bersahaja. Ia adalah tokoh yang diidolakan oleh Amilia
Agustin. Ia pun juga mendapat pujian dari Presiden Amerika Serikat, Barack
Obama dalam acara pertemuan Presidential Summit on Entrepreneurship: Kita
mendapatkan seorang wirausahawan sosial seperti Tri Mumpuni, yang telah
membantu masyarakat desa di Indonesia mendapatkan listrik dan pendapatan dari
pembangkit listrik tenaga air.
12. Dr Joe Hin Tjio
Joe Hin Tjio |
Ilmuwan kelahiran Pekalongan ini berhasil menemukan fakta jumlah kromosom dalam tubuh manusia. Tiap manusia ternyata memiliki 46 buah alias 23 pasang kromosom yang membawa milyaran DNA. Penelitiannya dilakukan di laboratorium Institute of Genetics of Sweden's University of Lund dan dipublikasikan di Hereditas. Jurnal genetika ini telah memiliki kredibilitas yang diakui dunia.
13. Prof Dr Mezak Arnold
Ratag
Mezak Arnold Ratag |
Ilmuwan asal Malang, Jawa
Timur ini, berhasil menemukan lebih dari 100 buah nebula planeter baru. Lahir
pada 4 September 1962, Prof Mezak telah mempublikasikan seratus lebih karya
ilmiah nasional dan internasional.
Namanya Prof Mezak bahkan
diabadikan di 120 Planetary Nebula Cluster seperti
Ratag-Zijlstra-Pottasch-Menzies dan Ratag-Pottasch cluster. Sama seperti
ilmuwan lain, hasil riset Prof Mezak wajib mendapat pengakuan nasional dan
internasional.
14. RM Sedyatmo
RM Sedyatmo |
15. Randall Hartolaksono
Randall Hartolaksono |
16. Warsito P Taruno
Warsito P Taruno |
Warsito P Taruno adalah peneliti Indonesia yang berhasil menemukan alat terapi kanker. Idenya bermula dari keinginan membantu sang kakak yang mengalami kanker payudara stadium IV. Sepulang dari Jepang, dia membuat alat terapi kanker Electro-Capacitive Cancer Therapy (ECCT). Alat ini kemudian lebih dikenal dengan nama jaket Warsito. Meski mengalami kontroversi, temuan ini mendapat tempat di masyarakat lokal dan global.
17. Muhammad Nurhuda
Muhammad Nurhuda |
Muhammad Nurhuda adalah
dosen Fakultas MIPA Universitas Brawijaya yang berhasil menciptakan kompor
ramah lingkungan. Kompor temuannya berhasil menarik perhatian negara-negara
Asia Pasifik dan Amerika.
Nurhuda juga mengembangkan
Rancang Bangun Pilot Plan Gasifikasi Sampah Menjadi Syngas untuk Alternatif
Pembangkit Energi Listrik yang Ramah Lingkungan. Rancangannya menghasilkan
limbah kurang dari batas minimum WHO.
18. Tjokorda Raka
Sukawati
Tjokorda Raka Sukawati |
Tjokorda Raka Sukawati adalah insinyur Indonesia yang menemukan konstruksi Sosrobahu atau sistem Landasan Putar Bebas Hambatan (LPBH). Sistem ini memudahkan pembangunan jalan layang tanpa mengganggu lalu lintas. Hasilnya pembangunan jalan layang tidak menimbulkan kemacetan atau gangguan arus lalu lintas lainnya. Hasil temuan alumni teknik sipil ITB ini digunakan untuk membangun jembatan di Seattle.
Itulah ilmuwan Indonesia yang penemuannya diakui dunia. Semoga kalian bisa terinsipirasi kesuksesan para ilmuwan Indonesia.
Referensi:
Ilmuwan
Indonesia yang Penemuannya Diakui Dunia dari Wikipedia Indonesia dan
https://www.detik.com.
Gambar Ilmuwan Indonesia dari Wikipedia Indonesia dan https://yandex.ru/images/search.
Baca juga:
Hakikat Ilmu Sains dan Metode Ilmiah | |
01 | |
02 | |
03 | |
04 | |
05 | |
06 | |
07 | |
08 | |
09 | |
10 | |
11 | |
12 | |
13 | |
14 | |
15 | |
16 | |
17 | |
18 | |
19 | |
20 | |
21 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar