Kamis, 29 September 2011

Zat Aditif dalam Bahan Makanan


A. Pengertian Zat Aditif Makanan
Zat aditif makanan adalah zat yang ditambahkan dan dicampurkan pada waktu pengolahan makanan. Masuknya zat-zat aditif ini mungkin terjadi saat pengolahan, pengemasan, atau sudah terbawa oleh bahan-bahan kimia yang dipakai.

B. Fungsi zat aditif makanan
(1) Memperbaiki kualitas atau gizi makanan, (2) Memperbaiki  tampilan makanan, membuat makanan tampak lebih menarik, (3) Meningkatkan cita rasa makanan, (4) Membuat makanan menjadi lebih tahan lama atau tidak cepat basi dan busuk.

C. Pengelompokan Zat Aditif berdasarkan Cara Memperoleh
(1) Zat aditif yang berasal dari sumber alami, seperti lesitin dan asam sitrat, (2) Zat aditif sintetik dari bahan kimia yang memiliki sifat serupa dengan bahan alami yang sejenis, baik susunan kimia maupun sifat/fungsinya, seperti amil asetat dan asam askorbat.

D. Pengelompokan Zat Aditif berdasarkan Fungsi

1) Zat Pewarna, digunakan agar makanan terlihat lebih segar dan menarik sehingga menimbulkan selera orang untuk memakannya.

Pewarna Alami: Daun Suji (hijau), Kunyit (kuning), Wortel (jingga)
Pewarna Alami: Daun Suji (hijau), Kunyit (kuning), Wortel (jingga)

a) Zat pewarna alami, dibuat dari ekstrak bagian-bagian tumbuhan tertentu, misalnya warna hijau dari daun pandan atau daun suji, warna kuning dari kunyit, warna cokelat dari buah cokelat, warna merah dari daun jati, dan warna kuning merah dari wortel.

Pewarna Sintesis pada Makanan dan Minuman
Pewarna Sintesis pada Makanan dan Minuman

b) Zat pewarna sintetik, dibuat dari bahan-bahan kimia. Dibandingkan dengan pewarna alami, pewarna sintetik memiliki beberapa kelebihan, yaitu memiliki pilihan warna yang lebih banyak, mudah disimpan, dan lebih tahan lama. Zat pewarna sintetik yang bukan untuk makanan dan minuman (pewarna tekstil) dapat membahayakan kesehatan apabila masuk ke dalam tubuh karena bersifat karsinogen (penyebab penyakit kanker).

Berdasarkan sifat kelarutannya, zat pewarna makanan dikelompokkan menjadi dye dan lake. Dye merupakan zat pewarna makanan yang umumnya bersifat larut dalam air. Dye biasanya dijual di pasaran dalam bentuk serbuk, butiran, pasta atau cairan. Lake merupakan gabungan antara zat warna dye dan basa yang dilapisi oleh suatu zat tertentu. Karena sifatnya yang tidak larut dalam air maka zat warna kelompok ini cocok untuk mewarnai produk-produk yang tidak boleh terkena air atau produk yang mengandung lemak dan minyak.

2) Zat Pemanis, berfungsi untuk menambah rasa manis pada makanan dan minuman.
a) Zat pemanis alami, diperoleh dari tumbuhan, seperti kelapa, tebu, dan aren ataupun pada buah-buahan dan madu, berfungsi juga sebagai sumber energi. Jika kita mengonsumsi pemanis alami secara berlebihan, kita akan mengalami risiko kegemukan.

Pemanis Alami: Gula Merah, Gula Pasir, Madu
Pemanis Alami: Gula Merah, Gula Pasir, Madu

b) Zat pemanis buatan atau sintetik, tidak dapat dicerna oleh tubuh manusia sehingga tidak berfungsi sebagai sumber energi. Oleh karena itu, orang-orang yang memiliki penyakit kencing manis (diabetes melitus) biasanya mengonsumsi pemanis sintetik sebagai pengganti pemanis alami. Pemanis buatan memiliki tingkat kemanisan yang lebih tinggi dibandingkan pemanis alami.

Contoh pemanis sintetik, yaitu sakarin, natrium siklamat, magnesium siklamat, kalsium siklamat, aspartam dan dulsin. Penggunaan sakarin yang berlebihan selain akan menyebabkan rasa makanan terasa pahit juga merangsang terjadinya tumor pada bagian kandung kemih. Contoh lain, garam-garam siklamat pada proses metabolisme dalam tubuh dapat menghasilkan senyawa sikloheksamina yang bersifat karsinogenik (senyawa yang dapat menimbulkan penyakit kanker). Garam siklamat juga dapat memberikan efek samping berupa gangguan pada sistem pencernaan terutama pada pembentukan zat dalam sel.

3) Zat Pengawet,  sengaja ditambahkan pada bahan makanan dan minuman agar makanan dan minuman tersebut tetap segar, bau dan rasanya tidak berubah, atau melindungi makanan dari kerusakan akibat membusuk atau terkena bakteri/jamur.

a) Zat pengawet alami,  berasal dari alam, contohnya gula (sukrosa) yang dapat dipakai untuk mengawetkan buah-buahan (manisan) dan garam dapur yang dapat digunakan untuk mengawetkan ikan.

Contoh Pengawet Sintesis dan Makanan Hasil  Pengawetan
Contoh Pengawet Sintesis dan Makanan Hasil  Pengawetan

b) Zat pengawet sintetik atau buatan, merupakan hasil sintesis dari bahan-bahan kimia. Contohnya, asam cuka dapat dipakai sebagai pengawet acar dan natrium propionat atau kalsium propionat dipakai untuk mengawetkan roti dan kue kering. Garam natrium benzoat, asam sitrat, dan asam tartrat juga biasa dipakai untuk mengawetkan makanan. Zat pengawet lainnya yaitu natrium nitrat atau sendawa (NaNO3) yang berfungsi untuk menjaga agar tampilan daging tetap merah. Asam fosfat yang biasa ditambahkan pada beberapa minuman penyegar juga termasuk zat pengawet. Pemakaian pengawet formalin untuk mengawetkan makanan, seperti bakso, ikan asin, tahu, dan makanan jenis lainnya dapat menimbulkan risiko kesehatan. Ada juga boraks, Pengawet ini bersifat desinfektan atau efektif dalam menghambat pertumbuhan mikroba penyebab membusuknya makanan serta dapat memperbaiki tekstur makanan sehingga lebih kenyal dan hanya boleh dipergunakan untuk industri nonpangan, seperti dalam pembuatan gelas, industri kertas, pengawet kayu, dan keramik. Boraks dapat menimbulkan gangguan pada sistem saraf, ginjal, hati, dan kulit; gejala pendarahan di lambung dan gangguan stimulasi saraf pusat; terjadinya komplikasi pada otak dan hati; menyebabkan kematian jika ginjal mengandung boraks sebanyak 3–6 gram.

4) Zat Penyedap Cita Rasa
a) Zat penyedap cita rasa yang berasal dari alam, misalnya: daun pandan, daun salam, daun jeruk untuk pewangi. Potongan-potongan tulang untuk rasa daging. Sari buah memiliki rasa buah. Terasi, bawang merah, bawang putih untuk penyedap.

b) Zat penyedap cita rasa yang berasal dari  hasil sintesis:  (a) Oktil asetat, makanan akan terasa dan beraroma seperti buah jeruk jika dicampur dengan zat penyedap ini; (b) Etil butirat, akan memberikan rasa dan aroma seperti buah nanas pada makanan; (c) Amil asetat, akan memberikan rasa dan aroma seperti buah pisang; (d) Amil valerat, jika makanan diberi zat penyedap ini maka akan terasa dan beraroma seperti buah apel.

Penyedap sintetik yang sangat populer di masyarakat adalah vetsin atau MSG (mononatrium glutamat). Di pasaran, senyawa tersebut dikenal dengan beragam merek dagang, misalnya Ajinomoto, Miwon, Sasa, Royco, Maggi, dan lain sebagainya. MSG merupakan garam natrium dari asam glutamat yang secara alami terdapat dalam protein nabati maupun hewani. Daging, susu, ikan, dan kacangkacangan mengandung sekitar 20% asam glutamat. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila kita mengkonsumsi makanan yang mengandung asam glutamat akan terasa lezat dan gurih meski tanpa bumbu-bumbu lain. Keunikan dari MSG adalah bahwa meskipun tidak mempunyai cita rasa, tetapi dapat membangkitkan cita rasa komponen-komponen lain yang terkandung dalam bahan makanan. Sifat yang semacam itu disebut dengan taste enhancer (penegas rasa).

Suatu zat aditif dapat saja memiliki lebih dari satu fungsi. Seringkali suatu zat aditif, khususnya yang bersifat alami memiliki lebih dari satu fungsi. Contohnya, gula alami biasa dipakai sebagai zat aditif pada pembuatan daging dendeng. Gula alami tersebut tidak hanya berfungsi sebagai pemanis, tetapi juga berfungsi sebagai pengawet. Contoh lain adalah daun pandan yang dapat berfungsi sebagai pemberi warna pada makanan sekaligus memberikan rasa dan aroma khas pada makanan.

Penulis: Ocvaria Melati Sukma. IX D. SMP Negeri 1 Adiwerna. 2011.
Sumber: Buku BSE IPA SMP klas 8. Membuka Cakrawala Sekitar. Saeful  Karim, dkk. 2008. Gambar dari Google Images

Baca berikutnya ...

2 komentar:

B2STForever mengatakan...

maturnuwun nggeh pa..

Blog Belajar IPA SMP mengatakan...

ya, makasih kembali sudah ikut nulis