Matahari
merupakan sumber energi terbesar di Tata Surya. Energi Matahari dipancarkan
dengan cara radiasi ke seluruh sistem Tata Surya. Sebelum mencapai permukaan
Bumi, radiasi energi Matahari akan melewati atmosfer, oleh atmosfer sebagian
energi Matahari akan diserap dalam bentuk kalor atau panas. Akan tetapi, tidak
semua gas penyusun atmosfer mudah menyerap energi Matahari. Beberapa lapisan
atmosfer tertentu memiliki molekul gas yang sulit menyerap energi Matahari.
Dengan demikian, suhu di tiap lapisan atmosfer berbeda seperti yang digambarkan
oleh garis merah pada Gambar berikut.
Gambar Perubahan temperatur pada lapisan atmosfer |
Lapisan
troposfer memiliki suhu antara -520C hingga 170C.
Berdasarkan pada gambar tersebut, bagian terendah dari stratosfer memiliki suhu
yang paling hangat. Hal ini terjadi karena permukaan Bumi menyerap energi
radiasi Matahari kemudian menyalurkannya ke udara di atasnya.
Berbeda
dengan lapisan troposfer, suhu di lapisan stratosfer semakin tinggi seiring
dengan bertambahnya ketinggian. Hal ini disebabkan adanya ozon. Ozon terdapat
di bagian atas stratosfer. Molekul ozon mampu menyerap energi Matahari,
sehingga mengakibatkan kenaikan temperatur.
Lapisan
mesosfer memiliki karakteristik seperti stratosfer, yakni semakin tinggi maka
temperaturnya semakin rendah. Hal ini dikarenakan mesosfer tersusun atas
molekul gas yang sulit menyerap energi Matahari.
Lapisan
termosfer dan eksosfer merupakan lapisan pertama yang menerima radiasi energi
Matahari. Lapisan termosfer dan eksosfer memiliki jumlah molekul yang sedikit.
Akan tetapi, molekul pada 2 lapisan ini sangat efektif dalam menyerap energi
Matahari. Akibatnya, semakin tinggi ketinggiannya semakin besar pula
temperaturnya.
Referensi:
Buku Guru Ilmu Pengetahuan Alam. SMP/MTs Kelas VII. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. Edisi Revisi Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2017.
Buku Siswa Ilmu Pengetahuan Alam. SMP/MTs Kelas VII Semester 2. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Edisi Revisi Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017.
Baca juga:
Struktur Bumi dan Dinamikanya | |
01 | |
02 | |
03 | |
04 | |
05 | |
06 | |
07 | |
08 | |
09 | |
10 | |
11 | |
12 | |
13 | |
14 | |
15 | |
16 | |
17 | |
18 | |
19 | |
20 | |
21 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar