Teknologi
ramah lingkungan dapat diterapkan pada bidang energi sebagai upaya mencari
sumber energi alternatif untuk masa depan. Berikut ini adalah contoh
penerapannya.
a. Bahan Bakar dari Tumbuhan (Biofuel)
Biofuel
adalah jenis bahan bakar alternatif yang berasal dari bahan-bahan organik.
Biofuel termasuk sumber daya alam yang dapat diperbarui. Tahukah kamu apa yang
membedakan biofuel dengan bahan bakar fosil? Keduanya memang berasal dari
bahan-bahan organik, tetapi biofuel dapat diolah langsung dari bahan organik
seperti tumbuh-tumbuhan, sedangkan bahan bakar fosil berasal dari hewan atau
tumbuhan yang telah mati selama jutaan tahun yang lalu.
Ada
dua jenis biofuel yaitu dalam bentuk etanol (C2H5OH) dan
biodiesel. Etanol merupakan salah satu jenis alkohol yang dapat dibuat dengan
fermentasi karbohidrat atau reaksi kimia gas alam. Beberapa tumbuhan yang
mengandung karbohidrat tinggi seperti jagung, sorgum, dan singkong biasanya
digunakan untuk menghasilkan etanol. Bagaimana proses pembuatan bioetanol?
Perhatikan Gambar di bawah!
Gambar Skema Pembuatan Bioetanol |
Proses
pembuatan bioetanol diawali dengan penghancuran bahan-bahan yang mengandung
karbohidrat, sehingga memiliki ukuran yang kecil. Karbohidrat yang berupa
lignin, selulosa, dan hemiselulosa kemudian dihidrolisis dengan bantuan enzim
yang dihasilkan jamur dan bakteri, sehingga menghasilkan senyawa gula pentosa
dan glukosa. Senyawa gula tersebut kemudian difermentasi oleh Saccharomyces
cerevisiae sehingga menghasilkan etanol dan senyawa lainnya. Agar diperoleh
etanol murni, selanjutnya dilakukan penyulingan (distilasi).
Berbeda
dengan bioetanol, bahan baku pembuatan biodiesel berasal dari lemak nabati,
misalnya dari minyak kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) atau minyak jarak
pagar (Jatropha curcas L.). Di Indonesia, biodiesel sudah dikembangkan dan
diproduksi sebagai bahan bakar kendaraan yang disebut dengan biosolar.
Penggunaan bahan bakar dengan sumber alam yang dapat diperbarui akan sangat
membantu kita untuk menjamin kelestarian lingkungan dan ketergantungan pada ketersediaan minyak
bumi yang semakin menipis. Selain itu, sisa pembakaran dari biofuel juga lebih
ramah lingkungan.
Gambar (a) Tanaman Jarak (Jatropha curcas L.), (b) Biji dan Minyak Tanaman Jarak |
b. Biogas
Biogas
merupakan jenis bahan bakar alternatif yang diperoleh dari proses fermentasi
bahan-bahan organik oleh bakteri anaerob (bakteri yang hidup di lingkungan
tanpa oksigen). Bakteri anaerob bekerja dengan cara mengubah zat organik
menjadi gas metana (CH4) sebesar 75%, dan sisanya adalah gas karbon
dioksida, hidrogen, serta hidrogen sulfida. Namun demikian, gas yang digunakan sebagai
sumber bahan bakar adalah gas metana. Bahan organik yang banyak digunakan dalam
pembuatan biogas berasal dari kotoran dan urine hewan ternak. Saat ini biogas
sudah banyak digunakan sebagai bahan bakar untuk kebutuhan rumah tangga di
Indonesia.
Tahukah
kamu teknik pembuatan biogas secara sederhana? Agar kamu dapat mengetahui
teknik pembuatan biogas secara sederhana, perhatikan Gambar berikut!
Gambar Skema Pembuatan Biogas |
Lingkungan yang memiliki peternakan dan tempat atau pabrik pengolahan makanan (tempat pembuatan tahu, tempe, ikan pindang, dan brem) merupakan tempat strategis bagi pembuatan biogas. Coba kamu pikirkan mengapa harus di tempat-tempat tersebut? Para pemilik pabrik dapat menyatukan semua limbah sisa produksi bahan makanan ke dalam saluran pembuangan untuk kemudian diolah menjadi biogas. Teknologi ini tidak hanya bermanfaat karena mampu menghasilkan sumber energi alternatif, tetapi juga dapat menjaga kebersihan lingkungan. Limbah organik dari hewan ternak dan industri pembuatan makanan tidak dibuang begitu saja, tetapi dijadikan biogas.
c. Sel Surya (Solar Cell)
Kita
dapat mengubah energi cahaya matahari menjadi energi listrik dengan menggunakan
photovoltaic (PV) cell, atau sering disebut solar cell atau sel surya. Pada
umumnya sel surya memiliki ukuran yang tipis (hampir sama dengan selembar
kertas). Sel surya terbuat dari silikon (Si) yang dimurnikan atau polikristalin
silikon dengan beberapa logam yang mampu menghasilkan listrik.
Tahukah
kamu bagaimana sel surya mengubah energi matahari menjadi listrik? Ketika
cahaya matahari mengenai panel surya, cahaya menghasilkan emisi elektron pada
komponen panel. Elektron ini kemudian dihubungkan dengan sistem tertentu
sehingga dihasilkan listrik. Selanjutnya, listrik ini dialirkan dan disimpan
pada baterai, sehingga dapat digunakan pada saat mendung atau malam hari.
Perhatikan Gambar berikut!
Gambar Panel Surya |
Kita dapat memasang panel surya pada atap rumah atau menyusunnya dalam lembaran-lembaran, dinding bangunan, atau pada permukaan benda lain. Teknologi terbaru pada panel surya ini adalah adanya motor elektrik yang dapat menjaga panel surya tetap menghadap cahaya matahari pada siang hari. Dengan demikian, mekanisme panel surya ini akan mengumpulkan energi 30-40% lebih banyak dari panel surya biasa.
Panel
surya memiliki beberapa keunggulan, di antaranya tidak menghasilkan emisi gas
rumah kaca, mampu menghasilkan energi cukup besar, dan mudah dipasang atau dipindahkan
atau dikembangkan. Meskipun memiliki banyak keunggulan, panel surya juga
memiliki beberapa kekurangan, di antaranya adalah membutuhkan sistem
penyimpanan listrik dan komponen pada panel surya ini termasuk jenis bahan yang
berbahaya. Bahan tersebut harus didaur ulang dengan benar setelah pemakaian
selama 20-25 tahun. Selain itu, biaya produksi panel surya masih tinggi
(harganya mahal).
Pembangkit
listrik tenaga surya sudah digunakan secara besarbesaran di Portugal, Spanyol
bagian selatan, Jerman, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Saat ini, Indonesia
mulai menggunakan teknologi ini sebagai
sumber energi pada lampu penerangan di berbagai kota dan untuk memenuhi
kebutuhan listrik di daerah yang belum mendapat aliran listrik. Kita sebagai
anak bangsa tentunya harus banyak belajar mengenai teknologi ini sehingga
teknologi ini dapat diterapkan di seluruh pelosok Nusantara. Indonesia terletak
di daerah khatulistiwa, sehingga sinar matahari mudah diperoleh. Harapannya, semua penduduk Indonesia dapat
menikmati manfaat aliran listrik, wilayah terpencil cocok dengan Pembangkit
listrik tenaga surya.
d. Pembangkit Listrik Tenaga Air (Hydropower)
Tenaga
air atau hydropower menggunakan energi gerak (energi kinetik) dari aliran air
untuk menghasilkan listrik. Siklus air dari hydropower diawali dengan proses
evaporasi atau penguapan air yang kemudian membentuk awan dan hujan. Air hujan
yang terdapat pada dataran tinggi, selanjutnya mengalir ke daerah yang lebih
rendah melalui sungai. Cara yang paling umum untuk memanfaatkan hydropower ini
yaitu dengan membangun dan membendung sungai besar untuk membentuk tempat
penampungan air. Air yang dibendung dialirkan melalui suatu pipa besar dengan
debit atau laju tertentu untuk memutar turbin generator yang akan menghasilkan
listrik. Secara umum, alat pembangkit listrik tenaga air terdiri atas generator
dan turbin. Perhatikan Gambar berikut!
Gambar (a) Skema Pembangkit Listrik Sederhana Tenaga Air, (b) Pembangkit Listrik yang Telah diterapkan di Masyarakat |
Generator terdiri atas dua bagian utama yakni stator dan rotor. Stator adalah bagian yang diam yang terdiri atas lilitan kabel dan suatu silinder, sedangkan rotor adalah bagian yang berputar mengelilingi poros. Poros pada rotor generator terhubung dengan rotor pada turbin. Ketika turbin bergerak berputar karena adanya aliran air maka lilitan dalam stator akan menghasilkan energi listrik. Jadi, cara kerja pembangkit listrik tenaga air ini mengubah energi gerak dari turbin menjadi energi listrik yang dihasilkan melalui generator.
Hydropower
merupakan sumber energi terbarukan pertama yang digunakan untuk menghasilkan
listrik. Teknologi ini memiliki beberapa keunggulan, antara lain dapat
menghasilkan energi yang besar, membutuhkan biaya yang sedikit, dan sedikit
menghasilkan emisi CO2. Selain itu, teknologi hydropower ini
memiliki beberapa kelemahan, antara lain banyaknya lahan yang beralih fungsi
dan pengalihan tempat tinggal penduduk, menyumbang emisi metana (CH4)
yang dilepaskan di udara akibat terurainya organisme yang mati dalam air, dan
mengganggu ekosistem air di daerah muara.
e. Pembangkit Listrik Tenaga Pasang Surut Air Laut dan Ombak (Ocean Power)
Kita
juga dapat menghasilkan listrik dari energi pasang surut air laut dan ombak. Di
beberapa pantai, level ketinggian air dapat naik atau turun hingga 6 meter
bahkan lebih. Bendungan dibangun melintasi bibir pantai untuk mengambil energi
pada aliran air laut untuk digunakan sebagai hydropower.
Saat
ini masih sedikit negara yang menerapkan teknologi ini. Pembangkit listrik
tersebut berada di kota La Rance, Prancis (Gambar bawah).
Gambar Pembangkit Listrik Tenaga Pasang Surut Air Laut di La Rance, Prancis |
Hal ini disebabkan pembangunan teknologi ini membutuhkan biaya yang sangat besar, alat mudah rusak akibat korosi oleh air laut, badai, dan di dunia hanya sedikit daerah yang cocok untuk dibangun teknologi ini.
Selama
bertahun-tahun, ilmuwan dan para teknisi telah mencoba untuk menghasilkan
listrik dengan cara mengambil energi dari ombak sepanjang pantai. Mereka telah
membuat teknologi berbentuk tabung yang terbuat dari baja dan mirip dengan
rantai ular yang dipasang di pantai Portugal. Alat ini akan naik dan turun
akibat adanya ombak, dan dapat menghasilkan listrik. Apakah kamu tertantang
untuk mengembangkan teknologi ini di Indonesia?
Gambar Turbin Pembangkit Listrik Tenaga Ombak |
f. Pembangkit Listrik Tenaga Angin (Wind Power)
Perbedaan
derajat dari sinar matahari yang menyinari bumi pada daerah ekuator dan daerah
kutub menyebabkan terjadinya perbedaan panas di antara daerah tersebut. Bersama
dengan adanya rotasi bumi, terjadilah aliran udara yang disebut angin. Angin
tersebut dapat ditangkap oleh turbin angin dan dapat diubah menjadi energi
listrik. Akhir-akhir ini, pembangkit listrik tenaga angin menjadi sumber energi
dunia terbesar kedua setelah panel
surya.
Ada
dua jenis pembangkit listrik tenaga angin yang saat ini dikembangkan, yaitu
pembangkit listrik tenaga angin yang dibangun di daratan dan yang dibangun di
pantai, seperti yang tampak pada Gambar di bawah.
Gambar (a) Pembangkit Listrik Tenaga Angin yang Dibangun di Daratan, (b) Pembangkit Listrik Tenaga Angin yang Dibangun di Pantai |
Pembangkit listrik tenaga angin yang dibangun di daratan harus terletak di daerah yang jauh dari pemukiman dan sedikit populasi penduduk. Meskipun pembangkit yang dibangun di pantai membutuhkan biaya yang lebih besar, tetapi pembangkit ini memiliki potensi yang besar. Di pantai angin akan bergerak lebih cepat, lebih kuat, dan lebih stabil daripada angin yang bergerak di daratan.
Tidak
seperti minyak dan batu bara, angin tersebar luas dan tidak pernah habis, dan
pembangkit listrik tenaga angin bebas polusi. Pembangkit listrik tenaga angin
merupakan teknologi paling murah untuk menghasilkan listrik. Jika teknologi ini
diterapkan di Indonesia diperkirakan Indonesia tidak akan kekurangan listrik,
bahkan listrik di Indonesia akan berlebih. Namun demikian, ada beberapa hal yang perlu dipikirkan ketika
membangun pembangkit listrik tenaga angin di suatu daerah, di antaranya adalah
keberadaan angin yang harus cukup besar dan stabil. Indonesia sudah mulai
mencoba membangun pembangkit listrik tenaga angin, misalnya di Nusa Penida
(pulau kecil di selatan Pulau Bali) dan juga di Nusa Tenggara Timur.
Kita
sebagai anak bangsa, harus terus berupaya melakukan inovasi dalam mengembangkan
teknologi pembangkit listrik tenaga angin. Coba perhatikan daerah tempat
tinggalmu, apakah di tempat tinggalmu memiliki angin yang cukup besar dan
stabil? Suatu saat nanti, kamu dapat membangun pembangkit listrik tenaga angin
untuk mencukupi kebutuhan listrik di daerahmu.
g. Geotermal
Energi
geotermal merupakan panas yang tersimpan dalam tanah, lapisan dasar bumi, dan
cairan dalam kerak bumi. Kita dapat menggunakan energi yang tersimpan ini untuk
memanaskan dan mendinginkan bangunan serta menghasilkan listrik. Ilmuwan
memperkirakan bahwa hanya dengan menggunakan 1% dari panas yang tersimpan
sedalam 5 km dalam kerak bumi, akan menghasilkan energi 250 kali lebih banyak
dari minyak dan gas alam yang tersimpan di seluruh lapisan bumi.
Salah
satu cara untuk mengambil energi geotermal ini dengan menggunakan sistem pompa
panas geotermal “geothermal heat pump system”.
Sistem ini dapat memanaskan dan mendinginkan sebuah rumah dengan
memanfaatkan perbedaan temperatur. Sistem ini banyak digunakan di negara yang
memiliki empat musim, yaitu musim dingin, musim semi, musim panas, dan musim
gugur. Pada musim dingin, suatu pipa yang diletakkan dalam tanah dapat
mengalirkan cairan yang membawa panas dari dasar bumi menuju sistem
pendistribusian panas di rumah. Sebaliknya, pada musim panas, sistem ini
bergerak berlawanan, memindahkan panas dari rumah dan menyimpannya dalam tanah.
Perhatikan Gambar di bawah ini!
Gambar Aplikasi Geotermal dalam Skala Rumah |
Kita juga dapat mengambil energi dari lapisan bumi yang lebih dalam dengan sistem yang disebut hydrothermal reservoir. Beberapa batuan di dalam bumi memiliki suhu sangat tinggi yang disebabkan oleh adanya pemecahan material radioaktif yang terkandung dalam batuan tersebut. Air dalam tanah bertemu dengan batuan panas sehingga terbentuk uap yang kemudian terakumulasi di antara bebatuan tersebut. Uap air yang terkumpul dalam jumlah besar akan menimbulkan tekanan yang tinggi. Jika kita mengebor bagian tersebut dengan bantuan pipa khusus, uap air akan keluar dengan kecepatan yang besar. Aliran uap inilah yang dapat digunakan untuk menggerakkan turbin sehingga dapat menghasilkan listrik.
h. Fuel Cell dan Hydrogen Power
Matahari
menghasilkan energi yang menjaga keberlangsungan hidup di bumi melalui
penggabungan inti (fusi) atom-atom hidrogen. Hidrogen merupakan unsur kimia
paling sederhana dan paling banyak di alam semesta. Perlu kamu ketahui bahwa
hidrogen yang banyak di alam semesta
bukanlah hidrogen bebas yang dapat langsung dimanfaatkan sebagai bahan bakar,
tetapi hidrogen tersebut berada dalam bentuk senyawa, misalnya hidrogen pada
air (H2O). Oleh karena itu, para ilmuwan menyatakan bahwa gas
hidrogen (H2) akan menjadi bahan bakar di masa depan.
Agar
harapan itu dapat terwujud, ilmuwan saat ini fokus untuk mengembangkan sel
bahan bakar “fuel cell” yang menggabungkan gas hidrogen (H2) dan gas
oksigen (O2). Reaksi antara
gas H2 dengan O2 menghasilkan energi panas yang tinggi,
sehingga dapat digunakan sebagai sumber listrik. Reaksi antara keduanya dapat
dituliskan sebagai berikut: 2 H2
+ O2 → 2 H2O + energi. Perhatikan Gambar berikut!
Gambar Skema Hydrogen Power |
Berdasarkan reaksi kimia tersebut, kita dapat mengetahui bahwa gabungan gas hidrogen dan gas oksigen menghasilkan uap air (H2O) dan energi. Uap air yang dilepaskan ke atmosfer tidak berbahaya, sehingga tenaga hidrogen ini ramah lingkungan. Penggunaan secara luas hidrogen sebagai bahan bakar akan menghilangkan masalah polusi udara dan dapat mengurangi kerusakan iklim, karena dalam teknologi ini tidak dihasilkan CO2. Pengurangan polusi tentunya juga harus didukung dengan pengurangan penggunaan bahan bakar fosil (minyak bumi) atau energi nuklir yang menghasilkan CO2 di bumi. Oleh karena itu, diharapkan dengan penggunaan H2 ini di masa depan bumi akan lebih terjaga dari pencemaran udara.
Hidrogen
juga menyediakan energi lebih banyak daripada bahan bakar lain. Kelebihan ini
membuat hidrogen ideal digunakan sebagai bahan bakar pesawat terbang.
Permasalahan yang saat ini dihadapi yaitu sedikitnya gas hidrogen murni (H2)
di bumi, sehingga hidrogen harus diproduksi melalui senyawa lain yang
mengandung unsur (H), seperti CH4 (metana). Kita dapat menghasilkan
gas hidrogen (H2) dengan memanaskan air, mengaliri listrik, atau
melepas hidrogen dari metana (CH4). Namun saat ini, untuk
menghasilkan gas hidrogen dan alatnya
membutuhkan energi dan biaya yang besar.
Tahukah
kamu bahwa hydrogen power ini sudah banyak dikembangkan terutama sebagai bahan
bakar mobil? Penerapan teknologi ini dimulai pada tahun 1990, Amory Lovin
seorang fisikawan Amerika dan mahasiswanya
mendesain mobil ringan, aman, dan menggunakan bahan bakar
hidrogen.
Ini
merupakan dasar dari mobil-mobil berbahan bakar hidrogen yang saat ini sedang
dikembangkan oleh pabrik mobil. Bahkan
di Jepang, teknologi ini sudah dikembangkan untuk menghasilkan listrik yang
dapat memenuhi kebutuhan listrik suatu kota kecil. Di Kanada, teknologi ini
sudah diproduksi dengan skala yang tidak terlalu besar. Alat ini mampu menghasilkan H2
dari air. Alat ini juga dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan berbahan
bakar hidrogen. Nah, bagaimana menurutmu? Tentunya kamu sangat tertarik untuk
belajar teknologi ini bukan? Dengan mempelajari teknologi ini lebih lanjut dan
lebih dalam tentunya kamu dapat menguasai teknologi ini dan mampu membuat mobil
berbahan bakar hidrogen untuk masyarakat Indonesia.
Referensi:
Ilmu Pengetahuan Alam. SMP/MTs Kelas IX Semester 2. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Edisi Revisi Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017
Baca berikutnya:
Teknologi Ramah Lingkungan | |
01 | |
02 | |
03 | |
04 | |
05 | |
06 | |
07 | |
08 | |
09 | |
10 | |
11 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar