Minggu, 11 September 2022

Konservasi Keanekaragaman Hayati

 

Gambar di bawah adalah foto harimau jawa. Kalian tidak akan menemukan lagi harimau jawa di hutan-hutan pulau Jawa. Harimau jawa sebagai hewan khas pulau Jawa punah sekitar pertengahan 1970 karena perburuan yang masif. Apa perasaan kalian ketika harimau jawa ini telah punah? Apa yang seharusnya dilakukan oleh masyarakat Indonesia agar kejadian serupa tidak terjadi pada spesies lainnya?

Gambar Harimau Jawa yang telah punah
Gambar Harimau Jawa yang telah punah


1. Manfaat Konservasi 

Alam telah memberikan banyak manfaat bagi kehidupan manusia, baik sebagai sumber pangan, papan maupun sandang. Namun demikian, manusia sering melupakan prinsip pengelolaan sumber daya alam. Pengelolaan sumber daya alam yang tidak bijaksana dapat menyebabkan kelangkaan bahkan kepunahan. Dampak lainnya adalah banyaknya terjadi bencana alam akibat kerusakan alam, misalnya banjir bandang dan tanah longsor yang merugikan manusia bahkan harus kehilangan nyawa. 

Kelangkaan dan kepunahan berbagai spesies sangat berpengaruh pada kelangsungan hidup manusia. Berangkat dari permasalahan tersebut, diperlukan upaya yang dapat melestarikan kekayaan alam. Upaya tersebut menerapkan konsep mutualisme antara manusia dan alam yang selanjutnya dikenal sebagai konservasi. 

Konservasi adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang dilakukan secara bijaksana untuk menjaga kesinambungan persediaan hayati dengan meningkatkan dan memelihara kualitas keanekaragaman nilainya. Konservasi merupakan suatu kegiatan memanajemen antara kehidupan manusia dengan sumber daya alam agar tercipta kehidupan bisa tetap dipertahankan dan dilestarikan. 

Manfaat konservasi dapat dilihat dari aspek ekologi dan ekonomi. Manfaat secara ekologi adalah terlindunginya keanekaragaman hayati melalui keseimbangan ekosistem, sehingga terbebas dari ancaman kepunahan. Keseimbangan ekosistem yang tercipta dapat menghindarkan manusia dari bencana dahsyat, seperti banjir bandang dan kekeringan. Manfaat secara ekonomi adalah tersedianya sumber sandang, pangan dan papan yang berkelanjutan. Selain itu jika dikelola dengan baik maka dapat dijadikan sebagai sumber penghasilan, misalnya dijadikan sebagai tempat ekowisata.

 

2. Metode Konservasi 

Secara umum, metode konservasi lingkungan dibagi menjadi dua, yaitu konservasi secara in-situ dan eks situ. Metode Konservasi in-situ adalah upaya pelestarian keanekaragaman hayati, baik berupa flora ataupun fauna, yang dilakukan di habitat asli spesies tersebut. Lingkungan yang akan menjadi lokasi konservasi harus masih berada dalam kondisi yang layak dan terjaga untuk dihuni oleh spesies tersebut. 

Kawasan yang berfungsi sebagai lokasi konsevarsi secara in-situ antara lain suaka margasatwa, cagar alam dan taman nasional (Gambar di bawah). Tujuan penetapan kawasan konservasi adalah untuk mengurangi resiko kerusakan pada habitat tertentu, sehingga tidak mengancam kelangsungan hidup flora dan fauna.

Gambar Badak di Taman Nasional
Gambar Badak di Taman Nasional

Spesies yang ingin dilestarikan adalah makhluk hidup yang mempunyai karakteristik unik. Konservasi in-situ dilakukan jika jumlah spesies yang akan dilindungi terlalu banyak dan tidak mungkin untuk dipindahkan. Selain itu, ada spesies yang beresiko mati jika dipindahkan dari habitat aslinya sehingga cara terbaik adalah dengan mengkonservasi di habitat aslinya. Maka dari itu lingkungan tersebut harus dijadikan sebagai kawasan konservasi. 

Metode konservasi eks-situ adalah upaya pelestarian keaneragaman hayati yang dilakukan di luar habitat aslinya. Lingkungan konservasi secara eks-situ merupakan lingkungan buatan manusia. Konservasi eks-situ menjadi alternatif apabila habitat asli dari suatu spesies sudah rusak, sehingga tidak layak lagi untuk dihuni dan apabila ingin mengembalikan fungsinya juga butuh waktu yang lama. 

Karakteristik dari habitat buatan adalah wilayahnya tidak terlalu luas dan jumlah populasi yang dikonservasi tidak terlalu banyak. Lokasi pembuatan habitat buatan berdekatan dengan pemukiman manusia, sehingga spesies yang dikonservasi tidak dibiarkan secara liar. Konservasi secara eks-situ dibuat semirip mungkin dengan habitat aslinya agar tingkat keberhasilan konservasi tergolong tinggi. Contoh bentuk konservasi eks situ adalah penangkaran dan kebun binatang (Gambar di bawah).

Gambar Orang utan di kebun binatang
Gambar Orang utan di kebun binatang

Referensi

Ilmu Pengetahuan Alam SMP Kelas VII. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, 2021. Penulis: Victoriani Inabuy, Dkk. ISBN: 978-602-244-384-1 (Jilid-1)

Baca juga:

Ekologi dan Keaneka ragaman Hayati Indonesia

01

Pengaruh Lingkungan Terhadap Organisme

02

Aktifitas Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan

03

Aktivitas Pengamatan Kebun Sekolah

04

Uji Pengaruh Lingkungan Terhadap Organisme

05

Interaksi antar Komponen Penyusun Ekosistem

06

Aktivitas Jalan-jalan ke Taman

07

Aktivitas Membuat Rantai Makanan

08

Aktivitas Mengukur Suhu dan Kelembaban Udara

09

Mengamati Berbagai Macam Interaksi Makhluk Hidup

10

Uji Interaksi antar Komponen Penyusun Ekosistem

11

Keaneka ragaman Hayati Indonesia

12

Aktifitas Mencari Data Kerusakan Hutan

13

Uji Keaneka ragaman Hayati Indonesia

14

Pengaruh Manusia terhadap Ekosistem

15

Aktifitas Pengaruh Manusia terhadap Ekosistem

16

Uji Pengaruh Manusia terhadap Ekosistem

17

Konservasi Keanekaragaman Hayati

18

Aktifitas Usaha Pelestarian Keanekaragaman Makhluk Hidup

19

Uji Konservasi Keanekaragaman Hayati

20

Proyek Ekologi Pengolahan Tinja

Tidak ada komentar: