Selasa, 06 September 2022

Aktivitas Mencari Data Kerusakan Hutan

 

Secara berkelompok, pilihlah satu tema penyebab terancamnya keanekaragaman hayati di Indonesia, seperti deforestasi (kerusakan hutan), kebakaran hutan, banjir, dan kekeringan.

Ikuti langkah-langkah berikut ini.

1. Carilah data tentang deforestasi, kebakaran hutan, banjir, dan kekeringan di Indonesia selama 30 tahun terakhir.

2. Untuk mempermudah pencarian, gunakan “google scholar” untuk mencari referensi.

3. Data disampaikan dalam berbagai bentuk media yang memuat data kejadian, penyebab kejadian dan ancaman bagi keanekaragaman hayati di Indonesia.

4. Sajikan solusi yang dapat kalian tawarkan untuk mencegah punahnya flora dan fauna di Indonesia. Jika memungkinkan, sajikan solusi berbasis kearifan lokal yang telah dikembangkan oleh masyarakat di daerah kalian masing masing.


Artikel:

KERUSAKAN HUTAN

Kerusakan Hutan


A. Data Kerusakan Hutan

Pengertian dan definisi dari kerusakan hutan adalah berkurangnya luasan areal hutan karena kerusakan ekosistem hutan yang sering disebut degradasi hutan ditambah juga penggundulan dan alih fungsi lahan hutan atau istilahnya deforestasi.

Studi CIFOR (International Forestry Research) menelaah tentang penyebab perubahan tutupan hutan yang terdiri dari perladangan berpindah, perambahan hutan, transmigrasi, pertambangan, perkebunan, hutan tanaman, pembalakan, dan industri perkayuan. Selain itu kegiatan illegal logging yang dilakukan oleh kelompok profesional atau penyelundup yang didukung secara illegal oleh oknum-oknum.

Pembukaan areal hutan untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit dituding sebagai salah satu penyebab kerusakan hutan. Hutan yang didalamnya terdapat beranekaragam jenis pohon dirubah menjadi tanaman monokultur, menyebabkan hilangnya biodiversitas dan keseimbangan ekologis di areal tersebut. Beberapa jenis satwa yang menjadikan hutan tersebut sebagai habitatnya akan berpindah mencari tempat hidup yang lebih sesuai. Pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit pada areal hutan tropis merupakan salah satu pemicu terjadinya kebakaran hutan dan berdampak negatif terhadap emisi gas rumah kaca.

Bila hutan masih terjaga dengan baik memiliki pohon-pohon yang rimbun, hutan dapat menyerap air ketika hujan datang dan menyimpannya dalam tanah di celah-celah perakaran, kemudian melepaskannya secara perlahan melalui daerah aliran sungai.

Hutan mengontrol debit air pada sungai sehingga pada saat musim hujan tidak meluap dan pada saat musim kemarau tidak kering. Di sini hutan berfungsi sebagai pengatur hidro-orologis bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.

Selain banjir dan kekeringan, masih banyak lagi dampak negatif dari kerusakan hutan. Kerusakan lingkungan hutan seperti ini merupakan kerusakan akibat ulah manusia yang menebang pohon pada daerah hulu sungai bahkan pembukaan hutan yang dikonversi dalam bentuk penggunaan lain.

Terganggunya sistem hidro-orologis akibat kerusakan hutan. Banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau merupakan salah satu contoh dari tidak berfungsinya hutan untuk menjaga tata air. Air hujan yang jatuh tidak dapat diserap dengan baik oleh tanah, laju aliran permukaan begitu besar. Air Hujan yang jatuh langsung mengalir ke laut membawa berbagai sedimen dan partikel hasil dari erosi permukaan. Terjadinya banjir bandang dimana-mana yang menimbulkan kerugian harta maupun nyawa. Masyarakat yang terkena dampaknya kehilangan harta benda dan rumah tempat mereka berteduh akibat terbawa banjir bandang, bahkan ditambah kerugian jiwa yang tak ternilai harganya.

Hasil Penelitian terakhir dari CIFOR mengungkapkan beberapa dampak negatif dari perubahan penggunaan lahan untuk produksi bahan bakar nabati atau biofuel. Pembangunan perkebunan kelapa sawit pada lahan gambut, menyebabkan emisi karbon yang dihasilkan dari konversi lahan memerlukan waktu ratusan tahun untuk proses pemulihan seperti sedia kala.

Data kerusakan hutan di Indonesia masih simpang siur, ini akibat perbedaan persepsi dan kepentingan dalam mengungkapkan data tentang kerusakan hutan. Laju deforestasi di Indonesia menurut perkiraan World Bank antara 700.000 sampai 1.200.000 ha per tahun, dimana deforestasi oleh peladang berpindah ditaksir mencapai separuhnya. Namun World Bank mengakui bahwa taksiran laju deforestasi didasarkan pada data yang lemah.

Sedangkan menurut FAO, menyebutkan laju kerusakan hutan di Indonesia mencapai 1.315.000 ha per tahun atau setiap tahunnya luas areal hutan berkurang sebesar satu persen (1%). Berbagai LSM peduli lingkungan mengungkapkan kerusakan hutan mencapai 1.600.000 – 2.000.000 ha per tahun dan lebih tinggi lagi data yang diungkapkan oleh Greenpeace, bahwa kerusakan hutan di Indonesia mencapai 3.800.000 ha per tahun yang sebagian besar adalah penebangan liar atau illegal logging. Sedangkan ada ahli kehutanan yang mengungkapkan laju kerusakan hutan di Indonesia adalah 1.080.000 ha per tahun.

 

B. Penyebab Kerusakan Hutan

Beberapa bentuk terjadinya kerusakan hutan dipicu oleh berbagai kegiatan seperti:

1. Ilegal logging

Ilegal logging yaitu penebangan yang terjadi di suatu kawasan hutan yang dilakukan secara liar sehingga menurunkan atau mengubah fungsi awal hutan. Meskipun telah ada larangan keras dari Pemerintah untuk melakukannya, akan tetapi sebagian besar kalangan masyarakat masih melakukan kegiatan tersebut.

 

2. Kebakaran hutan

Kebanyakan dari peristiwa kebakaran hutan terjadi karena faktor kesengajaan. Beberapa pihak yang tidak bertanggung jawab sengaja membakar hutan untuk dijadikan lahan perkebunan, pemukiman, peternakan, dan yang lainnya.

 

3. Perambaan hutan

Para petani yang bercocok tanam tahunan dapat menjadi sebuah ancaman bagi kelestarian hutan. Mereka bisa dapat memanfaatkan hutan sebagai lahan baru untuk bercocok tanam. Selain itu, pertumbuhan penduduk yang semakin pesat juga dapat berkontribusi terhadap terjadinya perambaan hutan. Hal ini disebabkan kebutuhan lahan untuk kelangsungan hidup mereka juga semakin meningkat. Dan hutan menjadi salah satu objek yang bisa mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

 

4. Serangan hama dan penyakit

Jumlah populasi hama dan penyakit yang meledak juga bisa menjadi salah satu bentuk kerusakan hutan. Hama-hama dan penyakit tersebut dapat menyerang dan menimbulkan kerusakan pada populasi pohon yang hidup di suatu kawasan hutan.

 

C. Dampak kerusakan hutan

Kerusakan hutan dapat menimbulkan berbagai bencana, seperti:

1. Perubahan iklim

Oksigen (O2) merupakan gas yang melimpah di atmosfer, dimana hutan merupakan produsen terbesar yang menghasilkan gas Oksigen tersebut. Selain itu, hutan juga membantu menyerap gas rumah kaca yang menjadi penyebab terjadinya pemanasan global. Itulah sebabnya mengapa ada istilah yang mengatakan bahwa hutan adalah paru-paru bumi. Bila hutan mengalami kerusakan, maka hal tersebut bisa berakibat terjadinya peningkatan suhu bumi serta perubahan iklim yang ekstrem.

Dengan adanya deforestasi, jumlah karbondioksida (CO2) yang dilepaskan ke udara akan semakin besar. Kita tahu bahwa karbondioksida merupakan gas rumah kaca yang paling umum. Menurut Badan Perlindungan Lingkungan Amerika serikat menyatakan bahwa CO2 menyumbang sekitar 82% gas rumah kaca di negara tersebut.

Menurut seorang Profesor ilmu lingkungan di Lasell Collage Newton, Massachusets, menyatakan bahwa deforestasi tidak hanya mempengaruhi jumlah karbondioksida yang merupakan gas rumah kaca, akan tetapi deforestasi juga berdampak pada pertukaran uap air dan karbondioksida yang terjadi antara atmosfer dan permukaan tanah yang berkaitan dengan terjadinya perubahan iklim, dimana perubahan konsentrasi yang ada di lapisan atmosfer akan memiliki efek langsung terhadap iklim di Indonesia ataupun di dunia.

 

2. Kehilangan berbagai jenis spesies

Deforestasi juga berdampak pada hilangnya habitat berbagai jenis spesies yang tinggal di dalam hutan. Menurut National Geographic, sekitar 70% tanaman dan hewan hidup di hutan. Deforestasi mengakibatkan mereka tidak bisa bertahan hidup disana.

Dengan hilangnya habitat-habitat tersebut, maka hal tersebut akan menyebabkan terjadinya kepunahan spesies. Hal ini bisa berdampak di berbagai bidang, seperti di bidang pendidikan, musnahnya berbagai spesies dapat menjadi kerugian besar untuk objek suatu penelitian.

Selain itu, dibidang kesehatan deforestasi bisa berakibat hilangnya berbagai jenis obat yang bisanya bersumber dari berbagai jenis spesies hutan.

 

3. Terganggunya siklus air

Kita tahu bahwa pohon memiliki peranan yang penting dalam siklus air, yaitu menyerap curah hujan serta menghasilkan uap air yang akan dilepaskan ke atmosfer. Dengan kata lain, semakin sedikit jumlah pohon yang ada di bumi, maka itu berarti kandungan air di udara yang akan dikembalikan ke tanah dalam bentuk hujan juga sedikit. Hal tersebut dapat menyebabkan tanah menjadi kering sehingga sulit bagi tanaman untuk hidup.

Selain itu, pohon juga berperan dalam mengurangi tingkat polusi air, yaitu dengan menhentikan pencemaran. Dengan semakin berkurangnya jumlah pohon-pohon yang ada di hutan akibat kegiatan deforestasi, maka hutan tidak bisa lagi menjalankan fungsinya dalam menjaga tata siklus air.

 

4. Mengakibatkan Banjir dan erosi tanah

Word Wildlife Fund (WWF) mengungkapkan bahwa sejak tahun 1960, lebih dari sepertiga bagian lahan subur di bumi telah musnah akibat kegiatan deforestasi. Kita tahu bahwa pohon memegang peranan penting untuk mencegah berbagai bencana seperti terjadinya banjir dan tanah longsor.

Dengan tiadanya pohon, maka pada saat musim hujan tanah tidak bisa menyerap dengan baik tumpahan air hujan dan mengakibatkan besarnya laju aliran air di permukaan, yang pada akhirnya akan terjadi banjir bandang. Selain itu, air hujan dapat mengangkut partikel-partikel tanah sehingga menimbulkan erosi tanah, juga dapat menyebabkan tanah longsor.

 

5. Mengakibatkan kekeringan

Dengan hilangnya daya serap tanah, hal tersebut akan berimbas pada musim kemarau, dimana dalam tanah tidak ada lagi cadangan air yang seharusnya bisa digunakan pada saat musim kemarau. Hal ini disebabkan karena pohon yang bertindak sebagai tempat penyimpan cadangan air tanah tidak ada lagi sehingga ini akan berdampak pada terjadinya kekeringan yang berkepanjangan.

 

6. Rusaknya ekosistem darat dan laut

Hutan menjadi habitat bagi berbagai jenis spesies hewan dan tumbuh-tumbuhan. Itu berarti bahwa hutan merupakan salah satu  sumber daya alam hayati yang ada di bumi ini. Kegiatan deforestasi hutan dapat mengakibatkan kerusakan bahkan kepunahan bagi kekayaan alam tersebut itu sendiri maupun kekayaan alam lainnya yang ada di tempat lain seperti di laut.

Kerusakan hutan yang terjadi akan membawa akibat terjadinya banjir maupun erosi yang dapat mengangkut partikel-partikel tanah menuju ke laut yang nantinya akan mengalami proses sedimentasi atau pengendapan di sana. Hal tersebut  tentu saja bisa merusak ekosistem yang ada di laut, seperti ikan serta terumbu karang..

Eksploitasi hutan secara liar tidak hanya dilakukan oleh pihak-pihak tak bertanggung jawab di kawasan hutan yang ada di darat saja. Kegiatan tersebut juga bisa dilakukan terhadap hutan-hutan mangrove yang berfungsi untuk melindungi pantai dari terjangan gelombang dan badai  yang berada di pesisir pantai.  Jika hal tersebut terus dibiarkan, akan berakibat terjadinya abrasi pantai.

 

7. Kerugian ekonomi

Hutan merupakan salah satu sumber kekayaan alam, sebagian masyarakat menggantungkan hidup mereka dari hasil hutan. Jika hutan rusak, maka sumber penghasilan mereka pun juga akan menghilang. Kerusakan hutan bisa menyebabkan tanah menjadi tandus, sehingga akan sulit dipergunakan untuk bercocok tanam.

Selain itu, kerusakan hutan bisa memicu terjadinya berbagai macam bencana yang pada akhirnya akan menimbulkan kerugian, baik itu kerugian material maupun non material. Banyak orang yang kehilangan lahan, tempat tinggal, maupun anggota keluarga akibat bencana seperti banjir dan tanah longsor.

 

8. Mempengaruhi kualitas hidup

Terjadinya erosi tanah sebagai akibat kerusakan hutan dapat mengangkut partikel-partikel tanah yang mengandung zat-zat berbahaya seperti pupuk organik memasuki danau, sungai, maupun sumber air lainnya. Ini akan berakibat penurunan kualitas air yang berada di daerah tersebut. Dengan kualitas air yang buruk akan berdampak pada tingkat kesehatan yang buruk pula.

 

D. Upaya Pelestarian Hutan

1. Reboisasi

Dari uraian di atas, kita bisa tahu bahwa hutan memberikan kontribusi yang tidak sedikit bagi kehidupan makhluk-makhluk di sekitarnya, khususnya bagi manusia. Untuk itu, sangatlah penting bagi kita untuk selalu berupaya menjaga hutan kita agar tetap lestari. Upaya-upaya yang bisa dilakukan antara lain adalah dengan melakukan reboisasi atau penanaman kembali hutan-hutan yang gundul.

Meskipun reboisasi tidak akan benar-benar bisa memperbaiki kerusakan dan kepunahan ekosistem di hutan, akan tetapi kegiatan tersebut dapat memfasilitasi hal-hal berikut ini:

a. Mengembalikan fungsi dari ekosistem hutan seperti menyimpan karbon, sebagai sumber cadangan air tanah, serta sebagai tempat hidup bagi berbagai jenis satwa.

b. Mengurangi jumlah karbondiaoksida yang ada di udara, sehingga udara menjadi lebih bersih dan sehat.

c. Membangun kembali habitat satwa liar.

 

2. Penyuluhan dan Kampanye Perlindungan Hutan

Untuk upaya pencegahan Perusakan Hutan, perlu dilakukan penyuluhan khusus untuk masyarakat yang hidup di sekitar hutan. Bila masyarakat sekitar hutan paham fungsi hutan, maka masyarakt bisa memanfaatkan fungsi hutan dengan bijaksana.

Kampanye Perlindungan Hutan diperlukan bagi masyarakat luas. Sehingga bagi masyarakat yang mengunjungi hutan sebagai tempat untuk rekreasi dan hobi mendaki gunung dapat turut melestarikan hutan.

 

3. Pendidikan Kesadaran Lingkungan Hidup

Bagi siswa yang masih sekolah perlu diberikan  Pendidikan Kesadaran Lingkungan Hidup, baik teori maupun praktek, sehingga selama masih sekolah dan setelah selesai menempuh pendidikan dapat menerapkan ilmunya untuk berpartisipasi dalam Pelestarian Lingkungan Hidup, termasuk melestarikan hutan.

 

4. Penghargaan bagi Tokoh Lingkungan

Tokoh-tokoh masyarakat yang berjuang mengembalikan alam yang rusak menjadi alam yang lestari, menjaga hutan tetap berfungsi sebagai paru-paru kota, mengelola hutan menjadi tempat wisata, perlu mendapat penghargaan yang layak. Penghargaan bagi Tokoh Lingkungan bisa berasal dari Pemerintah maupun masyarakat.

 

5. Hukuman bagi Perusak Lingkungan

Siapapun pelaku perusak lingkungan, termasuk perusak hutan perlu diajukan ke Pengadilan. Tidak terbukti maka perlu mendapat hukuman yang setimpal sesuai hukum yang berlaku. Hukuman bagi perusak lingkungan termasuk hutan diperlukan untuk membuat jera pelaku dan mencegah orang lain melakukan perusakan lingkungan.

   

6. Penetapan Area Hutan Lindung dan Hutan Wisata

Hutan lindung yang berfungsi melindungi mata air perlu ditetapkan untuk dilindungi. Hutan yang dapat dimanfaatkan sebagai tempat wisata juga perlu dilindungi. Penetapan Area Hutan Lindung dan Hutan Wisata memudahkan bagi pelaku perusakan hutan di untuk diajukan ke Pengadilan.

 

7. Pengentasan Kemiskinan

Masyarakat miskin yang hidup di sekitar hutan perlu diberdayakan, misalnya hutan diubah fungsinya menjadi hutan wisata. Masyarakat bisa berjualan di daerah hutan wisata, sehingga taraf hidupnya meningkat. Bila masyarakat berhasil dientaskan dari kemiskinan, maka kerusakan hutan bisa dicegah.

 

8. Aturan Perundangan Pelestarian Lingkungan 

Perundang-undangan terkait Pelestarian Lingkungan, termasuk hutan, diperlukan. Sebab tanpa ada Perundangan Pelestarian Lingkungan, maka bagi pelaku perusak lingkungan atau hutan tidak bisa diadili, sebab tidak ada  Perundang-undangannya. 

 

Referensi

Ilmu Pengetahuan Alam SMP Kelas VII. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, 2021. Penulis: Victoriani Inabuy, Dkk. ISBN: 978-602-244-384-1 (Jilid-1)

Artikel Keruakan Hutan dari https://dlhk.bantenprov.go.id/Kerusakan_Hutan

Baca juga:

Ekologi dan Keaneka ragaman Hayati Indonesia

01

Pengaruh Lingkungan Terhadap Organisme

02

Aktifitas Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan

03

Aktivitas Pengamatan Kebun Sekolah

04

Uji Pengaruh Lingkungan Terhadap Organisme

05

Interaksi antar Komponen Penyusun Ekosistem

06

Aktivitas Jalan-jalan ke Taman

07

Aktivitas Membuat Rantai Makanan

08

Aktivitas Mengukur Suhu dan Kelembaban Udara

09

Mengamati Berbagai Macam Interaksi Makhluk Hidup

10

Uji Interaksi antar Komponen Penyusun Ekosistem

11

Keaneka ragaman Hayati Indonesia

12

Aktifitas Mencari Data Kerusakan Hutan

13

Uji Keaneka ragaman Hayati Indonesia

14

Pengaruh Manusia terhadap Ekosistem

15

Aktifitas Pengaruh Manusia terhadap Ekosistem

16

Uji Pengaruh Manusia terhadap Ekosistem

17

Konservasi Keanekaragaman Hayati

18

Aktifitas Usaha Pelestarian Keanekaragaman Makhluk Hidup

19

Uji Konservasi Keanekaragaman Hayati

20

Proyek Ekologi Pengolahan Tinja

Tidak ada komentar: