Untuk
memahami tentang gempa bumi, kamu dapat melakukan kegiatan berikut. Ambillah
sebuah ranting yang jatuh dari pohonnya. Kemudian bengkokkan ranting tersebut
secara perlahan. Berhentilah membengkokkan sebelum ranting tersebut patah. Amati
yang terjadi. Kemudian, bengkokkan kembali ranting tersebut secara perlahan
hingga patah. Apa yang kamu rasakan?
Jika
kamu membengkokkan secara perlahan, kamu akan menemukan bahwa ranting dapat
kembali ke bentuk normal apabila kamu berhenti membengkokkan ranting tersebut.
Namun, jika kamu terus membengkokkan ranting secara perlahan maka ranting akan
patah, seperti pada Gambar berikut. Ketika ranting patah, kamu dapat merasakan
ada getaran pada ranting tersebut.
Gambar Ketika ranting dibengkokkan secara perlahan hingga patah, akan terasa getaran pada ranting |
Pergerakan lempeng memberikan efek getaran yang sama seperti mematahkan ranting. Ketika terdapat gaya yang cukup besar yang berasal dari pergerakan lempeng, maka bebatuan di lempeng akan menegang. Akibatnya, lempeng tersebut berubah bentuk. Bahkan, lempeng dapat patah atau kembali ke bentuk semula jika gaya tersebut hilang.
Batuan
pada lempeng mengalami perubahan bentuk atau deformasi secara perlahan dalam
jangka waktu tertentu. Ketika batuan tersebut mengeras/menegang maka energi
potensialnya terus bertambah. Ketika lempeng bergerak atau patah, maka energi
tersebut dilepaskan. Energi tersebut mengakibatkan terjadinya getaran yang
merambat melalui material Bumi lainnya. Getaran ini disebut gempa Bumi. Semakin
besar energi yang dilepaskan, maka getarannya akan semakin terasa.
Ketika
lempeng patah menjadi 2 bagian, maka masing-masing bagian akan bergerak
menjauh. Daerah lempeng yang patah tersebut dinamakan fault (patahan/sesar). Sesar
yang terjadi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, bergantung pada bagaimana
sebuah gaya bekerja pada lempeng.
Gambar Jenis sesar berdasarkan gaya yang bekerja pada lempeng |
Ketika sebuah lempeng ditarik berlawanan oleh sebuah gaya, maka akan terbentuk sesar normal seperti pada Gambar (a). Pada sesar normal, struktur batuan lempeng yang ada di atas sesar akan bergeser turun dibandingkan struktur batuan lempeng yang ada di bawah sesar.
Sebuah
gaya yang mendorong lempeng saling mendekat akan menekan lempeng tersebut dari
arah yang berlawanan. Gaya dorong ini menyebabkan struktur batuan lempeng di
bagian atas sesar bergerak naik. Fenomena ini disebut reverse fault (sesar terbalik) seperti pada Gambar (b).
Sebuah
gaya geser yang bekerja pada lempeng akan membentuk strike-slip fault (sesar
geser). Gaya geser mengakibatkan lempeng di kedua sisi sesar geser bergerak
berlawanan pada permukaan Bumi. Fenomena tersebut diilustrasikan pada Gambar (c).
Ketika
kamu membengkokkan ranting secara perlahan hingga patah, maka kamu akan
merasakan ada getaran di sepanjang ranting. Getaran tersebut bersumber dari
patahan kayu yang dibuat. Kemudian, getaran merambat sepanjang ranting hingga
terasa di tangan. Sama halnya dengan patahnya ranting, ternyata gempa Bumi juga
melepaskan gelombang (getaran yang merambat). Gelombang ini merambat sepanjang
permukaan Bumi dan gelombang gempa Bumi disebut gelombang seismik.
Pergerakan
lempeng di sepanjang sesar melepaskan sebuah energi. Energi ini merupakan
energi potensial saat lempeng terkena gaya. Kemudian, energi potensial tersebut
merambat dalam bentuk gelombang seismik. Sebuah titik pada kedalaman Bumi yang
menjadi pusat gempa disebut hiposentrum. Permukaan Bumi yang berada di atas
hiposentrum disebut episentrum. Dua titik tersebut diilustrasikan
seperti pada Gambar berikut.
Saat terjadi pergerakan lempeng, gelombang seismik muncul di hiposentrum. Kemudian gelombang tersebut merambat dari hiposentrum ke segala arah seperti yang diilustrasikan Gambar di atas. Gelombang seismik merambat ke bagian dalam Bumi serta ke permukaan Bumi. Gelombang yang merambat di permukaan Bumi menyebabkan kerusakan saat terjadi gempa.
Gelombang
seismik yang merambat di bagian dalam Bumi dibedakan menjadi gelombang primer
dan sekunder. Gelombang primer (p-wafe)
bergerak melalui material batuan. Partikel batuan akan bergetar searah dengan
arah rambat gelombang seismik. Dengan kata lain, gelombang primer merupakan
gelombang longitudinal. Gelombang sekunder (s-wafe)
merambat melalui batuan dengan menggetarkan partikel batuan tegak lurus dengan
arah rambat gelombang seismik. Gelombang sekunder merupakan gelombang
transversal. Gelombang lainnya merambat di permukaan Bumi dengan menggetarkan
batuan dan tanah sejajar permukaan Bumi. Gerakan tersebut dapat menghancurkan
bangunan yang ada di atasnya.
Gelombang
seismik di permukaan Bumi merambat pelan dan memiliki kekuatan penghancur yang
besar. Perambatan gelombang di permukaan Bumi begitu kompleks. Beberapa
gelombang merambat di permukaan Bumi dengan cara menggerakkan batuan dan tanah
seperti ombak.
Ilmu
yang mempelajari tentang gempa Bumi adalah seismologi. Ilmuwan yang
mengkaji gempa Bumi disebut ahli seismologi. Alat yang digunakan untuk
mencatat data gelombang seismik adalah seismograf.
Pada
sebuah seismograf terdapat gulungan kertas yang terpasang pada sebuah tabung
berputar. Di atas kertas tersebut terdapat jarum dengan sebuah pena. Ketika
terdapat gelombang seismik, gulungan kertas akan bergetar, namun jarum tetap
diam. Jarum dengan pena yang terpasang akan meggambarkan grafik gelombang
seismik pada kertas. Ketinggian garis pada kertas menggambarkan besarnya energi
yang dilepaskan saat gempa yang dikenal sebagai magnitude. Grafik hasil
pencatatan seismograf dinamakan seismogram.
Hasil
pencatatan aktivitas gelombang seismik yang berupa seismogram dapat menentukan
jarak episentrum dan stasiun seismik. Ketika terdapat aktivitas gelombang
seismik, gelombang primer merambat lebih cepat dibandingkan gelombang sekunder.
Gelombang primer tercatat lebih dulu di seismograf. Dalam seismogram, gelombang
primer dan sekunder digambarkan terpisah (Gambar bawah). Adanya jarak antara
gelombang primer dan sekunder menggambarkan adanya perbedaan waktu datangnya
gelombang. Semakin jauh perbedaan waktu datangnya gelombang, maka semakin jauh
pula letak episentrumnya.
Gambar Gelombang primer dan sekunder merambat dengan kecepatan yang berbeda. Perbedaan kecepatan ini digunakan untuk mengukur jarak stasiun seismik dengan episentrum |
Oleh karena itu, apabila menggunakan informasi dari seismogram, maka ahli seismologi menggambarkan lingkaran dengan radius yang sama dengan jarak gempa untuk 3 stasiun seismik. Seperti terlihat pada Gambar di bawah. Titik temu dari 3 lingkaran tersebut merupakan episentrum. Untuk memastikan letak dari episentrum sebuah gempa, dapat digunakan data dari berbagai stasiun seismik.
Referensi:
Buku Guru Ilmu Pengetahuan Alam. SMP/MTs Kelas VII. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. Edisi Revisi Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2017.
Buku Siswa Ilmu Pengetahuan Alam. SMP/MTs Kelas VII Semester 2. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Edisi Revisi Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017.
Baca juga:
Struktur Bumi dan Dinamikanya | |
01 | |
02 | |
03 | |
04 | |
05 | |
06 | |
07 | |
08 | |
09 | |
10 | |
11 | |
12 | |
13 | |
14 | |
15 | |
16 | |
17 | |
18 | |
19 | |
20 | |
21 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar