Jumat, 20 April 2012

Simpanse


A. Deskripsi Simpanse

Simpanse, adalah nama umum untuk dua spesies yang masih hidup dari kera dalam genus Pan

Sungai Kongo membentuk batas habitat alamiah dari kedua spesies ini, yaitu; 
(1) Simpanse Biasa, Pan troglodytes,  hidup di Afrika Barat dan Afrika Tengah. 
(2) Bonobo, Pan paniscus,  hidup di hutan Republik Demokrasi Kongo

Simpanse adalah anggota dari keluarga Hominidae, bersama dengan gorila, manusia, dan orangutan

Simpanse dewasa dan anak
Simpanse dewasa dan anak

Simpanse adalah kerabat terdekat manusia, semuanya anggota dari suku Hominini. Penelitian oleh Mary-Claire King tahun 1973 menemukan 99% kesamaan DNA antara manusia dan simpanse, walaupun penelitian lain telah meralat hasilnya menjadi 94% kesamaan, dengan beberapa perbedaan terdapat dalam non-coding DNA.

Kebanyakan simpanse jantan memiliki tinggi 1.7 m saat berdiri, dan memiliki berat 70 kg, yang betina lebih kecil. Panjang tangan simpanse umumnya, bila dilebarkan, memiliki rentang satu setengah kali tinggi badan dan tangan simpanse lebih panjang dari kakinya. 

Bonobo
Bonobo

Bonobo sedikit pendek dan kurus daripada kebanyakan simpanse tetapi memiliki tungkai yang lebih panjang. Kedua spesies menggunakan tangannya yang panjang dan kuat untuk memanjat pohon. Di tanah, simpanse biasanya berjalan menggunakan tangan dan kaki dengan bantuan baku tangan dan kepalan tangan, sebuah bentuk tenaga penggerak yang disebut dengan knuckle-walking

Kaki simpanse lebih cocok untuk berjalan dibandingkan orangutan karena telapak kaki simpanse lebih luas dan jempol yang pendek. Simpanse biasa dan bonobo dapat berjalan tegak dengan dua kaki saat membawa barang dengan kedua tangannya. Bonobo secara proporsional memiliki tungkai lebih panjang dan cenderung sering berjalan tegak dibandingkan Simpanse Biasa. Kulitnya lebih gelap; wajah, tangan, telapak tangan dan kaki tidak berbulu; dan simpanse tidak memiliki ekor. 

Kedua spesies memiliki warna pada kulit luar wajah, tangan dan kaki yang beragam dari merah jambu sampai berwarna gelap, tetapi memiliki warna lebih terang pada saat muda, menjadi lebih gelap saat menua. Tonjolan bertulang diatas mata memberikan tampilan mundur pada dahi, dan hidungnya datar. 

Walaupun dengan mulut menonjol, bibirnya hanya mendorong kedepan saat simpanse mencibir. Otak simpanse setengah dari ukuran otak manusia. Simpanse mencapai masa puberti pada umur antara 8 dan 10 tahun, dan jarang hidup melebihi umur 40 di alam liar, tetapi diketahui hidup sampai 60 tahun selama penangkaran.

B. Perilaku Simpanse

1. Makanan

Simpanse biasa mengkonsumsi segala macam makanan, memiliki kultur berburu secara berkelompok sesama pejantan muda yang dipimpin oleh jantan alfa, dan hubungan sosial yang sangat kompleks. 

Bonobo, disisi lain, umumnya pemakan buah dan egaliter, tidak melakukan kekerasan, matriarki, sifat mengerti secara seksual.

2. Struktur sosial

Simpanse hidup dalam grup sosial multi-jantan dan multi-betina yang besar yang disebut dengan komunitas. Dalam sebuah komunitas terdapat hirarki sosial yang jelas yang didiktekan oleh posisi dari satu individu dan pengaruh dari individu tersebut bagi yang lain. 

Simpanse hidup dalam sebuah hirarki yang lebih ramping dimana lebih dari satu individu bisa mendominasi anggota lain dari tingkat lebih rendah. Biasanya ada jantan yang lebih dominan yang dijuluki dengan jantan Alfa. Jantan Alfa adalah jantan dengan tingkat tertinggi yang mengkontrol grup dan memberikan perintah selama terjadi perselisihan. 

Dalam masyarakat simpanse 'jantan dominan' tidak harus yang jantan terbesar atau terkuat tapi jantan yang lebih manipulatif dan politis yang dapat memberi pengaruh terhadap kejadian dalam suatu grup. 

Simpanse jantan biasanya mendapatkan dominasi lewat pengaruh sekutu yang akan menyediakan dukungan bagi individu tersebut seandainya nanti terdapat perselisihan kekuatan. Jantan alfa biasanya memperlihatkan sifat sombong untuk meningkatkan kuasa supaya terlihat menggertak dan kuat sedapat mungkin. Hal ini bertujuan untuk mengintimidasi anggota lain yang berusaha mengambil alih kuasa dan menjaga autoritas, dan sangat penting bagi jantan alfa bertahan pada status yang dimilikinya. 

Simpanse peringkat-rendah akan memperlihatkan rasa hormat dengan gestur patuh dalam bahasa tubuh atau menjulurkan tangannya sambil mengeluarkan bunyi dengkur. Simpanse betina memperlihatkan rasa hormat pada jantan alfa dengan memperlihatkan seperempat bagian belakangnya.

Simpanse betina juga memiliki hirarki yang dipengaruhi oleh posisi si betina dalam suatu grup. Dalam beberapa komunitas simpanse, betina muda bisa mewarisi status tinggi dari ibu yang berperingkat-tinggi. Betina-betina juga akan membentuk sekutu untuk mendominasi betina tingkat-rendah. 

Berbeda dengan jantan yang tujuan utama dari status dominasinya yaitu untuk mendapatkan hak akses perkawinan dan terkadang dominasi kekerasan terhadap bawahan, yang betina memperoleh status dominasi untuk mendapatkan sumber seperti makanan. Betina tingkat-tinggi biasanya akan mendapat akses pertama terhapap sumber. Secara umum, kedua kelamin menginginkan status dominan untuk meningkatkan kedudukan sosial dalam suatu grup.

Terkadang betinalah yang memilih jantan alfa. Bagi simpanse jantan supaya dapat status alfa, dia harus memperoleh penerimaan dari betina-betina dalam suatu komunitas. Betina-betina harus meyakinkan bahwa grupnya harus memperoleh pasokan makanan yang cukup. Dalam beberapa kasus, kelompok betina dominan akan mengusir jantan alfa yang tidak sesuai dengan pilihan mereka dan akan membantu jantan lain yang mereka lihat berpotensi memimpin grup sebagai jantan alfa yang sukses.

3. Inteligensi

Simpanse membuat alat dan menggunakannya untuk mendapatkan makan dan dipertontonkan; mereka memiliki strategi berburu yang canggih yang membutuhkan kerjasama, influensi dan tingkatan; mereka memiliki status, manipulatif dan mampu menipu; mereka mampu belajar menggunakan simbol dan memahami aspek dari bahasa manusia termasuk beberapa sintaks relasi, konsep dari angka dan urutan numerik; dan mereka mampu membuat perencaan spontan untuk keadaan atau kejadian di masa depan.

4. Penggunaan alat

Salah satu penemuan terpenting adalah pada Oktober 1960 saat Jane Goodall mengobservasi penggunaan alat diantara simpanse. Penelitian terbaru mengindikasikan bahwa penggunaan alat batu pada simpanse terjadi sekitar 4.300 tahun lalu. Penggunaan alat pada simpanse termasuk menggali sarang rayap, menggunakan alat sebuah tongkat kayu besar, dan menggunakan tongkat kayu kecil untuk memancing rayap keluar. Penelitian terbaru mengungkap penggunaan alat lebih canggih seperti galah, dimana Simpanse di Senegall mengasah galah dengan giginya dan digunakan untuk menusuk Senegal Bushbaby lewat lubang kecil di pohon. Sebelum penemuan penggunaan alat pada simpanse, ia dipercaya bahwa manusia satu-satunya spesies yang membuat dan menggunakan alat, tapi beberapa spesies pengguna-alat lainnya sekarang telah diketahui.

5. Pembuatan-sarang

Pembuatan-sarang, terkadang dianggap sebagai penggunaan alat, terlihat pada simpanse yang membangun sarang di pohon dengan menyatukan dahan dari satu atau lebih pohon. Hal ini membentuk bagian terpenting dalam perilaku, terutama dalam kasus saat ibu yang mengajarkan perlilaku ini kepada anaknya. Sarang terdiri dari matras, didukung oleh fondasi yang kuat, dan dilapisi dengan daun-daun yang lembut dan ranting. Sarang dibuat dalam pohon dengan diameter minimal 5 m dan terletak pada ketinggian 3 - 5 m. Siang dan malam sarang dibuat. Sarang bisa terdapat dalam grup.

6. Empati

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa simpanse rupanya terlibat dalam perilaku altruistik dalam suatu grup, tapi tidak peduli dengan keselamatan anggota dari grup lain. Namun di lingkungan liar simpanse juga mengadopsi simpanse yatim piatu, terkadang dari grup yang tidak bertalian. Dan pada kasus tertentu bahkan simpanse jantan menjaga anak simpanse di luar grup yang terlantar, namun dalam kebanyakan kasus mereka biasanya membunuh bayi tersebut.

Bukti untuk "Spiritualitas Simpanse" termasuk memperlihatkan berkabung, "cinta romantis pertama", "tari hujan", apresiasi terhadap keindahan alam seperti pemandangan matahari terbenam di pinggiran danau, keingintahuan dan rasa hormat terhadap mahluk liar, seperti python, yang bukan berupa ancaman maupun sumber makanan bagi simpanse, empati terhadap spesies lain, seperti memberi makan kura-kura, dan bahkan "animisme" atau "berpura-pura bermain" dimana simpanse menggendong dan mendadani batu atau tongkat kayu.

7. Komunikasi

Simpanse berkomunikasi hampir sama dengan manusia berkomunikasi secara non-verbal, menggunakan vokalisasi, gestur tangan, dan ekspresi wajah. Penelitian pada otak simpanse mengungkapkan bahwa komunikasi pada simpanse mengaktifkan sebuah area pada otak simpanse yang berada pada posisi yang sama pada area Broca, pusat bahasa pada otak manusia.

8. Tertawa pada kera

Tertawa mungkin tidak terbatas atau unik hanya pada manusia. Simpanse, gorila, dan orangutan memperlihatkan vokalisasi seperti tertawa saat merespon pada kontak fisik, seperti bergelut, bermain kejar-kejaran, atau gelitik. Hal ini didokumentasikan pada simpanse liar dan peliharaan. 

Tertawa pada Simpanse biasa tidak mudah dikenali oleh manusia, karena ia dihasilkan dengan tarikan dan keluaran napas yang berbunyi hampir seperti bernapas dan terengah-engah. 

Ada keadaan dimana primata selain manusia dilaporkan mengekspresikan kegembiraan. Salah satu penelitian menganalisis dan merekam pola suara yang dihasilan oleh bayi manusia dan Bonobo saat digelitik. Ditemukan bahwa walaupun tawa Bonobo menggunakan frekuensi tinggi, tawa diikuti oleh pola yang sama pada bayi manusia dan memiliki ekspresi wajah yang sama. Manusia dan simpanse memiliki area gelitik yang sama pada badan, seperti ketiak dan pusar. Kegembiraan terhadap gelitikan pada simpanse tidak hilang dengan usia.

9. Tidur

Waktu tidur rata-rata dalam periode 24 jam pada simpanse peliharaan dikatakan selama 9.7 jam.

Sumber: (1) http://id.wikipedia.org/wiki/Simpanse. (2) gambar  dari google images

Tidak ada komentar: