Tugas
Kalian telah
menyelesaikan pembelajaran tentang ekologi dan keanekaragaman hayati Indonesia.
Selanjutnya untuk memperdalam pengetahuan dan keterampilan serta mengasah
kepekaan terhadap isu lingkungan, kalian akan melakukan sebuah proyek
konservasi lingkungan di sekitar tempat tinggal atau sekolah masing-masing.
Ikuti langkah-langkah berikut ini:
1. Identifikasi permasalahan terkait ekologi dan
keanekaragaman hayati Indonesia yang terjadi di lingkungan sekitar kalian.
2. Tentukan satu permasalahan yang akan dicarikan solusinya
secara berkelompok di lingkungan tinggal atau sekolah kalian. Jelaskan faktor
penyebab permasalahan tersebut dapat terjadi.
3. Buatlah berbagai macam solusi yang dapat ditawarkan
untuk memecahkan permasalahan tersebut.
4. Tentukan satu jenis solusi terbaik yang akan dijalankan
secara berkelompok dan paparkan alasannya di depan kelompok lainnya.
5. Ajak rekan atau tetangga untuk berpartisipasi dalam
kegiatan proyek kalian.
6. Buatlah laporan kegiatan berupa poster yang berisi judul
kegiatan, foto kegiatan dan hasil kegiatan.
7. Presentasikan poster tersebut di depan kelas atau unggah
ke media sosial sebagai sebuah poster kampanye lingkungan.
8. Berilah tanggapan positif terhadap proyek yang
dijalankan oleh kelompok lainnya.
Mobil Tangki Tinja |
Artikel:
TEKNOLOGI PENGOLAHAN TINJA UNTUK MENCEGAH
PENCEMARAN
A. Pentingnya Pengolahan
Tinja
Kotoran
manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh yang
harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam
tubuh ini berbentuk tinja (faeces), air seni (urine), keringat, dan CO2
sebagai hasil dari proses pernapasan.
Saat
ini akses masyarakat terhadap sarana sanitasi khususnya jamban, masih jauh dari
harapan. Berbagai kampanye dan program telah banyak dilakukan, terakhir dengan
pemberlakuan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).
Dengan
bertambahnya penduduk yang tidak sebanding dengan area pemukiman, masalah
pembuangan kotoran manusia meningkat. Dilihat dari segi kesehatan masyarakat,
masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah yang pokok untuk sedini
mungkin diatasi.
Kurangnya
perhatian terhadap pengelolaan tinja disertai dengan cepatnya pertambahan
penduduk, jelas akan mempercepat penyebaran penyakit-penyakit yang ditularkan
melalui tinja. Oleh karena itu, kotoran
manusia (faeces) adalah sumber penyebaran penyakit yang multikompleks. Penyebaran
penyakit yang bersumber pada faeces dapat melalui berbagai macam jalan atau
cara.
B. Zat yang Terkandung dalam
Tinja
Menurut
Azwar (1995:74) seorang yang normal diperkirakan menghasilkan tinja rata-rata
sehari sekitar 83 gram dan menghasilkan air seni sekitar 970 gram. Kedua jenis
kotoran manusia ini sebagian besar berupa air, terdiri dari zat-zat organik
(sekitar 20% untuk tinja dan 2,5% untuk air seni), serta zat-zat anorganik
seperti nitrogen, asam fosfat, sulfur, dan sebagainya.
Pada
setiap gram tinja mengandung berjuta-juta mikroorganisme yang pada umumnya tidak berbahaya bagi kesehatan atau tidak
menyebabkan penyakit. Namun tinja potensial mengandung mikroorganisme pathogen
(penyebab penyakit), terutama apabila manusia yang menghasilkannya menderita
penyakit saluran pencernaan makanan (Enteric Orintestinal Disesases).
Mikroorganisme
dalam tinja dapat berupa bakteri, virus, protozoa, ataupun cacing-cacing
parasit. Coliform bacteria yang dikenal sebagai Echerichia coli dan Fecal
stretococci (Enterococci) yang sering terdapat di saluran pencernaan manusia,
dikeluarkan dari tubuh manusia dan hewan-hewan berdarah panas lainnya dalam
jumlah besar rata-rata sekitar 50 juta per gram (Soeparman, 2002).
C. Pembuangan Kotoran
Manusia
Tempat
pembuangan kotoran manusia adalah tempat pembuangan tinja dan urin, yang pada
umumnya disebut latrine (jamban atau kakus). Proses pembuangan kotoran dapat
terjadi antara sekali setiap dua hari hingga beberapa kali dalam sehari. Pengerasan
tinja dapat menyebabkan meningkatnya waktu proses pengeluarannya, disebut
dengan konstipasi.
Tinja
adalah bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia melalui anus sebagai
sisa dari proses pencernaan makanan di sepanjang sistem saluran pencernaan
(tractus digestifus). Ekskreta manusia (human excreta) yang berupa feses dan
air seni (urine) merupakan hasil akhir dari proses yang berlangsung dalam tubuh
manusia yang menyebabkan pemisahan dan pembuangan zat-zat yang tidak dibutuhkan
oleh tubuh (Chandra, 2007:124).
Tinja
(faeces) dan air seni (urine) adalah bahan buangan yang memiliki karakteristik
tersendiri dan dapat menjadi sumber penyebab timbulnya berbagai macam penyakit
saluran pencernaan (Azwar, 1995).
D. Teknologi Pengolahan
Tinja
1. Sistem jamban atau kakus
Sistem jamban atau kakus
(pridy methods) adalah pembuangan tinja dengan metode jamban, yang dikelompokan
dalam 3 kategori yaitu:
a. Sistem Jamban
Tipe Utama
Sistem jamban dengan tipe
utama adalah tipe yang paling dianjurkan karena apabila dikerjakan secara
semestinya hampir memenuhi semua persyaratan sanitasi yang ada. Jamban tipe
utama antara lain kakus lubang atau kakus cemplung (pit privy), kakus air (aqua
privy), dan kakus leher angsa (water seallatrine).
b. Sistem Jamban
Tipe Kurang Baik
Metode
jamban dengan tipe kurang baik adalah jamban yang tidak dapat menjamin akan
terpenuhinya persyaratan sanitasi yang sehat. Metode jamban dengan tipe kurang
baik masih mengundang resiko yang cukup besar untuk terjadinya penularan
penyakit. Yang termasuk ketegori tipe jamban kurang baik adalah kakus bor (bored
hole latrine), kakus keranjang (bucket latrine), kakus parit (trench latrine),
dan kakus badan air (overhung latrine).
c. Sistem Jamban Situasi Khusus
Sistem
jamban dengan tipe yang baik diterapakan pada situasi-situasi khusus misalnya
pada sarana transportasi, seperti kereta api dan pesawat terbang. Disini tinja
disenfeksi dengan zat-zat kimia seperti caustic soda dan pembersihnya dipakai
kertas tissue (toilet paper). Yang termasuk kategori ini adalah jamban kompos (compost
privy), dan jamban kimia (chemical toilet).
2. IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja)
IPLT
merupakan salah satu upaya terencana untuk meningkatkan pengolahan dan
pembuangan limbah yang akrab lingkungan. IPLT merupakan instalasi pengolahan
air limbah yang dirancang hanya menerima dan mengolah lumpur tinja yang akan
diangkut melalui mobil truk tinja. Pengolahan lumpur tinja di IPLT merupakan
proses pengolahan lanjutan dikarenakan lumpur tinja yang telah diolah di tangki
septik, belum layak dibuang dimedia lingkungan.
E. Teknologi Pengolahan
Tinja dalam Kehidupan Sehari-hari
Ada beberapa
teknik dalam pengolahan tinja yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di
pedesaan dan perkotaan, antara lain:
1. Sistem Cubluk (Pit Privy)
Jamban
Cubluk adalah jamban yang tempat penampungan tinjanya dibangun dibawah tempat
injakan atau dibawah bangunan jamban. Jenis jamban ini, kotoran langsung masuk
ke dalam galian tanah atau sumur yang
tidak terlalu dalam karena akan mengotori air tanah, kedalamannya
sekitar 1,5 samapi 3 meter (Mashuri,1994).
Cubluk
adalah lubang atau sumuran yang dibuat dengan menggali tanah dengan dinding
yang merembes air. Jadi cubluk merupakan suatu lubang yang digunakan untuk
menampung air limbah manusia dari jamban, berfungsi sebagai tempat pengendapan
tinja dan juga media peresapan dari cairan yang masuk.
Jika
tersedia lahan yang cukup maka dapat dibangun dua buah lubang (cubluk kembar). Bila
satu lubang penuh harus ditutup dan dibiarkan selama paling sedikit 1 (satu)
tahun agar lumpur kering untuk selanjutnya dapat dipakai untuk kesuburan tanah
(pupuk organik). Namun demikian tempat untuk cubluk tersebut harus disediakan
dan jangan digunakan untuk bangunan permanen. Cubluk relatif lebih murah, lebih
mudah dibangun dan dipelihara sendiri apabila dibandingkan dengan tangki
septik.
2. Sistem Leher
Angsa dan Tangki Septic
Jamban Leher Angsa dan Tangki Septic |
Sistem
Leher Angsa dan Tangki Septic banyak diterapkan di daerah perkotaan. Sistem ini
sesuai untuk daerah yang mudah dalam pengadaan air bersih. Kontruksinya cukup
sederhana dan kuat. Hanya membutuhkan sistem Leher Angsa dan Tangki Septik
untuk menampung kotorannya. Biasanya ditempatkan di dalam rumah atau luar rumah
dan menggunakan sistem leher angsa untuk menghindari bau dan serangga.Tinja
disentor atau disiram air dengan gayung.
3. Jamban
Cemplung
Jamban Cemplung |
Jamban
cemplung sering dijumpai pada daerah pedesaan di jawa. Sering dijumpai jamban
cemplung yang kurang sempurna, misalnya tanpa rumah jamban dan tanpa tutup. Sehingga
serangga mudah masuk dan bau tidak bisa
dihindari, serta karena tidak ada rumah jamban, bila musim hujan maka jamban
itu akan penuh dengan air. Jamban cemplung tidak boleh terlalu dalam karna bisa
mengotori air tanah dibawahnya. Dalamnya lubang cemplung berkisar antara 1,5 sampai
3,0 meter saja. Sesuai dengan daerah
pedesaan, maka rumah jamban cemplung dapat dibuat dari dinding bambu, atap daun
kelapa, dan daun padi. Jarak jamban cemplung dari sumber air minum
sekurang-kurangnya 15 meter.
4. Jamban
Empang (Overhung Latrine)
Jamban Empang |
Jamban
ini dibangun diatas empang ikan, didalam sistem jamban empang ini terjadi daur
ulang (recycling). Daur ulang tersebut sebagai berikut, tinja dapat langsung
dimakan ikan, ikan dimakan orang, dan selanjutnya orang mengeluarkan tinja yang
dimakan ikan, demikian seterusnya. Jamban empang ini mempunyai fungsi yaitu
disamping mencegah tercemarnya lingkungan oleh tinja, juga dapat ikan yang
dipelihara menambah protein bagi masyarakat.
Jamban
empang juga dapat dibangun diatas sungai atau rawa. Jamban model ini ada yang
kotorannya tersebar begitu saja, yang biasa dipakai untuk makanan ikan. Kerugian
dari jamban empang adalah tinja akan mengotori air permukaan, sehingga bibit
penyakit yang terdapat didalamnya dapat tersebar kemana-mana dengan air yang
dapat menimbulkan wabah.
F. Pengolahan Tinja
dengan Jamban Keluarga
Masalah
kesehatan lingkungan pemukiman, khususnya pada pembuangan tinja, merupakan
salah satu dari berbagai masalah kesehatan yang perlu mendapatkan prioritas. Penyediaan
sarana pembuangan tinja masyarakat, terutama dalam pelaksanaannya tidaklah
mudah, karena menyangkut peran serta masyarakat yang sangat erat kaitannya
dengan perilaku, tingkat ekonomi, kebudayaan, dan pendidikan.
Bila
jamban di gunakan oleh beberapa keluarga, maka tempat jamban dapat dipilih yang
baik, sehingga bau dari jamban tidak tercium.
Secara tersendiri dan ditempatkan di luar atau di dalam rumah dan berfungsi
untuk melayani 1 sampai dengan 5 keluarga.
Pembuangan
tinja perlu mendapat perhatian khusus karena merupakan satu bahan buangan yang banyak mendatangkan
masalah dalam bidang kesehatan dan sebagai media bibit penyakit, seperti diare,
typhus, muntaber, disentri, cacingan dan gatal-gatal. Selain itu dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan pada sumber air dan bau busuk serta estetika.
Jamban
keluarga adalah suatu bangunan yang dipergunakan untuk membuang tinja atau
kotoran manusia bagi suatu keluarga yang lazim disebut kakus atau WC.
G. Syarat Jamban Sehat
Syarat jamban yang sehat
sesuai kaidah-kaidah kesehatan adalah sebagai berikut:
1. Tidak mencemari sumber
air minum
2. Tidak berbau dan tidak
dijamah oleh serangga maupun tikus.
3. Air seni, air bersih, dan
air penggelontor tidak mencemari tanah sekitar. Oleh karena itu lantai sedikitnya berukuran 1x1 meter dan
dibuat cukup landai, miring kearah lobang jongkok.
4. Mudah dibersihkan dan
aman penggunaannnya.
5. Dilengkapi dengan dinding
dan penutup
6. Cukup penerangan dan
sirkulasi udara.
7. Luas ruangan yang cukup
8. Tersedia air dan alat
pembersih.
H. Pemeliharaan Jamban Keluarga
Pemanfaatan
jamban keluarga sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan kebiasaan
masyarakat. Tujuan pembuatan jamban keluarga untuk tidak membuang tinja
ditempat terbuka melainkan membangun jamban untuk diri sendiri dan keluarga.
Penggunaan
jamban yang baik adalah kotoran yang masuk hendaknya disiram dengan air yang
cukup, hal ini selalu dikerjakan sehabis buang tinja sehingga kotoran tidak
tampak lagi. Secara periodik bagian lubang, leher angsa, dan lantai jamban yang
digunakan perlu dipelihara dan dibersihkan dengan baik.
Pada
jamban cemplung di daerah pedesaan, lubang harus selalu ditutup jika jamban
tidak digunakan lagi, agar tidak kemasukan benda-benda lain.
H. Penerapan Jamban Sehat
di Pedesaan
Untuk
mencegah, sekurang-kurangnya mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan,
maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik, maksudnya
pembuangan kotoran harus di suatu tempat tertentu.
Suatu
jamban disebut sehat untuk daerah pedesaan apabila memenuhi
persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
1. Tidak mengotori permukaan
tanah di sekeliling jamban tersebut
2. Tidak mengotori air
permukaan di sekitarnya
3. Tidak mengotori air tanah
di sekitarnya
4. Tidak dapat dijamah oleh
serangga (lalat dan kecoa) dan tikus
5. Tidak menimbulkan bau
6. Mudah digunakan dan dipelihara (maintenance)
7. Sederhana desainnya
8. Murah
9. Dapat diterima oleh
pemakainya.
I. Pemanfaatan Kotoran
Manusia
1. Pemanfaatan
kotoran manusia sebagai pupuk tanaman
Kotoran
manusia bukanlah limbah tak berguna. Kotoran manusia dapat menjadi peran penting dalam mengamankan ketahanan
pangan masa depan, misalnya membantu mencegah menurunnya hasil panen tanaman
pangan, seperti gandum, yang sangat membutuhkan pupuk fosfor. Diperkirakan
hanya 10 persen dari 3 juta ton fosfor yang dikeluarkan oleh populasi manusia
di dunia setiap tahun yang kembali ke tanah pertanian (Asosiasi Pertanahan, badan
sertifikasi organik terbesar di Inggris). Suplai fosfor yang cukup sangat
penting bagi pembentukan biji, perkembangan akar, dan pematangan tanaman.
Cara Pengolahan
Jamban untuk Menghasilkan Pupuk
Pada
prinsipnya jamban ini seperti kakus cemplung, hanya lebih dangkal galiannya.
Disamping itu jamban ini juga untuk membuang kotoran binatang dan sampah,
daun-daunan.
Prosedurnya
adalah sebagai berikut: (a). Mula-mula membuat jamban cemplung biasa. (b).
Dilapisan bawah sendiri, ditaruh sampah daun-daunan. (c). Diatasnya ditaruh
kotoran dan kotoran binatang (kalau ada) tiap-tiap hari. (d). Setelah kira-kira
50 cm, ditutup lagi dengan daun-daun sampah, selanjutnya ditaruh kotoran lagi.
(e). Demikian seterusnya sampai penuh. (f). Setelah penuh ditimbun tanah dan
membuat jamban baru. (g). Lebih kurang 6 bulan kemudian dipergunakkan pupuk
tanaman.
2. Pemanfaatan
kotoran manusia menjadi biogas
Biogas
adalah suatu campuran gas-gas yang dihasilkan dari suatu proses fermentasi
bahan organik oleh bakteri dalam keadaan tanpa oksigen atau anaerobik (Sahidu,
1983). Menurut Polprasert (1985), kandungan biogas tergantung dari beberapa
faktor seperti komposisi limbah yang dipakai sebagai bahan baku, waktu, dan
temperatur dari penguraian secara anaerobik. Kandungan bahan organik di dalam
limbah pertanian cukup besar, apabila tidak dikelola dengan baik dapat
menimbulkan berbagai masalah kesehatan dan estetika.
Tinja
yang berasal dari sisa metabolisme tubuh manusia harus dikeluarkan agar tidak
meracuni tubuh. Keluaran berupa feses bersama urin biasanya dibuang ke dalam
tangki septik. Lumpur tinja yang telah memenuhi tangki septik dapat dibawa ke
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
J. Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja
(IPLT)
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) |
IPLT
merupakan salah satu upaya terencana untuk meningkatkan pengolahan dan
pembuangan limbah yang akrab lingkungan. Dataset ini berisi data jumlah cakupan
layanan Instalasi Pengolahan
Lumpur Tinja (IPLT) di Indonesia yang mana IPLT merupakan
instalasi pengolahan air limbah yang dirancang hanya menerima dan mengolah
lumpur tinja yang akan diangkut melalui mobil truk tinja. Pengolahan lumpur
tinja di IPLT merupakan proses pengolahan lanjutan dikarenakan lumpur tinja
yang telah diolah di tangki septik, belum layak dibuang dimedia lingkungan.
Pengolahan
IPLT bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan, menghindari pencemaran
sumber daya air, dan meningkatkan kesehatan masyarakat. IPLT melakukan
pengolahan tinja dirumah-rumah masyarakat, dengan cara membongkar siptik tank
apabila volume yang terdapat didalamnya sudah mencapai batas. Kotoran manusia
yang diambil, lalu dibawa ke tempat IPLT dengan truk yang disediakan IPLT.
Dalam
pengolahannya, IPLT mempunyai beberapa unit dalam pengolahan tersebut.
Unit-unit tersebut yaitu:
1) Bak
Penerima Lumpur Tinja
Bak
penerima lumpur tinja merupakan bak yang menerima langsung lumpur tinja dari
truk tinja yang berisi tinja dari rumah masyarakat. Lumpur tinja diambil dari septik
tank di rumah masyarakat. Di dalam bak ini, terjadi proses pemerataan lumpur
tinja, selanjutnya akan dialirkan ke Imhoff Tank.
2) Imhoff Tank
Imhoff
Tank merupakan bak yang didalamnya terjadi pemisahan lumpur tinja dengan limbah
tinja. Lumpur tinja masuk ke bak pengering lumpur. Limbah tinja masuk ke kolam
an-aerobik.
3) Kolam
An-aerobik
Di dalam kolam ini, terjadi
proses an-aerobik, yaitu limbah diolah tanpa adanya oksigen, sehingga timbul
lapisan kerak buih di permukaan kolam tersebut.
4) Kolam
Fakultatif
Di dalam kolam fakultatif,
terjadi proses an-aerob dan aerob. Pada permukaan kolam terjadi proses aerob
yaitu adanya proses penguraian yang memerlukan oksigen. Pada dasar kolam terjadi
proses an-aerob.
5) Kolam
Maturasi
Pada kolam ini terjadi
proses penguraian aerob, dan penurunan bakteri pathogen.
6) Bak
Pengering Lumpur
Merupakan
unit pengolahan terakhir, pada unit lumpur dikeringkan dengan menggunakan media
seperti pasir, kerikil, koral, dan ijuk. Secara periodik lumpur akan dikeluarkan
dan dikeringkan sehinggga bisa digunakan bisa untuk pupuk tanaman.
Referensi:
Makalah dari https://welrewel.blogspot.com/pengolahan-tinja.html
Gambar Jamban Cemplung dan IPLT dari lampost.co
Gambar Jamban Empang dari forum.idws.id
Gambar Jamban Leher Angsa dari kompasiana.com
Gambar Mobil Tangki Tinja dari commons.wikimedia.org
Baca juga:
Ekologi dan Keaneka ragaman Hayati Indonesia | |
01 | |
02 | |
03 | |
04 | |
05 | |
06 | |
07 | |
08 | |
09 | |
10 | |
11 | |
12 | |
13 | |
14 | |
15 | |
16 | |
17 | |
18 | |
19 | |
20 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar