Perhatikan
peta dunia pada Gambar di bawah. Jika kamu memotong gambar masing-masing benua
yang ada, kemudian menyatukannya kembali, apakah yang terjadi? Ternyata
potongan benua tersebut akan membentuk kesatuan seperti sebuah puzzle.
Peta Dunia |
1. Teori Pergerakan Benua (Continental
Drift)
Berdasarkan
fakta tersebut, seorang ahli meteorologi asal Jerman bernama Alfred Wegener mengajukan sebuah teori
yang dikenal dengan teori pergerakan benua (continental
drift). Dalam teorinya, Wegener menjelaskan bahwa pada zaman dahulu, semua
benua di Bumi menyatu membentuk sebuah daratan yang sangat luas (Pangeae).
Sekitar 200 juta tahun lalu benua tersebut terpisah dan bergerak menjauh secara
perlahan.
Ilustrasi benua yang menyatu membentuk Pangeae |
Selain fakta benua yang ada di Bumi seperti puzzle, penemuan fosil juga mendukung teori pergerakan benua. Salah satu buktinya dengan adanya penemuan fosil Mesosaurus di Amerika Selatan dan di Afrika. Mesosaurus merupakan jenis reptil yang hidup di darat dan di air tawar. Wegener beranggapan bahwa tidak mungkin berenang di samudra untuk sampai ke benua lain. Oleh karena itu, Wagener beranggapan bahwa Mesosaurus hidup di benua tersebut pada saat benua masih menyatu.
Selain
fosil Mesosaurus penemuan fosil
lainnya juga mendukung teori pergerakan lempeng. Beberapa penemuan fosil
tersebut, antara lain (a) Fosil Cynognathus
yang ditemukan di Amerika Selatan dan Afrika, (b) Fosil Lystrosaurus yang ditemukan di Afrika, India, dan Antartika, (c)
Fosil tumbuhan Glossopteris yang
ditemukan di Amerika Selatan, Afrika, India, Antartika, dan Australia.
Gambar Penyebaran penemuan fosil |
Jika benua pernah menyatu, maka bebatuan yang menyusun benua tersebut akan memiliki kesamaan. Misalnya, struktur bebatuan pegunungan di Amerika Serikat memiliki kesamaan dengan batuan di Greenland dan Eropa Barat. Selain itu, struktur batuan di Amerika Selatan dan Afrika juga memiliki kesamaan. Kesamaan struktur batuan juga salah satu fakta pendukung bahwa benua pernah menyatu.
Akan
tetapi, teori pergerakan benua yang
diajukan Wagener tidak dapat
menjelaskan bagaimana benua berpisah dan bergerak menjauh. Oleh karena itu,
teori pergerakan benua Wagener ditolak oleh para ahli pada saat itu.
2. Teori Pergerakan Dasar Laut (Seafloor Spreadeng)
Pada
awal tahun 1960, seorang ilmuan dari Princeton University yang bernama Harry Hess mengajukan teori yang bernama
seafloor spreadeng atau pergerakan dasar laut. Hess menjelaskan
bahwa di bawah kerak Bumi tersusun atas material yang panas dan memiliki massa
jenis yang rendah. Akibatnya, material tersebut naik ke punggung kerak samudra.
Kemudian material bergerak ke samping bersama dasar kerak samudra, sehingga
bagian dasar kerak samudra tersebut menjauh dari punggung kerak samudra dan
membentuk sebuah patahan. Proses tersebut diilustrasikan pada Gambar berikut.
Gambar Dasar kerak samudra yang menjauh dari punggung kerak samudra |
Karena dasar kerak samudra menjauh sehingga terbentuk patahan, maka magma akan naik ke atas dan mengisi patahan tersebut. Magma yang telah sampai ke patahan akan mendingin dan membentuk kerak yang baru.
Teori
seafloor spreadeng ini mampu
menjelaskan bagaimana proses terbentuknya lembah maupun gunung bawah laut.
Selain itu, berdasarkan hasil penelitian ternyata usia batuan dasar laut dengan
kapal Glomar Challenger (1968) juga
memperkuat teori ini. Berdasarkan penelitian tersebut dapat diketahui bahwa
usia batuan pada punggung kerak samudra lebih tua dari usia batuan pada dasar
kerak. Hal ini menunjukkan bahwa batuan di punggung kerak samudra baru
terbentuk karena efek seafloor spreading.
3. Teori Tektonik Lempeng
Sekitar
tahun 1960, para ilmuwan mengembangkan sebuah teori berdasarkan teori Continental drift dan seafloor spreading. Teori ini disebut teori tektonik lempeng. Berdasarkan
teori ini, kerak Bumi dan bagian atas dari mantel Bumi terbagi menjadi beberapa
bagian. Bagian ini disebut lempeng. Lempeng bersifat plastis dan dapat bergerak
di lapisan ini. Lempeng tersusun atas kerak dan bagian atas mantel Bumi,
seperti terlihat pada Gambar di bawah.
Gambar Lempeng tersusun atas kerak dan bagian atas mantel Bumi |
Berdasarkan teori tektonik lempeng, bagian luar Bumi tersusun atas litosfer yang dingin dan kaku (lempeng) serta tersusun oleh astenosfer. Astenosfer bersifat plastis yang berada di bawah lempeng. Akibatnya, lempeng seolah-olah mengapung dan bergerak di atas astenosfer.
Ketika
lempeng bergerak, akan terjadi interaksi antarlempeng. Lempeng dapat bergerak
saling menjauh dan memisah. Selain itu, lempeng juga bisa saling mendekat
hingga terjadi tubrukan antarlempeng. Jenis pergerakan lempeng tersebut dapat
diamati pada Gambar berikut.
Diagram lempeng di dunia beserta jenis pergerakannya |
Pergerakan sebuah lempeng akan mengakibatkan perubahan pada lempeng lainnya. Berbagai lempeng yang ada di atas dapat bergerak secara terpisah dan juga bersamaan.
Apabila
2 lempeng bergerak saling menjauh, lempeng tersebut bersifat divergent. Jika kamu amati pada Gambar di
atas, lempeng Indo-Australia bergerak menjauh dari lempeng Antartika. Selain
itu, lempeng Amerika Utara juga bergerak menjauh dari lempeng Eurasia. Adanya
pergerakan ini akan mengakibatkan perisiwa patahan/retakan (Gambar bawah).
Salah satu patahan yang terbesar di dunia adalah patahan San Andreas di
California Amerika Serikat yang panjangnya 1.300 km.
Jika terdapat 2 lempeng yang saling mendekat, maka pergerakan tersebut disebut Convergent. Beberapa lempeng yang bergerak konvergen antara lain, lempeng Indo-Australia dengan lempeng Filipina serta lempeng IndoAustralia dengan lempeng Eurasia. Pergerakan lempeng secara konvergen akan mengakibatkan tabrakan antarlempeng. Akibatnya terjadi fenomena Subduksi dan tabrakan antarbenua. Subduksi merupakan hasil tabrakan lempeng Samudra dengan lempeng Benua yang mengakibatkan lempeng Samudra menyelusup ke bawah lempeng Benua seperti pada Gambar di bawah. Salah satu akibatnya adalah terbentuknya palung laut.
Gambar Subduksi dan tabrakan antarlempeng benua |
Tabrakan antarbenua terjadi ketika kerak benua bergerak saling mendekat. Salah satu fakta terjadinya tabrakan antarbenua adalah terbentuknya pegunungan Himalaya. Pegunungan Himalaya terbentuk karena ada 2 lempeng benua yang bertabrakan, sehingga mengakibatkan salah satu kerak benua terdorong ke atas dan membentuk pegunungan.
Penyebab Terjadinya Pergerakan Lempeng Tektonik
Coba
perhatikan dan amati ketika kamu memasak air hingga mendidih. Apa yang akan
terjadi? Ketika air mendidih akan timbul gelembung-gelembung udara yang
bergerak naik dan hilang di permukaan. Bagaimana hal itu dapat terjadi?
Berdasarkan prinsip kalor, ketika air dipanaskan maka air di dasar panci akan
berubah menjadi uap air (gelembung) yang massa jenisnya lebih kecil. Karena
massa jenis uap air lebih kecil dibandingkan air, maka udara akan bergerak naik
ke permukaan. Sesampainya di permukaan, suhu uap air akan turun sehingga akan
kembali ke wujud air (Gambar bawah). Hal tersebut terus berlangsung jika air
dipanaskan. Perpindahan kalor tersebut dinamakan konveksi.
Gambar Proses konveksi pada air yang dipanaskan |
Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa Wegener belum dapat menjelaskan
bagaimana lempeng bergerak. Akan tetapi, dengan adanya teknologi yang ada saat
ini para ilmuwan telah menemukan beberapa penjelasan tersebut. Salah satu teori
yang diajukan ilmuwan adalah terjadinya perpindahan panas dari inti Bumi ke
lapisan mantel secara konveksi. Hal ini mirip seperti peristiwa mendidihnya air
yang dimasak.
Gambar Proses konveksi yang terjadi di dalam Bumi |
Inti Bumi yang memiliki suhu hingga 6.0000C akan memanaskan material mantel Bumi bagian bawah, sehingga massa jenis material tersebut berkurang. Akibatnya, material tersebut bergerak naik dari dasar ke permukaan mantel. Sesampainya di permukaan, material tersebut akan mengalami penurunan suhu, sehingga massa jenis material akan bertambah. Karena massa jenisnya bertambah, maka material tersebut akan turun ke dasar mantel. Di dasar mantel, material tersebut akan terkena panas Bumi kembali, sehingga proses konveksi terjadi terus menerus seperti pada Gambar diatas. Berdasarkan teori ini, ilmuwan berhipotesis bahwa konveksi inti Bumi menyebabkan pergerakan lempeng.
Berdasarkan
penjelasan di atas, kamu dapat mengetahui bahwa Bumi merupakan planet yang
dinamis dengan bagian inti yang panas. Panas dari inti Bumi akan berpindah
secara konveksi, sehingga mengakibatkan pergerakan lempeng. Ketika lempeng
bergerak, maka akan terjadi interaksi antarlempeng. Interaksi tersebut dapat
membentuk sebuah palung laut, pegunungan, maupun sebuah gunung berapi. Ketika
lempeng bergerak, maka sebuah energi akan dilepaskan berupa gelombang seismik
atau yang dikenal dengan gempa. Kamu dapat melihat efek dari pergerakan lempeng
di daerah pegunungan, erupsi gunung berapi, atau sebuah tempat yang berubah
setelah terjadi gempa atau aktivitas gunung berapi.
Referensi:
Buku Guru Ilmu Pengetahuan Alam. SMP/MTs Kelas VII. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. Edisi Revisi Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2017.
Buku Siswa Ilmu Pengetahuan Alam. SMP/MTs Kelas VII Semester 2. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Edisi Revisi Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017.
Baca juga:
Struktur Bumi dan Dinamikanya | |
01 | |
02 | |
03 | |
04 | |
05 | |
06 | |
07 | |
08 | |
09 | |
10 | |
11 | |
12 | |
13 | |
14 | |
15 | |
16 | |
17 | |
18 | |
19 | |
20 | |
21 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar