Pernahkah
kamu berpikir tentang penerapan teknologi ramah lingkungan di lingkungan
sekitar? Teknologi tersebut memiliki banyak manfaat antara lain pelestarian
lingkungan, pencegah banjir, dan memperbaiki wilayah tercemar. Nah, apakah kamu
tertarik mempelajari materi bagian ini? Berikut ini akan dijelaskan beberapa
contoh teknologi ramah lingkungan untuk bidang lingkungan.
a. Biopori
Biopori
dikenal dengan istilah teknologi lubang resapan (TLR), merupakan teknik untuk
membuat wilayah resapan air hujan. Teknik biopori memiliki prinsip yang sama
dengan sumur resapan. Teknik ini diterapkan dengan menyediakan area yang dibuat
berlubang-lubang kecil (berpori) yang nantinya akan menyerap air hujan dan
kemudian disalurkan ke dalam tempat penampungan air. Biopori sangat bermanfaat
bagi pelestarian keseimbangan lingkungan. Perhatikan Gambar di bawah.
Gambar Teknologi Biopori untuk Penampungan Air Hujan serta Pemanfaatannya untuk Pembuatan Kompos |
Selain dapat mencegah banjir pada musim hujan, biopori juga dapat menjamin ketersediaan air pada musim kemarau. Biopori juga dapat diandalkan untuk mencegah penyebaran penyakit yang disebabkan oleh adanya genangan air, seperti demam berdarah, malaria, dan kaki gajah. Kesuburan dan kelestarian organisme tanah juga dapat terjaga dengan teknologi ini. Lubang-lubang resapan air ini sekaligus juga dapat dimanfaatkan untuk membuat kompos, yakni dengan memberikan sampah organik seperti dedaunan atau sisa makanan.
b. Fitoremediasi
Masih
ingatkah kamu materi bioremediasi? Fitoremediasi merupakan salah satu bentuk
bioremediasi. Fitoremediasi merupakan penggunaan tumbuhan untuk menghilangkan,
memindahkan, menstabilkan, atau menghancurkan bahan pencemar baik itu senyawa organik maupun anorganik. Melalui fitoremediasi ini polutan
(zat penyebab polusi) seperti logam berat, pestisida, minyak, dan zat lain yang
mengotori tanah, air, atau udara dapat dikurangi bahkan dihilangkan.
Fitoremediasi baru berkembang pada awal tahun 1990, yaitu dimulai dari
kesuksesan dalam memperbaiki daerah tercemar oleh zat radioaktif sesium (Cs), stronsium (Sr), dan
uranium (U) di Chernobyl, Rusia dengan menggunakan tumbuhan bunga matahari.
Keunggulan
teknologi fitoremediasi ini antara lain: ramah lingkungan, biaya operasional
rendah, mudah untuk diaplikasikan, aman digunakan, tanah dapat menjadi lebih subur,
dan dapat membuat kualitas lingkungan menjadi lebih baik. Contoh tumbuhan yang
dapat digunakan dalam fitoremediasi adalah bunga matahari (Helianthus
annus), sawi (Brassica rappa), eceng gondok (Eichornia crassapies), padi (Oryza
sativa), tembakau (Nicotiana tobacco), dan sansevieria (Sansevieria
trifasciata).
Gambar Tanaman (a) Bunga Matahari (Helianthus annus), (b) Eceng Gondok (Eichornia crassapies), (c) Sansevieria (Sansevieria trifasciata) Merupakan Tanaman untuk Fitoremediasi |
c. Toilet Pengompos (Composting Toilet)
Composting
toilet merupakan toilet kering yang menggunakan proses secara aerob untuk
menghancurkan atau mendekomposisi feses yang dihasilkan manusia. Toilet
pengompos dapat digunakan sebagai pengganti toilet air pada umumnya. Toilet ini
biasanya ditambah dengan campuran serbuk gergaji, sabut kelapa, atau lumut
tertentu untuk membantu proses aerob, menyerap air, dan mengurangi bau. Proses
dekomposisi ini umumnya lebih cepat dari proses dekomposisi secara anaerob yang
digunakan pada septic tank.
d. Pemurnian Air (Water
Purification)
Percobaan
mengenai pemurnian air pertama kali dilakukan pada abad ke-17. Sir Francis Bacon mencoba untuk mengambil
garam dari air laut melalui saringan pasir. Meskipun percobaan ini belum berhasil,
percobaan ini dikenal sebagai awal dari proses pemurnian air. Pemurnian air
merupakan suatu proses penghilangan zat-zat kimia, kontaminan biologis,
partikel-partikel padat, dan gas-gas dari air yang terkontaminasi atau kotor.
Tujuan dari proses ini adalah untuk menghasilkan air yang dapat digunakan untuk
keperluan tertentu.
Secara
umum, proses pemurnian air merupakan
proses kajian fisika, kimia, dan biologi. Secara fisika, pada proses pemurnian air ada proses filtrasi atau penyaringan,
sedimentasi atau pengendapan, dan distilasi atau penyulingan. Secara kimia,
ada pemberian klorin (Cl2), penyinaran dengan sinar ultraviolet
(UV), dan pemberian karbon aktif. Karbon aktif, klorin, dan sinar ultraviolet
dapat berperan sebagai pembunuh kuman yang ada dalam air.
1) Pemurnian Air Sederhana
Pemurnian
air dapat dilakukan dengan membuat alat yang berbentuk tabung yang di dalamnya
terdapat lapisan-lapisan bahan seperti pasir, kerikil, batu, arang, ijuk atau
sabut kelapa, dan dapat juga ditambah dengan kapas atau kain katun. Pada
penjernihan air dilakukan proses penyaringan kotoran padat yang larut dalam air
dengan pasir, kerikil, dan ijuk atau sabut kelapa. Air yang tersaring
kotorannya akan melewati arang yang dapat mengurangi kumankuman dalam air. Air
kotor dapat dituangkan ke dalam tabung melalui bagian atas tabung, selanjutnya
air mengalir pada bagian bawah tabung
karena adanya gaya gravitasi atau dibantu dengan tekanan dari luar. Selama
mengalir ke bagian bawah tabung, air akan mengalami proses penyaringan sehingga
pada bagian bawah dapat diperoleh air bersih. Agar lebih memahami teknologi
sederhana pemurnian air, ayo kita lakukan Aktivitas seperti gambar berikut.
Gambar Skema Teknologi Pemurnian Air Sederhana |
2) Teknologi Osmosis Balik
Osmosis
balik merupakan teknologi pemurnian air yang menggunakan prinsip kebalikan
dengan prinsip osmosis. Osmosis balik
menggunakan prinsip tekanan untuk mengatasi tekanan osmotik yang terjadi secara
alami. Masih ingatkah kamu tentang konsep osmosis? Untuk mengingat kembali
perhatikan Gambar berikut!
Gambar Set Percobaan Osmosis |
Pada Gambar di atas terdapat sebuah tabung yang berisi larutan garam dan diberi sebuah pemisah membran semipermeabel. Membran semipermeabel adalah suatu membran yang hanya dapat dilewati oleh molekul tertentu, tetapi tidak dapat dilalui oleh zat lainnya. Contoh zat yang dapat melalui membran semipermeabel adalah air. Pada proses osmosis, pelarut (misalnya air) secara alami berpindah dari daerah yang memiliki konsentrasi zat terlarut (misalnya garam) rendah (encer) melalui suatu membran menuju daerah yang memiliki konsentrasi zat terlarut tinggi (pekat). Pergerakan alami pelarut ini bertujuan untuk menyamakan konsentrasi zat terlarut pada kedua sisi bagian membran.
Perhatikan
mekanisme osmosis balik pada Gambar berikut! Pada osmosis balik, pelarut
seperti air akan bergerak dari larutan yang pekat ke larutan yang encer.
Gambar Set Percobaan Osmosis Balik |
Hal tersebut dapat terjadi karena adanya tekanan dari luar sehingga dapat membalik arah aliran secara alami. Adanya tekanan dari luar akan menyebabkan air dari larutan yang pekat mengalir ke arah larutan encer, sehingga dapat dihasilkan air yang tidak mengandung garam. Teknologi osmosis balik ini diterapkan dalam pembuatan air minum dari air laut, yakni dengan menghilangkan garam dan zat-zat lain yang tercampur dengan molekul air. Tahukah kamu di Indonesia pun sudah menerapkan teknologi ini? Di antaranya di daerah Bali dan Aceh.
Gambar Teknologi Osmosis Balik Skala Industri |
Referensi:
Ilmu Pengetahuan Alam. SMP/MTs Kelas IX Semester 2. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Edisi Revisi Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017
Baca berikutnya:
Teknologi Ramah Lingkungan | |
01 | |
02 | |
03 | |
04 | |
05 | |
06 | |
07 | |
08 | |
09 | |
10 | |
11 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar