Rabu, 14 September 2022

Proyek Ekologi Pengolahan Tinja

 

Tugas

Kalian telah menyelesaikan pembelajaran tentang ekologi dan keanekaragaman hayati Indonesia. Selanjutnya untuk memperdalam pengetahuan dan keterampilan serta mengasah kepekaan terhadap isu lingkungan, kalian akan melakukan sebuah proyek konservasi lingkungan di sekitar tempat tinggal atau sekolah masing-masing.

Ikuti langkah-langkah berikut ini:

1. Identifikasi permasalahan terkait ekologi dan keanekaragaman hayati Indonesia yang terjadi di lingkungan sekitar kalian.

2. Tentukan satu permasalahan yang akan dicarikan solusinya secara berkelompok di lingkungan tinggal atau sekolah kalian. Jelaskan faktor penyebab permasalahan tersebut dapat terjadi.

3. Buatlah berbagai macam solusi yang dapat ditawarkan untuk memecahkan permasalahan tersebut.

4. Tentukan satu jenis solusi terbaik yang akan dijalankan secara berkelompok dan paparkan alasannya di depan kelompok lainnya.

5. Ajak rekan atau tetangga untuk berpartisipasi dalam kegiatan proyek kalian.

6. Buatlah laporan kegiatan berupa poster yang berisi judul kegiatan, foto kegiatan dan hasil kegiatan.

7. Presentasikan poster tersebut di depan kelas atau unggah ke media sosial sebagai sebuah poster kampanye lingkungan.

8. Berilah tanggapan positif terhadap proyek yang dijalankan oleh kelompok lainnya.

 

Mobil Tangki Tinja
Mobil Tangki Tinja

Artikel:

TEKNOLOGI PENGOLAHAN TINJA UNTUK MENCEGAH PENCEMARAN


A. Pentingnya Pengolahan Tinja

Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja (faeces), air seni (urine), keringat, dan CO2 sebagai hasil dari proses pernapasan.

Saat ini akses masyarakat terhadap sarana sanitasi khususnya jamban, masih jauh dari harapan. Berbagai kampanye dan program telah banyak dilakukan, terakhir dengan pemberlakuan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

Dengan bertambahnya penduduk yang tidak sebanding dengan area pemukiman, masalah pembuangan kotoran manusia meningkat. Dilihat dari segi kesehatan masyarakat, masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah yang pokok untuk sedini mungkin diatasi.

Kurangnya perhatian terhadap pengelolaan tinja disertai dengan cepatnya pertambahan penduduk, jelas akan mempercepat penyebaran penyakit-penyakit yang ditularkan melalui tinja. Oleh karena itu,  kotoran manusia (faeces) adalah sumber penyebaran penyakit yang multikompleks. Penyebaran penyakit yang bersumber pada faeces dapat melalui berbagai macam jalan atau cara.


B. Zat yang Terkandung dalam Tinja

Menurut Azwar (1995:74) seorang yang normal diperkirakan menghasilkan tinja rata-rata sehari sekitar 83 gram dan menghasilkan air seni sekitar 970 gram. Kedua jenis kotoran manusia ini sebagian besar berupa air, terdiri dari zat-zat organik (sekitar 20% untuk tinja dan 2,5% untuk air seni), serta zat-zat anorganik seperti nitrogen, asam fosfat, sulfur, dan sebagainya.

Pada setiap gram tinja mengandung berjuta-juta mikroorganisme yang pada umumnya  tidak berbahaya bagi kesehatan atau tidak menyebabkan penyakit. Namun tinja potensial mengandung mikroorganisme pathogen (penyebab penyakit), terutama apabila manusia yang menghasilkannya menderita penyakit saluran pencernaan makanan (Enteric Orintestinal Disesases).

Mikroorganisme dalam tinja dapat berupa bakteri, virus, protozoa, ataupun cacing-cacing parasit. Coliform bacteria yang dikenal sebagai Echerichia coli dan Fecal stretococci (Enterococci) yang sering terdapat di saluran pencernaan manusia, dikeluarkan dari tubuh manusia dan hewan-hewan berdarah panas lainnya dalam jumlah besar rata-rata sekitar 50 juta per gram (Soeparman, 2002).

 

C. Pembuangan Kotoran Manusia

Tempat pembuangan kotoran manusia adalah tempat pembuangan tinja dan urin, yang pada umumnya disebut latrine (jamban atau kakus). Proses pembuangan kotoran dapat terjadi antara sekali setiap dua hari hingga beberapa kali dalam sehari. Pengerasan tinja dapat menyebabkan meningkatnya waktu proses pengeluarannya, disebut dengan konstipasi.

Tinja adalah bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia melalui anus sebagai sisa dari proses pencernaan makanan di sepanjang sistem saluran pencernaan (tractus digestifus). Ekskreta manusia (human excreta) yang berupa feses dan air seni (urine) merupakan hasil akhir dari proses yang berlangsung dalam tubuh manusia yang menyebabkan pemisahan dan pembuangan zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh (Chandra, 2007:124).

Tinja (faeces) dan air seni (urine) adalah bahan buangan yang memiliki karakteristik tersendiri dan dapat menjadi sumber penyebab timbulnya berbagai macam penyakit saluran pencernaan (Azwar, 1995).

 

D. Teknologi Pengolahan Tinja

1. Sistem jamban atau kakus

Sistem jamban atau kakus (pridy methods) adalah pembuangan tinja dengan metode jamban, yang dikelompokan dalam 3 kategori yaitu:

a. Sistem Jamban Tipe Utama

Sistem jamban dengan tipe utama adalah tipe yang paling dianjurkan karena apabila dikerjakan secara semestinya hampir memenuhi semua persyaratan sanitasi yang ada. Jamban tipe utama antara lain kakus lubang atau kakus cemplung (pit privy), kakus air (aqua privy), dan kakus leher angsa (water seallatrine).

b. Sistem Jamban Tipe Kurang Baik

Metode jamban dengan tipe kurang baik adalah jamban yang tidak dapat menjamin akan terpenuhinya persyaratan sanitasi yang sehat. Metode jamban dengan tipe kurang baik masih mengundang resiko yang cukup besar untuk terjadinya penularan penyakit. Yang termasuk ketegori tipe jamban kurang baik adalah kakus bor (bored hole latrine), kakus keranjang (bucket latrine), kakus parit (trench latrine), dan kakus badan air (overhung latrine).

c. Sistem Jamban Situasi Khusus

Sistem jamban dengan tipe yang baik diterapakan pada situasi-situasi khusus misalnya pada sarana transportasi, seperti kereta api dan pesawat terbang. Disini tinja disenfeksi dengan zat-zat kimia seperti caustic soda dan pembersihnya dipakai kertas tissue (toilet paper). Yang termasuk kategori ini adalah jamban kompos (compost privy), dan jamban kimia (chemical toilet).

2. IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja)

IPLT merupakan salah satu upaya terencana untuk meningkatkan pengolahan dan pembuangan limbah yang akrab lingkungan. IPLT merupakan instalasi pengolahan air limbah yang dirancang hanya menerima dan mengolah lumpur tinja yang akan diangkut melalui mobil truk tinja. Pengolahan lumpur tinja di IPLT merupakan proses pengolahan lanjutan dikarenakan lumpur tinja yang telah diolah di tangki septik, belum layak dibuang dimedia lingkungan.

 

E. Teknologi Pengolahan Tinja dalam Kehidupan Sehari-hari

Ada beberapa teknik dalam pengolahan tinja yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di pedesaan dan perkotaan, antara lain:


1.  Sistem Cubluk (Pit Privy)

Jamban Cubluk adalah jamban yang tempat penampungan tinjanya dibangun dibawah tempat injakan atau dibawah bangunan jamban. Jenis jamban ini, kotoran langsung masuk ke dalam galian tanah atau sumur yang  tidak terlalu dalam karena akan mengotori air tanah, kedalamannya sekitar 1,5 samapi 3 meter (Mashuri,1994).

Cubluk adalah lubang atau sumuran yang dibuat dengan menggali tanah dengan dinding yang merembes air. Jadi cubluk merupakan suatu lubang yang digunakan untuk menampung air limbah manusia dari jamban, berfungsi sebagai tempat pengendapan tinja dan juga media peresapan dari cairan yang masuk.

Jika tersedia lahan yang cukup maka dapat dibangun dua buah lubang (cubluk kembar). Bila satu lubang penuh harus ditutup dan dibiarkan selama paling sedikit 1 (satu) tahun agar lumpur kering untuk selanjutnya dapat dipakai untuk kesuburan tanah (pupuk organik). Namun demikian tempat untuk cubluk tersebut harus disediakan dan jangan digunakan untuk bangunan permanen. Cubluk relatif lebih murah, lebih mudah dibangun dan dipelihara sendiri apabila dibandingkan dengan tangki septik.


2. Sistem Leher Angsa dan Tangki Septic

Jamban Leher Angsa dan Tangki Septic
Jamban Leher Angsa dan Tangki Septic

Sistem Leher Angsa dan Tangki Septic banyak diterapkan di daerah perkotaan. Sistem ini sesuai untuk daerah yang mudah dalam pengadaan air bersih. Kontruksinya cukup sederhana dan kuat. Hanya membutuhkan sistem Leher Angsa dan Tangki Septik untuk menampung kotorannya. Biasanya ditempatkan di dalam rumah atau luar rumah dan menggunakan sistem leher angsa untuk menghindari bau dan serangga.Tinja disentor atau disiram air dengan gayung.


3. Jamban Cemplung

Jamban Cemplung
Jamban Cemplung

Jamban cemplung sering dijumpai pada daerah pedesaan di jawa. Sering dijumpai jamban cemplung yang kurang sempurna, misalnya tanpa rumah jamban dan tanpa tutup. Sehingga  serangga mudah masuk dan bau tidak bisa dihindari, serta karena tidak ada rumah jamban, bila musim hujan maka jamban itu akan penuh dengan air. Jamban cemplung tidak boleh terlalu dalam karna bisa mengotori air tanah dibawahnya. Dalamnya lubang cemplung berkisar antara 1,5 sampai 3,0 meter saja. Sesuai  dengan daerah pedesaan, maka rumah jamban cemplung dapat dibuat dari dinding bambu, atap daun kelapa, dan daun padi. Jarak jamban cemplung dari sumber air minum sekurang-kurangnya 15 meter.


4. Jamban Empang (Overhung Latrine)

Jamban Empang
Jamban Empang

Jamban ini dibangun diatas empang ikan, didalam sistem jamban empang ini terjadi daur ulang (recycling). Daur ulang tersebut sebagai berikut, tinja dapat langsung dimakan ikan, ikan dimakan orang, dan selanjutnya orang mengeluarkan tinja yang dimakan ikan, demikian seterusnya. Jamban empang ini mempunyai fungsi yaitu disamping mencegah tercemarnya lingkungan oleh tinja, juga dapat ikan yang dipelihara menambah protein bagi masyarakat.

Jamban empang juga dapat dibangun diatas sungai atau rawa. Jamban model ini ada yang kotorannya tersebar begitu saja, yang biasa dipakai untuk makanan ikan. Kerugian dari jamban empang adalah tinja akan mengotori air permukaan, sehingga bibit penyakit yang terdapat didalamnya dapat tersebar kemana-mana dengan air yang dapat menimbulkan wabah.

 

F. Pengolahan Tinja dengan Jamban Keluarga

Masalah kesehatan lingkungan pemukiman, khususnya pada pembuangan tinja, merupakan salah satu dari berbagai masalah kesehatan yang perlu mendapatkan prioritas. Penyediaan sarana pembuangan tinja masyarakat, terutama dalam pelaksanaannya tidaklah mudah, karena menyangkut peran serta masyarakat yang sangat erat kaitannya dengan perilaku, tingkat ekonomi, kebudayaan, dan pendidikan.

Bila jamban di gunakan oleh beberapa keluarga, maka tempat jamban dapat dipilih yang baik, sehingga bau dari jamban tidak tercium.  Secara tersendiri dan ditempatkan di luar atau di dalam rumah dan berfungsi untuk melayani 1 sampai dengan 5 keluarga.

Pembuangan tinja perlu mendapat perhatian khusus karena merupakan  satu bahan buangan yang banyak mendatangkan masalah dalam bidang kesehatan dan sebagai media bibit penyakit, seperti diare, typhus, muntaber, disentri, cacingan dan gatal-gatal. Selain itu dapat menimbulkan pencemaran lingkungan pada sumber air dan bau busuk serta estetika.

Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang dipergunakan untuk membuang tinja atau kotoran manusia bagi suatu keluarga yang lazim disebut kakus atau WC.

 

G. Syarat Jamban Sehat

Syarat jamban yang sehat sesuai kaidah-kaidah kesehatan adalah sebagai berikut:

1. Tidak mencemari sumber air minum

2. Tidak berbau dan tidak dijamah oleh serangga maupun tikus.

3. Air seni, air bersih, dan air penggelontor tidak mencemari tanah sekitar.  Oleh karena  itu lantai sedikitnya berukuran 1x1 meter dan dibuat cukup landai, miring kearah lobang jongkok.

4. Mudah dibersihkan dan aman penggunaannnya.

5. Dilengkapi dengan dinding dan penutup

6. Cukup penerangan dan sirkulasi udara.

7. Luas ruangan yang cukup

8. Tersedia air dan alat pembersih.

 

H. Pemeliharaan Jamban Keluarga

Pemanfaatan jamban keluarga sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan kebiasaan masyarakat. Tujuan pembuatan jamban keluarga untuk tidak membuang tinja ditempat terbuka melainkan membangun jamban untuk diri sendiri dan keluarga.

Penggunaan jamban yang baik adalah kotoran yang masuk hendaknya disiram dengan air yang cukup, hal ini selalu dikerjakan sehabis buang tinja sehingga kotoran tidak tampak lagi. Secara periodik bagian lubang, leher angsa, dan lantai jamban yang digunakan perlu dipelihara dan dibersihkan dengan baik.

Pada jamban cemplung di daerah pedesaan, lubang harus selalu ditutup jika jamban tidak digunakan lagi, agar tidak kemasukan benda-benda lain.

 

H. Penerapan Jamban Sehat di Pedesaan

Untuk mencegah, sekurang-kurangnya mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik, maksudnya pembuangan kotoran harus di suatu tempat tertentu.

Suatu jamban disebut sehat untuk daerah pedesaan apabila memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut:

1. Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut

2. Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya

3. Tidak mengotori air tanah di sekitarnya

4. Tidak dapat dijamah oleh serangga (lalat dan kecoa) dan tikus

5. Tidak menimbulkan bau

6.  Mudah digunakan dan dipelihara (maintenance)

7. Sederhana desainnya

8.  Murah

9. Dapat diterima oleh pemakainya.

 

I. Pemanfaatan Kotoran Manusia

1. Pemanfaatan kotoran manusia sebagai pupuk tanaman

Kotoran manusia bukanlah limbah tak berguna. Kotoran manusia dapat menjadi  peran penting dalam mengamankan ketahanan pangan masa depan, misalnya membantu mencegah menurunnya hasil panen tanaman pangan, seperti gandum, yang sangat membutuhkan pupuk fosfor. Diperkirakan hanya 10 persen dari 3 juta ton fosfor yang dikeluarkan oleh populasi manusia di dunia setiap tahun yang kembali ke tanah pertanian (Asosiasi Pertanahan, badan sertifikasi organik terbesar di Inggris). Suplai fosfor yang cukup sangat penting bagi pembentukan biji, perkembangan akar, dan pematangan tanaman.

Cara Pengolahan Jamban untuk Menghasilkan Pupuk

Pada prinsipnya jamban ini seperti kakus cemplung, hanya lebih dangkal galiannya. Disamping itu jamban ini juga untuk membuang kotoran binatang dan sampah, daun-daunan.

Prosedurnya adalah sebagai berikut: (a). Mula-mula membuat jamban cemplung biasa. (b). Dilapisan bawah sendiri, ditaruh sampah daun-daunan. (c). Diatasnya ditaruh kotoran dan kotoran binatang (kalau ada) tiap-tiap hari. (d). Setelah kira-kira 50 cm, ditutup lagi dengan daun-daun sampah, selanjutnya ditaruh kotoran lagi. (e). Demikian seterusnya sampai penuh. (f). Setelah penuh ditimbun tanah dan membuat jamban baru. (g). Lebih kurang 6 bulan kemudian dipergunakkan pupuk tanaman.

 

2. Pemanfaatan kotoran manusia menjadi biogas

Biogas adalah suatu campuran gas-gas yang dihasilkan dari suatu proses fermentasi bahan organik oleh bakteri dalam keadaan tanpa oksigen atau anaerobik (Sahidu, 1983). Menurut Polprasert (1985), kandungan biogas tergantung dari beberapa faktor seperti komposisi limbah yang dipakai sebagai bahan baku, waktu, dan temperatur dari penguraian secara anaerobik. Kandungan bahan organik di dalam limbah pertanian cukup besar, apabila tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan dan estetika.

Tinja yang berasal dari sisa metabolisme tubuh manusia harus dikeluarkan agar tidak meracuni tubuh. Keluaran berupa feses bersama urin biasanya dibuang ke dalam tangki septik. Lumpur tinja yang telah memenuhi tangki septik dapat dibawa ke Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).

 

J. Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)

Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)

IPLT merupakan salah satu upaya terencana untuk meningkatkan pengolahan dan pembuangan limbah yang akrab lingkungan. Dataset ini berisi data jumlah cakupan layanan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) di Indonesia yang mana IPLT merupakan instalasi pengolahan air limbah yang dirancang hanya menerima dan mengolah lumpur tinja yang akan diangkut melalui mobil truk tinja. Pengolahan lumpur tinja di IPLT merupakan proses pengolahan lanjutan dikarenakan lumpur tinja yang telah diolah di tangki septik, belum layak dibuang dimedia lingkungan. 

Pengolahan IPLT bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan, menghindari pencemaran sumber daya air, dan meningkatkan kesehatan masyarakat. IPLT melakukan pengolahan tinja dirumah-rumah masyarakat, dengan cara membongkar siptik tank apabila volume yang terdapat didalamnya sudah mencapai batas. Kotoran manusia yang diambil, lalu dibawa ke tempat IPLT dengan truk yang disediakan IPLT.

Dalam pengolahannya, IPLT mempunyai beberapa unit dalam pengolahan tersebut. Unit-unit tersebut yaitu:

1) Bak Penerima Lumpur Tinja

Bak penerima lumpur tinja merupakan bak yang menerima langsung lumpur tinja dari truk tinja yang berisi tinja dari rumah masyarakat. Lumpur tinja diambil dari septik tank di rumah masyarakat. Di dalam bak ini, terjadi proses pemerataan lumpur tinja, selanjutnya akan dialirkan ke Imhoff Tank.

2) Imhoff Tank

Imhoff Tank merupakan bak yang didalamnya terjadi pemisahan lumpur tinja dengan limbah tinja. Lumpur tinja masuk ke bak pengering lumpur. Limbah tinja masuk ke kolam an-aerobik.

3) Kolam An-aerobik

Di dalam kolam ini, terjadi proses an-aerobik, yaitu limbah diolah tanpa adanya oksigen, sehingga timbul lapisan kerak buih di permukaan kolam tersebut.

4) Kolam Fakultatif

Di dalam kolam fakultatif, terjadi proses an-aerob dan aerob. Pada permukaan kolam terjadi proses aerob yaitu adanya proses penguraian yang memerlukan oksigen. Pada dasar kolam terjadi proses an-aerob.

5) Kolam Maturasi

Pada kolam ini terjadi proses penguraian aerob, dan penurunan bakteri pathogen.

6) Bak Pengering Lumpur

Merupakan unit pengolahan terakhir, pada unit lumpur dikeringkan dengan menggunakan media seperti pasir, kerikil, koral, dan ijuk. Secara periodik lumpur akan dikeluarkan dan dikeringkan sehinggga bisa digunakan bisa untuk pupuk tanaman.

 

Referensi:

Makalah dari  https://welrewel.blogspot.com/pengolahan-tinja.html

Gambar Jamban Cemplung dan IPLT dari lampost.co

Gambar Jamban Empang dari  forum.idws.id

Gambar Jamban Leher Angsa dari  kompasiana.com

Gambar Mobil Tangki Tinja dari commons.wikimedia.org

Baca juga:

Ekologi dan Keaneka ragaman Hayati Indonesia

01

Pengaruh Lingkungan Terhadap Organisme

02

Aktifitas Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan

03

Aktivitas Pengamatan Kebun Sekolah

04

Uji Pengaruh Lingkungan Terhadap Organisme

05

Interaksi antar Komponen Penyusun Ekosistem

06

Aktivitas Jalan-jalan ke Taman

07

Aktivitas Membuat Rantai Makanan

08

Aktivitas Mengukur Suhu dan Kelembaban Udara

09

Mengamati Berbagai Macam Interaksi Makhluk Hidup

10

Uji Interaksi antar Komponen Penyusun Ekosistem

11

Keaneka ragaman Hayati Indonesia

12

Aktifitas Mencari Data Kerusakan Hutan

13

Uji Keaneka ragaman Hayati Indonesia

14

Pengaruh Manusia terhadap Ekosistem

15

Aktifitas Pengaruh Manusia terhadap Ekosistem

16

Uji Pengaruh Manusia terhadap Ekosistem

17

Konservasi Keanekaragaman Hayati

18

Aktifitas Usaha Pelestarian Keanekaragaman Makhluk Hidup

19

Uji Konservasi Keanekaragaman Hayati

20

Proyek Ekologi Pengolahan Tinja