Apabila
ada batu bata yang jatuh mengenai kaki kalian pasti terasa sakit, namun bila
air, dalam volume yang sama dengan batu bata, yang tumpah mengenai kakimu,
mengapa tidak sakit? Coba pikirkan alasannya, lalu diskusikan dengan teman sekelompok
kalian.
Untuk
menjawab pertanyaan di atas, kalian bisa menghubungkan kembali dengan keadaan
partikel-partikel dalam zat padat dan zat cair. Perhatikanlah Gambar berikut
ini.
Gambar Perbandingan kerapatan partikel batu bata dan air |
Pada
volume yang sama (besar kotak sama), maka jika kalian menghitung jumlah
partikel, akan ada lebih banyak partikel zat padat dibandingkan partikel zat
cair dalam volume yang sama. Kenapa bisa lebih banyak? Karena partikel pada zat
padat lebih rapat dibandingkan dengan zat cair.
Apakah
alasan kalian pada saat kegiatan apersepsi benar? Selamat kalian telah
menerapkan pemahaman dengan sangat baik. Apabila alasan kalian masih salah,
jangan berkecil hati karena ini bagian dari proses belajar. Kita bisa belajar
dari kesalahan kita.
Secara
konsep IPA, konsep yang membedakan keadaaan
partikel-partikel dalam hal kerapatannya dalam suatu materi disebut sebagai
kerapatan atau massa jenis. Massa jenis
adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Semakin tinggi massa
jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya.
Walaupun
emas dan es sama-sama zat padat, namun ternyata keduanya memiliki kerapatan
partikel yang berbeda. Bahkan massa jenis setiap materi berbeda-beda, yang
dapat dijadikan sebagai penanda suatu zat. Massa jenis suatu zat yang sama
tetap sama, walaupun ukurannya berbeda.
1. Menentukan Massa Jenis
Suatu Benda
Perhatikanlah
Gambar di bawah ini untuk membandingkan massa dari empat materi yang volume
yang sama.
Gambar Massa beberapa materi dengan volume yang sama |
Dari gambar di atas, kalian pasti sudah mengetahui mana materi yang paling rapat atau dengan kata lain, yang massa jenisnya paling tinggi, kan?
Sekarang
bandingkanlah 1 kg besi dengan 1 kg kapas, manakah yang lebih berat? Banyak
orang yang terkecoh dengan pertanyaan ini dan akan langsung menjawab besi,
padahal jika diperhatikan dengan teliti, besi dan kapas sama-sama 1 kg. Hanya
saja akan dibutuhkan banyak sekali kapas agar dapat mencapai massa 1 kg,
sementara besi hanya dibutuhkan sedikit, berarti ada perbedaan volume.
Massa
jenis termasuk besaran turunan. Masih ingatkah kalian apa yang dimaksud dengan
besaran turunan? Kita telah mempelajarinya pada bab sebelumnya. Seperti
terlihat pada paragraf sebelumnya, massa jenis suatu benda bergantung pada
massa dan volume benda. Dari Gambar di atas kalian sudah mengetahui bahwa pada
volume yang sama, kerapatan ditentukan oleh massa suatu benda. Dengan kata
lain, massa jenis adalah massa dari suatu materi
yang volumenya 1 cm3. Namun tidak semua benda memiliki volume 1 cm3
sehingga massa jenis dapat dinyatakan sebagai perbandingan
antara massa dan volume atau dirumuskan:
dimana ρ (dibaca ‘rho’ dari Bahasa Yunani) adalah simbol untuk massa jenis, m adalah massa, dan V ialah volume. Satuan dari massa jenis dapat dinyatakan dalam kg/m3 atau g/cm3. Berikut ini adalah contoh soal untuk menentukan massa jenis suatu benda.
Soal: Tentukanlah massa jenis dari objek berikut ini, yang
memiliki massa 120 g.
Jawab: Langkah pertama menyelesaikan soal ini adalah menghitung volume benda, sementara massa benda telah diketahui, yaitu 120 g.
Volume = panjang × lebar
× tinggi = 6 cm × 4 cm × 5 cm = 120 cm3
Setelah mengetahui massa dan volume benda, sekarang kalian dapat
menentukan massa jenis.
Dalam
melakukan praktik menentukan massa jenis di laboratorium, massa benda selalu
dapat diperoleh dengan menggunakan timbangan. Adapun volume benda dapat
ditentukan dengan menggunakan rumus volume yang telah kalian pelajari pada pelajaran
Matematika. Akan tetapi bagaimana mengukur volume benda-benda yang tidak
beraturan, seperti batu, kayu atau bongkahan logam? Nah ada seorang ilmuwan
yang sangat berjasa dalam menentukan volume benda tidak beraturan ini. Tahulah
kalian cerita tentang Archimedes? Dialah penemu konsep massa jenis ini.
Simaklah serunya penemuannya dalam cerita berikut.
Pada tahun 250 sebelum Masehi di kota Syracuse diperintahkan
oleh seorang raja yang bernama Hiero. Raja Hiero ingin membuat suatu mahkota
emas untuk dirinya. Ia sendiri yang menimbang emas murni lalu memerintahkan
seorang pandai besi untuk membuatkannya mahkota yang hanya terbuat dari emas
itu. Pandai besi membuat mahkota yang sangat indah dan raja Hiero mengenakan
dengan penuh kepuasan. Namun ada beberapa orang di sekitar raja yang mengatakan
bahwa pandai besi itu sering bersikap curang sehingga perlu dicek lagi
kandungan mahkota raja tersebut apakah seluruhnya mengandung emas murni.
Raja Hiero pun memanggil seorang ahli Matematika yang jenius
bernama Archimedes untuk menyelidiki kandungan mahkotanya. Archimedes
menyanggupi permintaan raja Hiero walaupun sangat sulit. Berhari-hari ia
memikirkan cara menyelidiki hal ini. Pada suatu saat, ketika mandi Archimedes
mencelupkan dirinya ke bak yang penuh berisi air. Dia menyadari ada air yang
tumpah keluar saat ia mencelupkan diri ke bak itu. Ia pun menemukan bahwa
jumlah air yang tumpah sama dengan volume tubuhnya yang masuk dalam air. Maka
ia telah menemukan cara untuk menyelesaikan tugas dari raja. Karena sangat
senang, ia pun keluar dari pemandian dan berteriak dalam bahasa Yunani,
“EUREKA! EUREKA!. Kata yang terkenal ini artinya adalah “saya telah
menemukannya”.
Archimedes menggunakan cara yang sederhana. Ia mengisi suatu
wadah dengan air sampai penuh. Setelah tidak ada air lagi yang tumpah, ia
memasukkan emas murni yang beratnya sama dengan mahkota raja ke dalam air. Air
yang tumpah ia ukur volumenya. Lalu ia melakukan hal yang sama dengan
menggunakan mahkota raja. Volume air yang keluar ia bandingkan. Apabila mahkota
raja mengandung emas murni maka volume ini mestinya sama. Jika tidak sama
berarti ada mahkota raja tidak hanya terbuat dari emas saja. Menurut kamu
bagaimana akhir cerita ini? Coba cari informasinya dari internet atau buku
mengenai penemuan Archimedes. Yang pasti sampai saat ini prinsip Archimedes
terus digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Archimedes mengidentifikasi masalah, kemudian ia membuat
hipotesis berdasarkan pengamatan ketika mandi. Ia lalu menguji hipotesis dengan
bereksperimen. Archimedes telah menggunakan metode ilmiah untuk menyelesaikan
masalah mahkota raja. Archimedes juga menggunakan pengetahuannya untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Inilah inti dari semua ilmu Sains. Kalian juga
bisa menjadi ilmuwan seperti Archimedes.
Contoh
pengukuran volume benda tidak beraturan dapat terlihat pada Gambar berikut,
yaitu dengan menggunakan gelas berpancur (Gambar-a) atau langsung menggunakan
gelas ukur (Gambar-b).
Mengukur volume benda tidak beraturan dengan (a) menggunakan gelas berpancur dan dengan (b) menggunakan gelas ukur |
Apabila menggunakan gelas berpancur, maka volume air yang keluar setelah benda dimasukkan ditampung dalam gelas ukur sehingga dapat diukur volume secara langsung. Adapun bila menggunakan gelas ukur, maka volume benda dapat diperoleh dengan mengurangkan volume air dan benda terhadap volume air (tanpa benda).
2. Mengapung dan Tenggelam
Batu ada yang bisa mengapung dan kayu ada yang tenggelam dalam air |
Apabila kalian memasukkan batu ke dalam air pasti akan tenggelam kan? Bagaimana dengan kayu? Apakah pasti mengapung? Walaupun pada umumnya demikian, namun ternyata tidak semua batu akan tenggelam dalam air, demikian juga tidak semua jenis kayu akan mengapung dalam air. Benda yang memiliki massa jenis kurang dari massa jenis cairan di sekelilingnya akan mengapung, sebaliknya apabila benda tersebut massa jenisnya lebih tinggi dari mediumnya, maka benda akan tenggelam. Dengan kata lain:
Massa jenis benda > massa jenis
cairan : benda tenggelam
Massa jenis benda < massa jenis
cairan : benda mengapung
Perhatikan
Gambar di bawah tentang seseorang yang sedang berada di dalam Laut Mati. Ia
tidak perlu berusaha untuk berenang karena tubuh kita akan mengapung ketika
kita berada di Laut Mati. Kalian bisa lihat orang itu bahkan sedang santai
membaca sambil mengapung. Mengapa bisa demikian? Simaklah Fakta Sains berikut
ini.
Orang membaca di Laut Mati |
Fakta Sains: Laut Mati
Laut Mati sebenarnya adalah sebuah danau yang sangat besar.
Karena ukurannya yang sangat besar, makanya diputuskan untuk menyebut danau ini
disebut sebagai laut. Laut Mati juga merupakan tempat terendah di Bumi, sekitar
300 m lebih rendah dari permukaan laut. Penguapan air selalu terjadi di sini,
namun mineral dan garam tidak menguap karena titik didihnya sangat tinggi
dibandingkan air. Di danau ini airnya juga tidak keluar kemana pun sehingga
kandungan mineral dan garam sangat tinggi sehingga tidak ada makhluk hidup yang
bisa bertahan hidup di sini, karenanya disebut Laut Mati.
Massa jenis air Laut Mati adalah 1,24 gr/cm3 karena
banyaknya kandungan garam dan mineral. Adapun massa jenis tubuh manusia adalah
0,985 gr/cm3. Karena massa jenis tubuh manusia lebih kecil, makanya
manusia bisa mengapung dengan mudahnya di Laut Mati.
Perbedaan
kerapatan atau massa jenis tidak hanya terjadi pada padatan yang dicelupkan ke
dalam cairan, namun dapat juga terjadi pada dua atau beberapa jenis cairan,
bahkan juga pada gas. Bandingkan cairan-cairan pada Gambar berikut dari segi
kerapatannya. Ingatlah perbandingan massa jenis menentukan posisi cairan sama
seperti padatan.
Berbagai cairan dengan kerapatan yang berbeda. |
Cairan yang partikel-partikelnya paling rapat akan berada pada lapisan paling bawah dan cairan yang paling renggang partikelnya, berada pada lapisan paling atas. Jika demikian coba kalian urutkanlah cairan dari yang paling rapat ke yang paling renggang sesuai Gambar di atas.
Balon
helium bisa terbang lebih tinggi dan lebih lama berada di udara karena
partikel-partikel dalam gas helium kurang rapat dibandingkan partikel-partikel
udara. Lama kelamaan gas helium akan menguap ke udara dan digantikan oleh gas
sehingga balon akan jatuh. Pada Bab III nanti kalian akan mengenal lebih jauh
tentang balon udara dan cara kerjanya.
Balon berisi helium terbang lebih tinggi |
Referensi
Ilmu Pengetahuan Alam SMP Kelas VII. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, 2021. Penulis: Victoriani Inabuy, Dkk. ISBN: 978-602-244-384-1 (Jilid-1)
Baca juga:
Zat dan Perubahannya | |
01 | |
02 | |
03 | |
04 | |
05 | |
06 | |
07 | |
08 | |
09 | |
10 | |
11 | |
12 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar