Stem cells dari embrio tikus |
Isu-isu terkini mengenai sel dan perkembangannya: Perkembangan Sel Punca untuk terapi covid-19, disadur dari Majalah Farmasetika: https://farmasetika. com/2020/09/20/sel-punca-sebagai-medicinal-signaling-cell-berpotensibesar-untuk-terapi-covid-19/
Diskusi Sel Punca |
Artikel di atas adalah salah satu contoh perkembangan di bidang medis mengenai sel. Stem sel atau yang kita sebut sel punca diharapkan dapat mengatasi berbagai macam penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Masih ingatkah kalian tentang spesialisasi sel, nah sel punca adalah sel awal ketika sel belum mengalami spesialisasi.
Sel
akan mengalami pembelahan untuk membentuk sel anak. Pembelahan ini dapat
terjadi di dalam tubuh ataupun laboratorium (Adrian, alodokter). Sel-sel anak
akan berkembang menjadi dua jenis, yaitu sel punca baru (embrio) dan sel dengan
fungsi khusus (diferensisasi/spesialisasi) atau disebut juga sel punca dewasa.
Ayo Kita Mencari Informasi Tentang Sel Punca
Carilah
informasi melalui koran atau internet mengenai dua eksperimen yang menggunakan
sel punca. Gunakan informasi tersebut untuk membuat kesimpulan dari apa yang
telah kita pelajari di kelas, sertakan diagram atau gambar yang mendukung riset
tersebut. Kalian juga harus bisa mendeskripsikan dan membuat ringkasan, mengapa
sebagian orang mendukung riset sel punca, sementara ada juga yang menolak riset
tersebut. Kaitkanlah riset mengenai sel punca dengan salah satu faktor berikut:
kesehatan, ekonomi, sosial, budaya, etika, lingkungan. Produk dapat berupa
poster, komik ataupun essai.
Sel punca |
Sel Punca
Sel
punca, sel induk, sel batang (bahasa Inggris: stem cell) merupakan sel yang
belum berdiferensiasi dan mempunyai potensi yang sangat tinggi untuk berkembang
menjadi banyak jenis sel yang berbeda di dalam tubuh.
Sel
punca juga berfungsi sebagai sistem perbaikan untuk mengganti sel-sel tubuh
yang telah rusak demi kelangsungan hidup organisme. Saat sel punca terbelah,
sel yang baru mempunyai potensi untuk tetap menjadi sel punca atau menjadi sel
dari jenis lain dengan fungsi yang lebih khusus, misalnya sel otot, sel darah
merah atau sel otak.
Saat
ini Indonesia telah memiliki dua lembaga yang dapat mengolah sel punca yaitu
Institute of Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga dan Kalbe Farma. Sel
punca nasional telah dapat diterapkan pada 20 jenis penyakit, tetapi baru 5
jenis sel punca yang telah dapat dikembangkan secara massal.
Sifat Sel Punca
Sel
punca memiliki dua sifat penting yang sangat berbeda dengan sel yang lain:
1. Sel
punca belum merupakan sel dengan spesialisasi fungsi tetapi dapat memperbaharui
diri dengan pembelahan sel bahkan setelah tidak aktif dalam waktu yang panjang.
2. Dalam
situasi tertentu, sel punca dapat diinduksi untuk menjadi sel dengan fungsi
tertentu seperti sel jaringan maupun sel organ yang mempunyai tugas tersendiri.
Pada sumsum tulang dan darah tali pusar (bahasa Inggris: umbilical cord blood),
sel punca secara teratur membelah dan memperbaiki jaringan yang rusak, meski
demikian pada organ lain seperti pankreas atau hati, pembelahan hanya terjadi
dalam kondisi tertentu.
Peneliti
medis meyakini bahwa penelitian sel punca berpotensi untuk mengubah keadaan
penyakit manusia dengan cara digunakan memperbaiki jaringan atau organ tubuh
tertentu. Namun, hal ini tampaknya belum dapat benar-benar diwujudkan dewasa
ini.
Penelitian
sel punca dapat dikatakan dimulai pada tahun 1960-an setelah dilakukannya
penelitian oleh ilmuwan Kanada, Ernest A. McCulloch dan James E. Till.
Ragam Sel Punca
Sel
punca dapat digolongkan berdasarkan potensi yang dimiliki oleh sel tersebut
maupun berdasarkan asalnya.
Berdasarkan Potensi
1. Sel punca ber-totipotensi (toti=total) adalah sel
punca yang memiliki potensi untuk berdiferensiasi menjadi semua jenis sel,
yaitu sel ekstraembrionik, sel somatik, dan sel seksual. Jenis sel ini dapat
bertumbuh menjadi organisme baru bila diberikan dukungan maternal yang memadai.
Sel punca bertotipotensi diperoleh dari sel punca embrio, hasil pembuahan sel
telur oleh sel sperma.
2. Sel punca ber-pluripotensi (pluri=jamak) adalah
sel-sel yang dapat berdiferensiasi menjadi semua jenis sel dalam tubuh, namun
tidak dapat membentuk suatu organisme baru.
3. Sel punca ber-multipotensi adalah sel-sel yang dapat
berdiferensiasi menjadi beberapa jenis sel dewasa.
4. Sel punca ber-unipotensi (uni=tunggal) adalah sel
punca yang hanya dapat menghasilkan satu jenis sel tertentu, tetapi memiliki
kemampuan memperbarui diri yang tidak dimiliki oleh sel yang bukan sel punca.
Berdasarkan Asalnya
1. Sel punca embrionik
Sel
punca ini diambil dari embrio pada fase blastosit (5-7 hari setelah pembuahan).
Massa sel bagian dalam mengelompok dan mengandung sel-sel punca embrionik. Sel-sel
diisolasi dari massa sel bagian dalam dan dikultur secara in vitro. Sel punca
embrional dapat diarahkan menjadi semua jenis sel yang dijumpai pada organisme
dewasa, seperti sel-sel darah, sel-sel otot, sel-sel hati, sel-sel ginjal, dan
sel-sel lainnya.
2. Sel germinal/benih embrionik (embryonic germ cells)
Sel
germinal/benih (seperti sperma/ovum) embrionik induk/primordial (primordial
germ cells) dan prekursor sel germinal diploid ada sesaat pada embrio sebelum
mereka terasosiasi dengan sel somatik gond dan kemudian menjadi sel germinal.
Sel germinal embrionik manusia/human embryonic germ cells (hEGCs) termasuk sel
punca yang berasal dari sel germinal primordial dari janin berumur 5-9 minggu.
Sel punca jenis ini memilki sifat pluripotensi.
3. Sel punca fetal
Sel
punca fetal adalah sel primitif yang dapat ditemukan pada organ-organ fetus
(janin) seperti sel punca hematopoietik fetal dan progenitor kelenjar pankreas.
Sel punca neural fetal yang ditemukan pada otak janin menunjukkan kemampuan
untuk berdiferensiasi menjadi sel neuron dan sel glial (sel-sel pendukung pada
sistem saraf pusat). Darah, plasenta, dan tali pusat janin kaya akan sel punca
hematopoietik fetal.
4. Sel punca dewasa (adult stem cells)
Sel
punca dewasa mempunyai dua karakteristik. Karakteristik pertama adalah sel-sel
tersebut dapat berproliferasi untuk periode yang panjang untuk memperbarui
diri. Karakteristik kedua, sel-sel tersebut dapat berdiferensiasi untuk
menghasilkan sel-sel khusus yang mempunyai karakteristik morfologi dan fungsi
yang spesial. Contoh sel punca dewasa (adult stem cells) adalah Sel punca hematopoietic
dan Sel punca mesenkimal.
5. Sel punca kanker (cancer stem cells)
Sel
punca kanker adalah sel yang mengaktivasi lintasan onkogenik berupa
tumorigenesis yang membuat sel normal mengalami fase inisiasi tumor, namun sel
punca kanker tidak memiliki sifat tumorigenik. Dari data terakhir, ditemukan
keberadaan sel punca kanker pada berbagai jenis kanker seperti leukemia, kanker
payudara, kanker otak, kanker otak, kanker usus besar dan kanker kulit. Sel
punca kanker pankreas memiliki kluster diferensiasi CD44, CD24 dan
epithelial-specific antigen, selain SDF-1 (stromal cell-derived factor 1)/CXCR4
untuk bermigrasi seperti sel punca normal, serta ekspresi genetik lebih tinggi
dari sel punca normal, seperti gen BMI-1 dan SHH (Sonic hedgehog) untuk
memperbaharui diri.
Transplantasi sel punca
Transplantasi
sel punca dapat berupa:
1. Transplantasi
autologus (menggunakan sel punca pasien sendiri, yang dikumpulkan sebelum
pemberian kemoterapi dosis tinggi)
2. Transplantasi
alogenik (menggunakan sel punca dari donor yang cocok, baik dengan hubungan keluarga
atau tanpa hubungan keluarga)
3. Transplantasi
singenik (menggunakan sel punca dari saudara kembar identik).
Jenis-jenis transplantasi
sel punca
Menurut
sumbernya transplantasi sel punca dapat dibagi menjadi:
1. Transplantasi sel punca dari sumsum tulang
Sumsum
tulang adalah jaringan spons yang terdapat dalam tulang-tulang besar seperti
tulang pinggang, tulang dada, tulang punggung, dan tulang rusuk.
Sumsum
tulang merupakan sumber yang kaya akan sel punca hematopoietik. Sejak dilakukan
pertama kali kira-kira 30 tahun yang lalu, transplantasi sumsum tulang
digunakan sebagai bagian dari pengobatan leukemia, limfoma jenis tertentu, dan
anemia aplastik. Karena teknik dan angka keberhasilannya semakin meningkat,
maka pemakaian transplantasi sumsum tulang sekarang ini semakin meluas.
Pada
transplantasi ini prosedur yang dilakukan cukup sederhana, yaitu biasanya dalam
keadaan teranestesi total. Sumsum tulang (sekitar 600 cc) diambil dari tulang
panggul donor dengan bantuan sebuah jarum suntik khusus, kemudian sumsum tulang
itu disuntikkan ke dalam vena resipien. Sumsum tulang donor berpindah dan
menyatu di dalam tulang resipien dan sel-selnya mulai berproliferasi.
Pada
akhirnya, jika semua berjalan lancar, seluruh sumsum tulang resipien akan
tergantikan dengan sumsum tulang yang baru. Namun, prosedur transplantasi
sumsum tulang memiliki kelemahan karena sel darah putih resipien telah
dihancurkan oleh terapi radiasi dan kemoterapi. Sumsum tulang yang baru
memerlukan waktu sekitar 2-3 minggu untuk menghasilkan sejumlah sel darah putih
yang diperlukan guna melindungi resipien terhadap infeksi. Transplantasi sumsum
tulang memerlukan kecocokan HLA 6/6 atau paling tidak 5/6.
Risiko
lainnya adalah timbulnya penyakit GvHD, di mana sumsum tulang yang baru
menghasilkan sel-sel aktif yang secara imunologi menyerang sel-sel resipien.
Selain itu, risiko kontaminasi virus lebih tinggi dan prosedur pencarian donor
yang memakan waktu lama.
2. Transplantasi sel punca darah tepi
Seperti
halnya sumsum tulang, peredaran darah tepi merupakan sumber sel punca walaupun
jumlah sel punca yang dikandung tidak sebanyak pada sumsum tulang. Untuk
mendapatkan jumlah sel punca yang jumlahnya mencukupi untuk suatu
transplantasi, biasanya pada donor diberikan granulocyte-colony stimulating
factor (G-CSF) untuk menstimulasi sel punca hematopoietik bergerak dari sumsum
tulang ke peredaran darah.
Transplantasi
ini dilakukan dengan proses yang disebut aferesis. Jika resipien membutuhkan
sel punca hematopoietik, pada proses ini darah lengkap diambil dari donor dan
sebuah mesin akan memisahkan darah menjadi komponen-komponennya, secara
selektif memisahkan sel punca dan mengembalikan sisa darah ke donor.
Transplantasi
sel punca darah tepi pertama kali berhasil dilakukan pada tahun 1986.
Keuntungan transplantasi sel punca darah tepi adalah lebih mudah didapat.
Selain itu, pengambilan sel punca darah tepi tidak menyakitkan dan hanya perlu
sekitar 100 cc. Keuntungan lain, sel punca darah tepi lebih mudah tumbuh.
Namun, sel punca darah tepi lebih rentan, tidak setahan sumsum tulang. Sumsum
tulang juga lebih lengkap, selain mengandung sel punca juga ada jaringan
penunjang untuk pertumbuhan sel. Karena itu, transplantasi sel punca darah tepi
tetap perlu dicampur dengan sumsum tulang.
3. Transplantasi sel punca darah tali pusat
Pada
tahun 1970-an, para peneliti menemukan bahwa darah plasenta manusia mengandung
sel punca yang sama dengan sel punca yang ditemukan dalam sumsum tulang. Karena
sel punca dari sumsum tulang telah berhasil mengobati pasien-pasien dengan
penyakit-penyakit kelainan darah yang mengancam jiwa seperti leukemia dan
gangguan-gangguan sistem kekebalan tubuh, maka para peneliti percaya bahwa
mereka juga dapat menggunakan sel punca dari darah tali pusat untuk
menyelamatkan jiwa pasien mereka.
Darah
tali pusat mengandung sejumlah sel punca yang bermakna dan memiliki keunggulan
di atas transplantasi sel punca dari sumsum tulang atau dari darah tepi bagi
pasien-pasien tertentu. Transplantasi sel punca dari darah tali pusat telah mengubah
bahan sisa dari proses kelahiran menjadi sebuah sumber yang dapat menyelamatkan
jiwa.
Transplantasi
sel punca darah tali pusat pertama kali dilakukan di Prancis pada penderita
anemia Fanconi tahun 1988. Pada tahun 1991, darah tali pusat ditransplantasikan
pada penderita Chronic Myelogenous Leukemia. Kedua transplantasi ini berhasil
dengan baik. Sampai saat ini telah dilakukan kira-kira 3.000 transplantasi
darah tali pusat.
Aplikasi
1. Pengobatan infark jantung
Menggunakan
sel stem sumsum tulang (bone marrow) yang beredar dalam darah perifer dan sel
stem yang sudah berada di jantung akan menuju ke daerah infark, tetapi
jumlahnya tidak cukup untuk dapat mengatasi dan menyembuhkan daerah infark
tersebut. Sel stem akan membentuk sel kardiomiosit dan juga mengadakan
neovaskularisasi. Karena jumlah sel stem endogen kurang banyak maka logis untuk
mecarikan bantuan sel stem dari luar yang bisa berasal dari sumsum tulang atau
sumber lain seperti UCB. Hal ini telah dilakukan dengan hasil yang cukup
menggembirakan. Intracoronary infusion
BM stem cell otolog telah dilakukan pada 22 pasien dengan AMI dan melaporkan
hasil yang sangat baik. Sekarang dalam literatur sudah banyak dilaporkan hasil
positif pemberian sel stem BM intrakoroner pada AMI.
2. Pengobatan diabetes tipe I
Pada
diabetes tipe I sel pankreas beta yang mensekresi insulin mengalami kerusakan
oleh faktor genetik, lingkungan dan imunologik. Akibatnya terjadi defisiensi
insulin dan menyebabkan hiperglikemi. Transplantasi seluruh organ pankreas
kadaver dapat menyembuhkan penderita. Tetapi jumlah kadaver sangat sedikit dan
obat imunosupresi yang dibutuhkan untuk mencegah reaksi imunologik menimbulkan
banyak efek samping. Transplantasi sel stem merupakan alternatif baik dan telah
menunjukkan hasil positif pada mencit. Tetapi masih banyak kendala yang harus
diatasi supaya penggunaan sel stem untuk menyembuhkan pasien diabetes tipe I
dapat terlaksana.
Referensi
Ilmu Pengetahuan Alam SMP Kelas VIII. Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, 2021. Penulis: Okky Fajar
Tri Maryana, Dkk. ISBN: 978-602-244-383-4.
https://id.wikipedia.org/wiki/SelPunca
Gambar Sel Punca Terapi yang Menjanjikan, dari dedipanigoro.blogspot.com
Baca Juga
Bab 1 Pengenalan Sel | |
01 | |
02 | |
03 | |
04 | |
05 | |
06 | |
07 | |
08 | |
09 | |
10 | |
11 | |
12 | |
13 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar