Kamis, 31 Januari 2013

Sangiran, Situs Arkeologi Manusia Purba


Sangiran adalah sebuah situs arkeologi di Jawa, Indonesia. Area ini memiliki luas 48 km² dan terletak di Jawa Tengah, 15 kilometer sebelah utara Surakarta di lembah Sungai Bengawan Solo dan terletak di kaki gunung Lawu

Fosil Manusia Purba dari Sangiran
Fosil Manusia Purba dari Sangiran

Secara administratif Sangiran terletak di kabupaten Sragen dan kabupaten Karanganyar di Jawa Tengah. Pada tahun 1977 Sangiran ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia sebagai cagar budaya.  Pada tahun 1996 situs ini terdaftar dalam Situs Warisan Dunia UNESCO.

Tahun 1934 antropolog Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald memulai penelitian di area tersebut. Pada tahun-tahun berikutnya, hasil penggalian menemukan fosil dari nenek moyang manusia pertama, Pithecanthropus erectus ("Manusia Jawa"). Ada sekitar 60 lebih fosil lainnya di antaranya fosil Meganthropus palaeojavanicus telah ditemukan di situs tersebut.

Di Museum Sangiran, yang terletak di wilayah ini juga, dipaparkan sejarah manusia purba sejak sekitar 2 juta tahun yang lalu hingga 200.000 tahun yang lalu, yaitu dari kala Pliosen akhir hingga akhir Pleistosen tengah. 

Di museum ini terdapat 13.086 koleksi fosil manusia purba dan merupakan situs manusia purba berdiri tegak yang terlengkap di Asia. Selain itu juga dapat ditemukan fosil hewan bertulang belakang, fosil binatang air, batuan, fosil tumbuhan laut serta alat-alat batu.

Pada awalnya penelitian Sangiran adalah sebuah kubah yang dinamakan Kubah Sangiran. Puncak kubah ini kemudian terbuka melalui proses erosi sehingga membentuk depresi. Pada depresi itulah dapat ditemukan lapisan tanah yang mengandung informasi tentang kehidupan pada masa lampau.

Sangiran mencakup beberapa lapisan tanah/formasi tanah. Yang tertua adalah formasi "kalibeng", formasi ini diperkirakan berumur 3 juta - 1,8 juta tahun yang lalu. Pada formasi ini terdiri atas 4 lapisan yaitu lapisan bawah merupakan endapan laut dalam dengan ketebalan lapisan ini 107 meter.

Museum Purbakala Sangiran
Museum Purbakala Sangiran

Museum sangiran didirikan atas perintah GHR. von Koenigswald. Dibantu oleh Toto Marsono, kepala desa krikilan kec. kalijambe, kab sragen, setiap hari penduduk diperintahkan untuk mencari "balung buto" yaitu sebutan orang jawa untuk fosil.

Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Sangiran
gambar dari google images

Jumat, 11 Januari 2013

Ikan Pelindung Karang


Ternyata tidak hanya orang penting saja yang punya pengawal pribadi (bodyguard), karang pun demikian.  Penelitian terbaru mengungkap bahwa ketika jenis karang tertentu punya pengawal yang akan melindunginya dari serangan rumput laut. Saat akan diserang, karang tersebut akan mengirimkan sinyal kimia untuk memanggil pengawal untuk menyelamatkannya.

Ikan Gobi sang Pelindung Karang
Ikan Gobi sang Pelindung Karang

Ilmuwan melakukan eksperimen dengan menaruh karang jenis Arcopora nasuta di dekat rumput laut Choloroesmis fastigiata yang punya senyawa kimia beracun bagi karang. Dalam eksperimen tersebut, ilmuwan juga menggunakan jenis ikan gobi. 

Penelitian mengungkap, saat koral akan diserang, ikan gobi bergerak cepat untuk menggigit rumput laut pembunuh. "Ikan kecil ini akan memotong rumput laut sehingga tak menyentuh karang. Ini terjadi sangat cepat, yang menjadi bukti bahwa ini sangat penting bagi ikan maupun karang. Karang melepaskan senyawa kimia dan ikan meresponnya dengan cepat," kata Mark Hay, biolog dari Georgia Institute of Technology, yang terlibat riset.

Observasi menunjukkan, adanya ikan gobi akan mengurangi kerusakan karang akibat rumput laut hingga 80 persen. Menguraikan bagaimana penyelamatan karang bisa terjadi, Hay mengatakan, "Ada sinyal atau bau yang menari dan membuat semua ini terjadi. Ikan telah berevolusi untuk memahami isyarat bau yang dilepaskan oleh karang dan mereka dengan cepat membereskan masalah."

Bagi gobi, perlindungan karang sangat penting. Dengan melindungi karang, gobi melindungi  diri dari kekurangan pangan. "Karang mendapatkan pengawal dengan bertukar sejumlah kecil makanan. Ini semacam membayar pajak untuk mendapatkan perlindungan polisi." tambah Hay seperti dikutip Livescience. Hasil studi ini dipublikasikan di jurnal Science. 

Sumber:(1) http://sains.kompas.com/Ikan.Bodyguard. (2) Gambar dari google